Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 22 - Shalat Pertama

Chapter 22 - Shalat Pertama

" Waktunya shalat subuh!" ucap Fatma.

" Astaga, sayang! Apa kamu tidak bisa membangunkanku dengan menggoyangkan tangan ato kakiku saja?" tanya Brian yang menyadari bahwa alarm itu sengaja dipasang istrinya untuk membangunkannya.

" Maaf!" ucap Fatma.

" Aku mandi dulu!" ucap Brian kemudian pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Fatma menyiapkan handuk suaminya di pintu kamar mandi. Saat Brian membuka pintu, dia tersenyum melihat handuk yang sudah melingkar di engsel pintu kamar mandi. Brian keluar setelah selesai memakai pakaian Daffa.

" Ini sarung dan baju taqwanya!" kata Fatma sambil menyerahkannya pada Brian .

" Aku belum bisa memakai sarung dengan benar, sayang!" ucap Brian malu. Haduh! Gimana ini? Masak iya aku yang ajarkan! batin Fatma.

" Pakailah baju itu dulu! Dan tolong bisakah kamu tidak memanggilku dengan kata-kata itu? Aku sedikit risih mendengarnya!" kata Fatma. Kenapa dia tidak suka aku panggil seperti itu? Kenapa dia tidak suka jika aku bersikap mesra padanya! Apakah dia membenciku? batin Brian kecewa. Lalu dipakainya baju taqwa tersebut dan berjalan mengikuti Fatma keluar kamar. Mereka menuju mushalla keluarga.

" Wudhu lah dahulu!" kata Fatma. Brian menganggukkan kepalanya.

" Eh! Kamu tahukan cara berwudhu?" tanya Fatma.

" Aku mempelajarinya semalam!" jawab Brian. Fatma tertegun mendengar ucapan Brian, hatinya diliputi rasa haru karena niat suaminya belajar sungguh-sungguh dilakukannya. Fatma melakukan wudhu di tempat wanita dan Brian di tempat pria. Mereka berjalan bersama masuk ke dalam mushalla.

" Assalamu'alaikum!" ucap Fatma diikuti Brian.

" Wa'alaikumsalam!" jawab semua yang sedang membaca Al Qur'an.

" Maaf, Bi! Fatma terlambat bangun!" kata Fatma.

" Tidak apa! Kenapa suamimu tidak memakai sarung?" tanya Abi.

" Bang! Tolong ajari dia memakai sarung yang benar!" kata Fatma pada Arkan.

" Ayo!" ajak Arkan pada Brian, mereka berjalan ke arah hijab dan Arkan mengajari Brian dibalik hijab tersebut. Beberapa saat kemudian Brian telah memakai sarungnya, Fatma hanya melirik saja pada suaminya. Kemudian mereka melanjutkan mengaji sampai hampir tiba saat shalat subuh.

" Assalamu'aialikum!" pamit para lelaki yang telah berdiri dan akan keluar dari mushalla untuk menunaikan shalat subuh di masjid. Brian mengikuti mereka dari belakang sambil menatap Fatma sekilas.

" Wa'alaikumsalam!" jawab para wanita dengan senyuman. Fatma menatap punggung suaminya, wajahnya menyiratkan rasa kekhawatiran, tapi dia hanya diam saja.

" Kamu kenapa, nak?" tanya Ummi.

" Nggak papa, Ummi!" jawab Fatma bohong, dia nggak mau Ummi tahu kekhawatirannya akibat menikahi pria yang tidak tahu agama keluarganya. Apakah dia bisa melakukannya? batin Fatma.

Sementara itu di kediaman Nabil setelah mereka pulang dari rumah Fatma, Abi Nabil mengajak semua duduk di ruang tengah.

" Abi! Ada apa ini sebenarnya?" tanya Ummi penasaran dengan sikap suaminya.

" Abi malu, mi, sama keluarga Fatma!" ucap Abi dengan mata berkaca-kaca.

" Abi tidak becus mendidik anak hingga dia menjadi seperti ini!" ucap Abi lagi.

" Apa maksud Abi? Salah darimana?" tanya Ummi.

" Apa kamu juga seperti itu, Zidan?" tanya Abinya.

" Apa maksud Abi?" tanya Zidan kaget.

" Apa alasan kamu tidak juga menikah sampai sekarang?" tanya Abi. Deg! Jantung Zidan berdetak sangat kencang mendapat pertanyaan dari Abinya.

" Kenapa jadi bahas aku, Bi? Kita lagi bahas Nabil!" kata Zidan.

" Ada apa ini sebenarnya? Kenapa kalian bertiga bermain teka-teki seperti ini?" tanya Ummi Nabil.

" Lebih baik kalian berdua berterus terang sekarang, daripada Abi tahu dari orang lain!" kata Abi marah.

" Kalo mereka nggak mau menikahkan Fatma dengan Nabil ya sudah! Masih banyak wanita diluar sana yang lebih cantik dari Fatma!" kata Nabil santai. Plakkk! Tamparan yang cukup keras mendarat di pipi Nabil.

