" Kamu sudah dewasa!" kata Brian.
" Hanya itu?" tanya Ashley kecewa.
" Tambah tinggi dan can..." Brian menghentikan ucapannya, karena dalam pandangannya yang cantik hanyalah Fatma seorang, dia tersenyum tipis jika mengingat istrinya itu.
" Kak Ian!?" panggil Ashley sebel.
" Kamu kenapa disini?" tanya Brian.
" Aku mencari cintaku!" Kata Ashley.
" Sudah bertemu?" tanya Brian.
" Sudah!" jawab Ashley merona.
" Permisi!" kata seorang pelayan resto yang menghidangkan pesanan Brian.
" Silahkan menikmati, Tuan Brian! Jika ada yang lain, bisa memanggil saya, Patricia!" kata pelayan itu centil, Ashley tidak suka dengan cara pelayan itu melihat Brian. Seperti biasa, Brian hanya diam saja. Lalu dia membaca do'a sebelum makan.
" Kamu nggak makan?" tanya Brian sebelum menikmati makanannya.
" Aku tidak lapar!" kata Ashley lembut, entah kenapa dia merasa kenyang saat menatap pria di hadapannya itu. Brian menikmati makan siangnya tanpa menghiraukan Ashley.
" Apakah makanan itu sangat enak?" tanya Ashley, namun Brian diam saja.
" Kenapa kau hanya diam saja, Kak?" tanya Ashley lagi, tapi Brian masih saja diam tanpa menjawab satupun pertanyaannya. Dia hanya melihat ke arah Ashley saja dan kemudian makan lagi. Ashley yang dilihat merasa tersipu. Kamu semakin tampan dan seksi, Ian! Aku harus memilikimu! Jika tidak sebagai istri, sebagai simpananmu juga boleh! batin Ashley. Ashley memang sangat tergila-gila dengan Brian, sejak dia mengenal Brian 5 tahun yang lalu di Aussie.
Flashback On
Saat itu dia berusia 15 tahun dan terkadang memang masih ingusan. Tapi dia telah jatuh cinta pada Brian yang saat itu datang ke rumahnya mengantar dokumen perusahaan.
" Halo! Gadis kecil!" sapa Brian pada Ashley yang sedang duduk di ruang tengah sambil menonton TV. Brian memang terkenal dingin dan angkuh sejak dulu, mungkin karena dia ingin sukses dalam hidupnya dan menguasai bisnis di dunia. Ashley melihat ke arah datangnya suara, Ya Tuhan! Tampan sekali! Aku ingin menikah dengannya jika aku besar nanti! batin Ashley.
" Halo, Kakak tampan! Cari siapa?" tanya Ashley manja.
" Apa Tuan Gordon ada?" tanya Brian datar.
" Papa ada di ruang kerjanya! Ayo kuantar!" jawab Ashley lalu menggandeng tangan Brian dengan erat. Brian saat itu sedang kuliah sambil bekerja di perusahaan papa Ashley, Brian sering menggoda Ashley guna memuluskan jalannya berbisnis dengan papa Ashley, dan semua itu memang terjadi.
" Kak Briannnn!" sapanya saat bertemu di kantor papanya.
" Ashy, sayang!" sahut Brian yang tidak sungkan memanggil Ashley di depan papanya. Steven hanya menatap Brian tajam, dia tidak menyangka jika pemuda di hadapannya itu begitu berani.
" Kak Brian tambah tampan saja!" kata Ashley.
" Kamu juga tambah cantik!" balas Brian terpaksa. Brian benar-benar laki-laki yang suka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Entah berapa banyal anak gadis pengusaha sukses yang dimanfaatkannya untuk meraih kesuksesannya, tapi Brian tidak pernah sampai mencumbu mereka walau mereka rela telanjang di hadapannya. Dia selalu memberikan mereka obat tidur dan melucuti pakaian mereka hingga keesokan harinya mereka berpikir telah bercinta dengannya. Tak terkecuali Ashley, anak Steven Gordon, pengusaha terkenal dari Inggris. Hanya saja Brian benar-benar menyayangi Ashley dan tidak ingin memanfaatkannya, karena dia mengingatkan pada Briana, adiknya.
" Aku menyukai kakak!" kata Ashley pada suatu siang, saat Steven sedang keluar sebentar dan hanya ada Brian disitu. Brian tahu jika Ashley menyukainya, hanya saja dia menganggap dia hanya sebagai gadis kecil yang manja.
" Jadilah juara! Datanglah 5 tahun lagi!" kata Brian. Dan sejak saat itu Ashley tidak lagi pernah menghubunginya hingga saat ini
Flashback Off
" Pesanlah! Kamu akan tahu sendiri rasanya!" kata Brian datar setelah dia menghabiskan makannya.
