Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 27 - Kegundahan Fatma

Chapter 27 - Kegundahan Fatma

Sarapan Pagi itu menghidangkan menu nasi goreng telur dengan juz jeruk sebagai minumannya. Semua anggota keluarga hadir untuk sarapan setelah melakukan aktivitas mereka dipagi hari. Brian pergi mandi setelah berolahraga pagi dengan Abi Fatma di Taman, lalu langsung menuju ke ruang makan setelah berpakaian. Mereka menikmati sarapan dengan tenang, kemudian berpindah ke ruang tengah sesuai kebiasaan untuk sekedar berbincang-bincang saat libur kerja.. Brian tidak ikut dengan mereka, dia memilih kembali ke dalam kamar.

" Kamu nggak ikut ke ruang tengah?" tanya Fatma datar.

" Aku ingin bicara denganmu sebentar!" kata Brian. Jantung Fatma berdetak cepat mendengar ucapan Brian. Apa yang ingin dia bicarakan? batin Fatma. Brian duduk di kursi belajar Fatma dan Fatma duduk di pinggir ranjangnya dengan tubuh mereka berhadapan.

" Aku ingin,,kita menikah secara resmi!" kata Brian dengan hati-hati. Fatma terlihat terkejut mendengar permintaan Brian.

" Tapi kenapa? Batas waktumu kan masih 3 minggu lagi!" kata Fatma.

" Apakah ilmuku belum cukup baik untuk menikahimu?" tanya Brian. Fatma tahu jika Brian telah menguasai pelajaran tentang shalat dan mengaji, tapi entah kenapa hatinya masih ragu untuk menerima Brian,

" Aku akan bicara dengan Abi!" kata Fatma lalu dia berdiri dari duduknya.

" Aku sudah bicara dengan Abi!" kata Brian.

" Apa? Kapan?" tanya Fatma tidak suka.

" Tadi pagi!" jawab Brian pelan, dia tahu jika istrinya sepertinya tidak suka dengan tindakannya.

" Harusnya kamu bicara dulu denganku! Aku seperti orang bodoh saja!" kata Fatma sebel, dia merasa jika Brian menjebaknya.

" Maaf! Aku tidak bermaksud membuatmu seperti itu!" kata Brian sedih.

" Apa syarat itu begitu berat bagimu?" tanya Fatma curiga.

" Aku hanya tidak ..."

" Tidak apa?" tanya Fatma heran karena Brian menghentikan ucapannya.

" Sudahlah, jika memang kamu tidak mau, aku tidak akan memaksamu!" kata Brian kecewa.

" Tentu saja kamu tidak bisa memaksaku!" sahut Fatma kesal. Brian berpikir jika Fatma belum mencintainya atau bahkan menyukainya. Apakah aku harus lebih sabar lagi? Apakah...ahhh! Kenapa dengan diriku? Kenapa aku tidak bisa bertahan jika di dekatmu? batin Brian marah. Apakah dia marah? Salahnya sendiri, dasar otoriter! batin Fatma. Aku belum siap menerimamu, terlebih setelah apa yang aku ketahui hari ini! batin Fatma sedih.

Flashback On

Fatma sedang pergi ke pasar bersama ummi setelah berpamitan dengan suami mereka masing-masing yang akan pergi berolahraga. Mereka membeli daging dan sayur juga buah untuk 3 hari ke depan. Saat mereka sedang menikmati minum es kelapa muda di tempat biasa mereka minum, ada panggilan masuk ke ponsel Fatma. Nabil? Fatma bingung antara menerima atau menolak.

" Siapa, nak?" tanya Ummi.

" Nabil, mi!" jawab Fatma malas.

" Angkatlah! Meskipun dia pernah menyakitimu, tapi jangan sampai tali silahturahmi sampai putus!" tutur Ummi. Fatma menganggukkan kepalanya.

" Assalamu'alaikum!"

- " Wa'alaikumsalam! Fatma!" -

" Ada apa, Bil?"

- " Kamu apa kabar?" -

" Alhamdulillah baik!"

- " Aku ingin menghubungimu beberapa hari ini, tapi aku malu!" -

Fatma terdiam mendengar ucapan Nabil.

- " Aku minta maaf, Fatma! Aku benar-benar telah tersesat!" -

" Aku sudah memaafkan kamu, Bil!"

- " Seandainya waktu bisa diulang kembali, Fatma! Aku tidak mau bekerja di perusahaannya Brian brengsek itu!" -

Fatma hanya menghela nafas mendengar umpatan Nabil.

" Istighfar, Bil!"

- " Astaghfirullahaladzim! Dia yang telah membuatku jadi begini, Fatma! Seandainya malam itu dia tidak memaksaku minum...ah! Semua sudah terjadi!" -

" Kamu yang sabar, ya! Allah pasti punya rencana lain!"