" Abi kok nampar aku?" tanya Nabil kaget.

" Abi nggak nyangka pendidikan agama yang selama ini kamu pelajari tidak ada gunanya sama sekali!" kata Abi dengan marah.

" Jika kalian tidak merubah sifat kalian dan membawa wanita baik-baik menjadi menantu Abi dan Ummi, lebih baik kalian tidak menginjakkan kaki lagi di rumah ini!" kata Abi.

" Abi! Abi bicara apa sih?" yanya Ummi.

" Tanyakan sama kedua anakmu!" ucap Abi lalu pergi ke dalam kamarnya.

" Bicara! Jika kalian masih menghormati Ummi dan menyayangi ummi, bicara!" kata Ummi.

" Aku nggak tahu apa maksud Abi, mi!" kata Nabil.

" Aku juga!" sahut Zidan.

" Ummi nggak bisa menolong kalian! Ummi kecewa pada kalian!" kata Ummi lalu pergi meninggalkan kedua anaknya.

" Gara-gara lo ini!" kata Zidan marah pada adiknya.

" Kenapa gara-gara gue?" bela Nabil.

" Kenapa sampe Fatma nggak mau nikah sama lo?" tanya Zidan.

" Abi bilang dia sakit!" kata Nabil.

" Gue harus tanya pada Arkan!" kata Zidan.

" Assalamu'alaikum, bro!"

- " Wa'alaikumsalam! Ada apa, bro?" -

" Sebenernya ada apa sih? Kenapa tiba-tiba pernikahan adik gue nggak jadi?"

- " Apa Abi lo nggak bilang?" -

" Nggak, bro! Dia marah nggak jelas gitu!"

- " Gue kirim sesuatu ke ponsel lo!" -

" Ok! Assalamu'alaikum!"

- " Wa'alaikumsalam!" -

Beberapa saat kemudian ada pesan masuk lewat ponsel Zidan. Zidan membuka WA dari Arkan.

" Wowwww! Hahaha! Gimana Abi nggak marah, lo udah kayak bintang porno aja!" kata Zidan tertawa. Nabil kaget mendengar ucapan kakaknya. Diraihnya ponsel Zidan dan metanya terbelalak saat melihat video dan deretan fotonya dengan Gina.

" Gue nggak nyangka, ternyata lo manika xxx juga!" kata Zidan.

" Sialan! Ini pasti kerjaan Bos gue! Makanya dia rela ngasih gue satu perusahaannya buat gue pegang!" kata Nabil mengepalkan tangannya.

" Apa? Apa hubungannya?" tanya Zidan.

" Dia naksir sama Fatma dan mau menikahinya!" kata Nabil.

" Siapa Bos lo?" tanya Zidan.

" Brian Daniel Manaf! Pemilik Manaf Corp!" ucap Nabil.

" Apa? Serius lo kerja sama dia?" tanya Zidan kaget.

" Iya! Dan gue sekarang adalah salah satu Direktir di salah satu anak perusahaan dia!" kata Nabil bangga.

" Hebat juga lo! Gue aja setengah mati ngajukan proposal ke perusahaan dia!" kata Zidan.

" Karna lo nggak sepintar gue!" kata Nabil.

" Tapi gue nggak sebego lo, sampai ke gap gini!" kata Zidan.

" Berati lo juga sama aja sama gue!" kata Nabil. Zidan yang merasa kejebak omongannya sendiri mengutuk mulutnya yang seperti ember.

" Nggak lah! Gue cuma belum nemu yang cocok aja!" kata Zidan.

" Sialan keluarga mereka! Kalo Ummi tahu gimana? Dia pasti sangat terpukul!" kata Nabil.

" Mikir lo telat! Udah kayak gini baru mikir! Kalo enak aja lo diaem!" kata Zidan.

" Sialan lo! Bantuin gue kek!" kata Nabil.

" Cari jalan diri lah! Gue juga harus cari cara biar Abi nggak marah sama gue!" kata Zidan.

" Sialan lo!" kata Nabil.

" Ngomong-ngomong! Sejak kapan lo jadi brengsek gitu?" tanya Zidan.

" Mati aja lo!" kata Nabil lalu meninggalkan Zidan yang tertawa melihat wajah Nabil yang memerah. Jadi semua ini ulah Brian! Sial bener! Kalo saja gue nggak pengen punya banyak uang, semua nggak akan begini! Bos sialan! batin Nabil. Dia membawa mobilnya menyusuri jalan raya menuju apartementnya. Gina yang dihubunginya dari tadi, tidak juga mengangkat atau membalas panggilannya. Dimana lo Gin? Gue butuh lo! batin Nabil. Gina ternyata telah meninggalkan negara ini dan pergi ke Kairo, sejak bertemu dengan Daffa, dia selalu memikirkan ucapan Daffa.