Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 20 - Seperti Apa?

Chapter 20 - Seperti Apa?

Fatma kaget dengan keberadaan Herni yang tiba-tiba berdiri disampingnya dengan ponsel yang dihadapkan ke wajahnya. Fatma melihat foto Can Yaman, Subhannallahu! Tampan! batin Fatma.

" Astaghfirullah, Herni! Kenapa kamu melihat foto seperti itu?" ucap Fatma menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dia terkejut saat melihat foto yang kedua, yaitu saat Can Yaman bertelanjang dada dengan tubuhnya yang berbentuk v-shape dan perutnya yang seperti roti sobek.

" Hahahahahaha! Tapi lo liat juga 'kan?" Herni tertawa terpingkal-pingkal melihat sikap sepupunya itu.

" Astaga, Fat! Jangan bilang kamu belum pernah melihat pria bertelanjang dada?" tanya Herni tidak percaya.

" Memang nggak pernah!" jawab Fatma sambil mengelus dada.

" Ya, ampun, Fat! Lo lahir zaman apa sih? Nanti malam lo pasti lo dapat tayangan live!" kata Herni.

" Herni! Ayo, keluar! Jangan samakan Fatma dengan dirimu!" kata mama Herni.

" Mama apa'an sih? Fatma harus diperkenalkan ke dunia luar! Biar nggak kuper!" tutur Herni pada mamanya.

" Mama nggak mau Fatma terkontaminasi dengan pergaulanmu yang kekini-kinian itu!" jawab mamanya tegas.

" Emang apa yang salah dengan pergaulan Herni?" tanya Herni pada mamanya.

" Jelas salah! Kamu selalu pergi dengan teman-teman priamu! Sedangkan Fatma? Mana berani dia berjalan sama pria yang bukan muhrimnya? Melihat saja dia tidak berani!" tutur mama Herni. Herni melongo mendengar ucapan mamanya. Memang Herni berbea dengan Fatma, karena Herni tinggal di singapore dan kuliah disana. Papa Herni seorang yang demokratis, dia membebaskan anak-anaknya melakukan yang mereka suka dengan batasn tertentu. Sedangkan mama Herni adalah adik dari Ummi Fatma, yang telah lama tinggal di Singapore bersama keuarganya.

" Benar-benar gadis langka lo Fat!" kata Herni.

" Itu bukan langka! Tapi Islam yang sebenarnya adalah seperti itu!" jawab mamanya.

" Ayo! Biarkan sepupumu istirahat!" kata mama Herni. Lalu mereka meninggalkan Fatma sendiri. Apa benar dia seperti pria di foto itu? Astaghfirullah! Apa yang aku pikirkan? batin Fatma merasa bersalah telah membandingkan suaminya dengan pria lain.

Sementara itu Brian yang telah sampai di RS langsung bergegas menuju kamar rawat mamanya.

" Mama!" sapa Brian pada mamanya. Mamanya tersenyum melihat anak kesayangannya itu.

" Anak mama!" panggil mamanya.

" Mama jangan seperti ini lagi!" kata Brian dengan mata berkaca-kaca.

" Mama minta maaf! Mama sudah membuat kamu khawatir!" jawab mamanya.

" Kak! Aku pergi dulu mencari makan!" kata Briana.

" Iya!" jawab Brian.

" Lo nggak makan, Bi?" tanya Brisa, kakaknya.

" Sudah! Lo pergi aja sama Bre!" kata Brian. Brisa dan Briana keluar dari kamar mamanya.

" Kamu terlihat berbeda?" ucap mamanya.

" Ma!" ucap Brian sedikit gugup.

" Ada apa, sayang?" tanya mamanya.

" Aku sudah menikah!" kata Brian.

" Benarkah?" tanya mamanya kaget. Lalu Brian mengeluarkan ponselnya dan membukanya, tampak gambar dirinya dan Fatma yang tadi sedang mencium tangannya.

" Ini, ma!" kata Brian. Mamanya melihat foto yang ditunjukkan Brian.

" Gadis yang cantik!" ucap mamanya tersenyum.

" Kamu mencintainya?" tanya mamanya.

" Iya, ma! Aku sangat mencintainya! Aku tidak tahu kenapa, tapi bagiku dia sangat spesial, ma!" tutur Brian.

" Anak mama sedang jatuh cinta! Jangan pernah menyakiti hatinya, sayang!" pesan mamanya.

" Iya, ma! Aku pasti akan membuat dia bahagia!" kata Brian memeluk mamanya.

" Kalo mama sudah sembuh, keluarganya akan datang ke rumah!" kata Brian.

" Tidak! Kita yang akan datang kesana, nak!" kata mamanya.

" Baik! I love you, ma!" kata Brian.

" I love you too, sayang!" jawab mamanya. Brian keluar dari kamarnya saat Danis menelponnya.

" Bos!" sapa Brian.

" Aku sudah menikah! Carikan aku ustadz untuk mengajariku tentang Islam!" kata Brian.

" Bos?" ucap Danis tidak percaya.