- " Iya, Fat! Dia memang pria nggak bener, Fat!" -

" Siapa?"

- " Brian itu! Dia suka sekali one night stand!" -

Fatma terkejut mendengar ucapan Nabil.

" Darimana kamu tahu?"

- " Teman Kak Zidan adalah relasi dia, kemarin aku bertemu dengannya dan dia bicara tentang prusahaan Brian! Dia bilang Brian itu seorang penakhluk wanita dan dia tidak pernah tidur dengan wanita yang sama hampir tiap malam!" -

Fatma merasa hatinya sangat sakit mendengar penjelasan Nabil. Apakah dia telah salah dengan pilihannya? batin Fatma sakit.

" Mungkin itu hanyalah masa lalunya, Bil!"

- " Masa lalu? 3 hari yang lalu dia baru saja pergi dengan teman wanitanya ke New York dan mereka menginap di satu kamar!" -

" Jangan menfitnah orang, Bil!"

- " Apa untungnya aku memfitnah dia? Kenapa kamu begitu membelanya, Fat? Apa kamu suka padanya? -

" Aku bukan membela dia!"

- " Jangan terpikat oleh wajahnya, cukup aku saja korbannya!" -

Ucapan Nabil sekali lagi membuat kepercayaan dan keteguhan hati Fatma goyah.

" Aku harus pergi,kuatir Abi mencariku!"

- " Iya, maaf, telah menyakitimu! Jika boleh kamu memberikanku kesempatan?" -

" Maaf! Jika kita memang berjodoh, apapun akan terjadi! Assalamu'alaikum!"

- " Wa'alaikumsalam!" -

Fatma mematikan panggilan Nabil dan termenung mengingat apa yang dibicarakan di telpon dengan Nabil.

" Apa yang dikatakan Nabil, nak?" tanya Ummi.

" Eh...emm...Hanya meminta maaf, Ummi!" jawab Fatma bohong. Astaghfirullah! Maafkan Fatma, Ummi! batin Fatma.

Flashback Off

Sementara Nabil tersenyum smirk dan merasa jika umpannya berhasil setelah menelpon Fatma dan berpura-pura menyesal. Kamu akan merasakan apa yang aku rasakan Brian! Atau Bos! batin Nabil senang. Fatma meninggalkan Brian sendiri di kamar, Fatma tahu jika hal itu tidak benar, tapi dia sangat marah akan sikap Brian padanya.

" Apa kamu 2 hari yang lalu pergi keluar negeri?" tanya Fatma saat dia berada di pintu kamarnya.

" Benar! Maaf aku tidak memberitahu, karena ada meeting mendadak!" jawab Brian. Fatma melangkahkan kakinya dengan hati hancur, Nabil mengatakan yang sebenarnya padanya. Ya Allah! Apa yang harus hamba lakukan? Apa hamba harus meminta dia menjatuhkan talak pada hamba? batin Fatma bingung. Brian lebih memilih bekerja lewat ponselnya daripada berkumpul dengan keluarga Fatma, karena dia merasa sakit hati atas penolakan Fatma. Brian tidak tahu jika Nabil telah mengatakan hal-hal buruk tentangnya dan Fatma mempercayai Nabil karena Brian lupa memberitahu dia. Beberapa hari setelah peristiwa itu Brian tidak pernah lagi mengungkitnya dan dia merasa jika Fatma berubah padanya. Dia lebih banyak bicara lewat diam dan tidak lagi mencium tangan Brian. Brian jadi merasa harapannya akan sia-sia karena kebodohannya.

" Apakah kamu masih marah atas perbuatanku?" tanya Brian pada Fatma saat mereka sekeluarga sedang pergi ke pantai untuk sekedar melepas kepenatan.

" Sudahlah! Aku hanya benci kebohongan!" jawab Fatma sambil duduk di kursi panjang. Mereka berdua duduk di bawah payung yang ada di dekat pantai, sementara Abi dan Ummi berjalan menyusuri pantai, Daffa dan Arkan berselancar dan Rania bermain pasir.

" Aku tidak pernah membohongimu, Za!" kata Brian.

" Lalu yang ke NY?" sindir Fatma.

" Aku sudah katakan aku mendadak mendapat telpon untuk meeting disana dan aku lupa jika aku belum memberitahumu!" kata Brian.

" Apakah jika kamu meeting selalu menyewa hotel?" tanya Fatma.

" Benar! Karena aku butuh istirahat sebentar untuk sekedar melepas lelah!" jawab Brian.

" Apa harus dengan wanita yang berbeda?" sindir Fatma.

" Astaghfirullah, Za! Kamu sudah suudzon kepada suamimu sendiri!" kata Brian sedikit marah.

" Aku tidak suudzon, tapi itu adalah kebenarannya! Aku tidak mau memiliki suami seorang pembohong atau pez...!" kata Fatma tidak melanjutkan kata-katanya.