Kemudian Fatma melakukan ritual setelah mandi dengan peralatan yang ada di lemari kecil westafel yang tadi ditunjukkan Brian. Fatma memang bukan jenis wanita yang suka berdandan ato ke salon, tapi Rania pernah memberikan nasehat padanya tentang kewajiban seorang istri setelah mandi. Awalnya Fatma protes karena pasti memerlukan waktu yang sangat lama jika melakukan itu semua, tapi Rania bilang jika aku ingin membuat suamiku selalu cinta dan betah, maka aku harus melakukannya. Akhirnya dengan bekal nasehat dari Rania dan aku juga searching-searching, akupun selalu melakukan beberapa hal tentang itu. Ternyata semua yang ada di dalam lemari kecil itu sangat lengkap, entah dari mana Brian mengetahui semua tentang wanita dan perawatannya, Fatma tidak mau berburuk sangka terhadap suaminya. Setelah selesai, dengan piyama mandi menempel di tubuhnya dan dia membuka walk in closet. Fatma terkejut melihat luas lemari dan isinya yang begitu rapi. Fatma melihat-lihat isi walk in closet itu, ada tiga rak di kanan kiri dan depannya. Di tengah ada sebuah meja kaca panjang yang dalamnya tersekat-sekat. Fatma melihat isi dari meja kaca tersebut, terdapat bermacam-macam jam tangan, dasi, man set, kaca mata dan kotak-kotak bludru dalam berbagai ukuran. Masya Allah! Ini pasti mahal-mahal semua! Huft! Dasar orang kaya! batin Fatma. Kemudian dia kembali ke isi lemari, di rak bawah sebelah kanannya terdapat berbagai model sepatu pria, sepertinya milik Brian. Di atasnya terdapat kemeja Brian yang digantung dengan rapi dengan 3 warna saja, putih, biru dan hitam. Disebelahnya celana panjang berwarna hitam dan biru navy juga di gantung dan rak paling atas terdapat berbagai macam topi. Kaos, celana jeans dan celana pendek dilipat dan tersusun rapi di rak paling ujung. Ada laci? batin Fatma. Dibukanya laci tersebut, Fatma membelalakkan matanya melihat apa yang ada di dalam laci tersebut,
" Kyaaaa!" teriak Fatma kaget..
" Za! Kenapa kamu teriak? Za?!" panggil Brian yang langsung panik dan berlari mendekati pintu kamar mandi, lalu menempelkan telinganya ke pintu kamar mandi. Tok! Tok! Tok!
" Za?" panggil Brian.
" Zaaa!" panggil Brian sekali lagi.
" Aku baik-baik aja! Hanya sedikit kaget!" jawab Fatma malu, dengan cepat ditutupnya laci tersebut.
" Kaget kenapa?" tanya Brian penasaran.
" Aku lihat boo-boo!" jawab Fatma lalu wajahnya seperti terkejut dengan mulut menganga. Haduhhh! ucap Fatma samar, dia memejamkan matanya dengan bibir membentuk huruh O.
" Boo..boo?" Brian membeo, wajahnya menyiratkan keheranan.
" Sudahlah! Aku mau ganti baju!" kata Fatma akhirnya. Brian kembali ke sOfa dengan wajah yang masih memikirkan ucapan Fatma. Kemudian Fatma beralih ke rak tengah terdapat jaket dan mantel serta ransel juga koper. Kemudian dia pindah ke rak sebelah kirinya, di rak paling bawah terdapat sepatu berbagai macam model seperti di sebelah kanan, di atasnya berbagai macam gamis, jubah dan khimar digantung dengan rapi. sedangkan di daster dilipat dirak ujung sendiri. Diatas terdapat Tas wanita dengan berbagai model dan warna, Fatma meraih sebuah gamis dan memakainya, Subhannallahu! Kok bisa muat? Kok dia tahu ukuran pakaianku? Ini semua pasti branded dan mahal-mahal! Huft! Dasar orang kaya, apa harus membuang-buang uang hanya untuk hal seperti ini? Lebih baik untuk anak yatim dan kaum duafa! batin Fatma sedikit kesal. Laci? Fatma mengernyitkan keningnya, lalu segera membelalakkan matanya dan membukanya. Astaghfirullahu! Hisshhhh! Memalukan sekali, apa dia yang meletakkan ini semua disini? gerutu Fatma sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia menutup laci tersebut dengan bibir di monyongkan tanda sebel. Setelah dia memakai daster dan kerudung, dia berjalan keluar walk in closet lalu menutup pintunya dan keluar dari situ. Brian sedang serius di depan laptopnya sambil berbicara sendiri. Fatma heran dengan tingkah suaminya itu, dilihatnya telinga suaminya, Oooo, dia pakai handsfree! batin Fatma. Brian yang melihat Fatma sudah keluar, langsung memutus telponnya.