" Apa kakak tidak suka aku ada disini?" tanya Ashley kecewa dengan sikap Brian.
" Ashy! Tadi kakak masih makan, apakah kamu kalau makan terbiasa bicara?" tanya Brian. Ashley menggelengkan kepalanya.
" Jika tidak ada lagi yang akan kamu katakan, aku akan kembali bekerja!" kata Brian.
" Kak! Kakak nggak akan mengingkari janji kakak 5 tahun yang lalu bukan?" tanya Ashley.
" Tentu saja tidak!" jawab Brian diiringi senyum merekah Ashley.
" Jadi kita akan menikah?" tanya Ashley lagi.
" Aku tidak pernah berkata akan menikah denganmu!" jawab Brian datar.
" Apa maksud kakak? Tapi waktu itu..."
" Aku bilang aku suka sama kakak! Dan kakak suruh aku jadi juara dan datang 5 tahun lagi!" protes Ashley kecewa.
" Kakak bilang jadi juara dan datang 5 tahun lagi! Bukan datang menikah denganku sehingga kamu juara!" jawab Brian.
" Maksud kakak..."
" Kakak ingin kamu fokus pada sekolahmu, bukan memikirkan laki-laki! Kamu berhasil menjadi yang terbaik bukan di sekolahmu? Kamu bisa meneruskan bisnis papamu!" tutur Brian. Seketika wajah Ashley berubah kecewa dan merasa dibohongi oleh Brian.
" Kakak ternyata seorang penipu!" kata Ashley dengan mata yang berkaca-kaca.
" Pulanglah! Selesaikan sekolahmu! Jangan mengejar hal yang bisa menghancurkan masa depanmu!" kata Brian, kemudian dia beranjak dari duduknya lalu mengacak rambut Ashley.
" Buat papamu bangga! Kamu harapan terbesarnya!" kata Brian lalu berjalan keluar dari resto, tapi tiba-tiba sebuah tangan melingkar dipinggangnya dan terdengar isak seorang gadis di punggungnya tanpa rasa malu. Saat ini yang dia inginkan hanya bersama dengan Brian.
" Temani aku untuk terakhir kalinya!" kata Ashley.
" Ashy, kamu..." Brian menghentikan ucapannya karena dihadapannya telah berdiri Arkan yang masuk ke dalam resto bersama dengan beberapa pria. Arkan terkejut melihat adik iparnya, dia menatap Brian dengan tajam karena ada seseorang yang memeluknya dari belakang.
" Abang?" gumam Brian lalu melepaskan pelukan Ashley.
" Tolong kak! Aku mau kakak!" kata Ashley masih berada di punggung Brian. Arkan mendengar ucapan Ashley dan dia pergi tanpa berkata apa-apa. Brian merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi, dia tidak mau jika Fatma akan salah paham terhadap dirinya, terlebih sekarang keadaan hubungan mereka yang sedang kurang baik. Brian memutar tubuhnya dan menatap Ashley tajam.
" Pulanglah! Sebelum kesabaranku habis!" kata Brian pelan, kemudian dia melihat kakak iparnya yang sedang menatap ke arahnya dan pergi meninggalkan Ashley yang menangis merasakan sakit di hatinya. Apa aku harus mengatakan pada Fatma? Aku tidak mau adikku menikah dengan pria seperti itu! batin Arkan.
" Kan!" panggil temannya.
" Ngelamun aja, lo!" kata temannya lagi.
" Eh, sorry! Gue hanya kepikiran acara kalian lusa!" kata Arkan bohong.
" Emang kenapa? Semua sudah siap'kan?" tanya temannya.
" Ins Yaa Allah siap!" jawab Arkan.
" Si Harun bisa kan?" tanya temannya.
" Bisa! Dia tadi sudah ngubungin gue!" jawab Arkan.
" Ngomong-ngomong kenapa lo nggak jodohin adik lo sama Harun aja?" tanya temannya.
" Iya! Dia kan sudah putus sama artis itu!" sahut temannya yang satu.
" Bisa aja kalian!" jawab Arkan. Seandainya mereka putus sebelum kejadian itu! batin Arkan. Brian pergi menemui Harun untuk melanjutkan pelajarannya.
" Kali ini saya akan mengajarkan tentang adab sopan santun dan bertutur kata yang baik menurut Islam!" kata Harun. Fatma memikirkan apa yang terjadi pada rumah tangganya beberapa hari ini. Dia merasa bersalah pada Brian karena telah mengabaikannya, padahal suaminya tidak pernah sekalipun marah atau mengeluh akan sikapnya. Sebenarnya dia memikirkan apa yang Brian katakan untuk mempercepat pernikahan mereka, karena paling tidak dia memang telah memiliki ilmu agama walau belum begitu mumpuni karena dia baru saja belajar.