" Selama sebulan aku akan sedikit sibuk di luar kantor, kamu handle semua masalah kantor!" kata Brian.

" Siap, Bos! Tapi kerjasama dengan Norton Co?" tanya Brian.

" Kamu handle aja!" jawab Brian.

" Bos?" tanya Danis heran, karena Brian tidak akan mewakilkan siapapun saat meeting dengan Mr. Norton, karena dia adalah klien terbesar dan terpenting Brian. Bahkan Brian pernah menyewakan sebuah yacht untuk menjamu Mr. Norton beserta beberapa foto model dunia untuk menemaninya.

" Kenapa? Kamu nggak sanggup?" tanya Brian.

" Sanggup, Bos! Saya hanya kuatir Mr. Norton tidak puas jika saya yang menjamunya!" jawab Danis.

" Bilang saja aku sedang sibuk!" kata Brian. Kemudian Brian memberikan tanda tangan ke beberapa dokumen yang diberikan Danis.

" Gimana perusahaan yang akan di pegang Nabil?" tanya Brian.

" Sudah siap semua, Bos!" jawab Danis.

" Bagus! Awasi terus jangan sampai lengah! Nabil seorang yang cerdas, dan sangat ambisius jika menyangkut uang dan kekuasaan!" ucap Brian.

" Baik, Bos!" jawab Danis. Setelah semua selesai, Danis menunggu Brian diluar kamar, sementara Brian masuk ke dalam untuk memastikan keadaan mamanya.

" Jika keadaanmu semakin membaik dalam jangka seminggu ini, kamu boleh pulang!" kata Dokter Dean. Dia adalah sepupu mama yang menjadi kepala RS disitu dan sebagai dokter ahli jantung.

" Dean! Apa tidak bisa dipercepat?" tanya mamanya.

" Maaf, Iris! Aku tidak mau membahayakan nyawamu lagi! Terakhir kali kamu disini kamu meminta untuk mempercepat kepulanganmu karena Brian datang! Dan akhirnya perawatanmu berjalan hanya sekian persen! Kali ini tidak boleh!" kata Dean tegas.

" Ma! Mama harus benar-benar sembuh dulu!" kata Brian tersirat.

" Iya! Mama akan menuruti Ommu!" kata mamanya menatap wajah putra semata wayangnya itu. Jam telah menunjukkan angka 10 malam, Brian pamit kepada mama dan adiknya untuk pulang, karena dia seharian belum beristirahat setelah mendarat dari Aussie. Brian menyuruh Danis pergi menuju ke rumah istrinya. Selama perjalanan, dia membuka-buka website tentang agama Islam.

" Kamu boleh pergi, besok aku akan menghubungimu jika aku akan pergi! Jangan lupa ucapanku tadi!" kata Brian setelah menurunkan Brian di rumah Fatma.

" Iya, Bos!" jawab Danis. Yakin bisa tinggal dirumah begini, Bos? batin Danis melihat rumah Fatma yang kecil menurut ukurannya. Brian menatap Danis tajam, Danis menundukkan kepalanya saat matanya bertemu dengan mata Brian. Tatapan mata yang siap menghabisi mangsanya. Kemudian Danis pergi membawa mobil Brian, Brian berjalan menuju pintu rumah. Apa jam segini mereka sudah tidur? batin Brian yang melihat jam di tangannya menunjuk angka 11, ternyata sudah jam segini! batin Brian. Kemudian Brian mengirim pesan kepada istrinya. Fatma ternyata tertidur karena menunggu Brian tidak kunjung datang atau memberinya berita. Brian akhirnya menelpon Fatma, Fatma terbangun setelah beberapa kali Brian menelpon. Dia! batin Fatma. Ponsel Brian mati, karena belum di cash dari tadi pagi. Fatma membaca pesan dari suaminya.

@ Assalamu'alaikum, Za...maaf mengganggumu jika kamu telah tertidur..aku ada diluar sekarang

Astaghfirullah! Aku sampai tertidur dan membiarkan suamiku diluar begitu lama! batin Fatma. Kemudian dia memakai khimarnya dan berjalan keluar kamar. Dibukanya kunci pintu utama, dilihatnya Brian duduk di kursi teras.

" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma lembut. Ahhh! Kenapa semua yang ada pada dirimu membuatku menjadi pria yang lemah. Brian berdiri dan menatap istrinya yang memakai sebuah daster dengan khimar warna pastel.

" Wa'alaikumsalam! Maaf membangunkanmu!" kata Brian tersenyum tipis.

" Tidak! Saya yang seharusnya minta maaf karena ketiduran saat menunggumu pulang!" tutur Fatma dengan lemah lembut. Lalu Brian masuk ke dalam rumah melewati Fatma dan mengikis jarak antara mereka, wangi parfum maskulin Brian sejenak menerpa hidung Fatma dan membuatnya memejamkan matanya. Subhanallahu! Harum sekali bau suamiku! batin Fatma. Brian menatap istrinya dengan sedikit heran, Fatma yang menyadari sikapnya segera menutup pintu kemudian menguncinya.