" Kenapa lama sekali? Aku akan mandi dulu!" kata Brian pada Fatma yang duduk di tepi ranjang, dia langsung menuju kamar mandi. Brian mencium bau harum bunga mawar di kamarnya, itu pasti bau yang berasal dari tubuh Fatma. Sejenak tubuh Brian bergetar bagai tersengat aliran listrik hanya dengan mencium bau harum Fatma. Segera dia mempercepat langkahnya masuk ke dalam kamar mandi, karena sesuatu pada dirinya ingin memberontak. Fatma menunggu Brian sambil membuka ponselnya untuk melihat jika ada pesan atau panggilan. Hanya beberapa pesan dari teman saat kuliah dulu dan dari Nurul juga santi yang menanyakan alasannya tidak masuk. Tring! Sebuah pesan masuk, Fatma membaca si pengirim. Nabil? Mau apa lagi dia? batin Fayma. Dia bingung antara membuka atau tidak pesan dari Nabil karena Fatma takut jika isi pesan tersebut adalah sesuatu yang menjelekkan suaminya. Fatma membalas pesan dari Nurul dan santi. Beberapa saat kemudian Brian keluar dengan memakai sarung dan pakaian taqwa. Andai saja Fatma melihat wajah suaminya yang tampannya sudah setingkat dengan Dewa itu, pasti dia tidak akan pernah menundukkan kepalanya lagi. Fatmaaa! Fatma! ( Author)
" Ayo!" ajak Brian pada Fatma yang dilihatnya sedang asyik bermain Hp.
" Ayo!" jawab Fatma lalu berdiri dan mengikuti langkah kaki Brian keluar kamar dan menuju Mushalla di ujung . Mereka melakukan shalat dzuhur berjamaah dan berdzikir, kemudian Fatma mencium punggung tangan Brian. Ahh! Sudah lama rasanya dia tidak melakukan ini! Bibirmu terasa sangat lembut, Za! Aku sangat ingin menikmatinya lagi! batin Brian.
" Apa ada sesuatu?" tanya Fatma tiba-tiba saat melihat Brian hanya duduk terdiam.
" Hah? Tidak! Eh, iya! Tolong jangan sampai ada yang tahu jika aku sudah keluar!" kata Brian pada Fayma.
" Iya!" jawab Fatma.
" Trima kasih!" kata Brian.
" Aku harus pulang! Nanti Abi dan Ummi mencariku!" kata Fatma.
" Tidak bisakah kamu tinggal disini?" tanya Brian dengan nada sedih. Fatma terdiam, lalu dia berdiri dari duduknya.
" Kau bilang kebebasanmu tidak ada yang boleh tahu!" jawab Fatma. Brian menatap istrinya yang sedang menundukkan kepalanya.
" Baiklah! Bisakah kamu...datang tiap hari?" tanya Brian dengan ragu-ragu. Fatma terdiam sesaat, ini adalah permintaan seorang suami yang wajib dilakukannya, tapi bagaimana dia mengatakannya pada Abinya? Fatma merasa bingung harus menjawab apa.
" Jangan membuat posisiku menjadi serba salah!" kata Fatma. Terus terang Brian merasa kecewa dengan jawaban Fatma, tapi dia tahu jika dia telah membuat istrinya itu kebingungan. Fatma berdiri dari duduknya diikuti dengan Brian, lalu mereka masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian.
" Bisa kamu ambilkan aku baju ganti?" tanya Brian.
" Aku tidak tahu seleramu!" jawab Fatma.
" Aku akan memakai apa saja yang kamu ambil!" kata Brian lembut.
" Baiklah!" jawab Fatma, lalu dia hilang dibalik pintu kamar mandi. Tok! Tok! Tok! Ada yang mengetuk pintu kamar mereka.
" Ada apa?" tanya Brian tanpa membukakan pintu.
" Makan siang sudah siap, Tuan!" kata Isma.
" Permisi, Tuan!" kata Brian hanya diam saja tanpa menjawab.