Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 21 - Sungguh-sungguh

Chapter 21 - Sungguh-sungguh

Fatma berjalan masuk diikuti oleh Brian, dada Brian berdegub sangat kencang, begitu juga dengan Fatma. Baru kali ini Fatma memasukkan seorang pria asing yang kebetulan baru tadi siang berstatus menjadi suaminya ke dalam kamarnya. Fatma membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam diikuti oleh Brian. Brian sedikit kaget karena melihat kamar yang begitu kecil dan ranjang yang hanya muat untuk satu orang saja, sungguh jauh berbeda dari kamarnya yang 3 kali lipat luasnya. Aku akan tidur dimana? Bukankah aku tidak boleh menyentuhnya? batin Brian bingung.

" Maaf! Kamar saya tidak begitu luas, karena keluarga kami hanya sebuah keluarga yang sederhana saja!" ucap Fatma yang membuat Brian merasa tidak enak pada istrinya.

" Tidak apa-apa! Saya bisa tidur dimana saja!" jawab Brian berbohong, karena seumur hidupnya dia tidak pernah tidur di sembarang tempat.

" Apa kamu sudah mandi?" tanya Fatma.

" Belum!" jawab Brian. Abi Fatma sengaja membuatkan kamar mandi di dalam untuk Fatma karena dia seorang wanita.

" Itu kamar mandinya! Apakah kamu membawa pakaian ganti?" tanya Fatma lagi.

" Tidak! Biasanya ada di mobil, tapi Danis membawa mobilku!" jawab Brian sedih, Fatma tersenyum tipis.

" Apakah kamu mau memakai pakaian abangku?" tanya Fatma.

" Boleh! Tapi..." jawab Brian.

" Kenapa?" tanya Fatma.

" Apa muat?" tanya Brian dengan raut wajah datar.

" Ukuran kamu L?" tanya Fatma.

" XL!" jawab Brian. Ya Allah, besar juga tubuh dia! batin Fatma.

" Maaf! Jadi bagaimana?" tanya Fatma bingung, dia pasti tidak akan membiarkan suaminya tidur dengan pakaian yang sama apalagi tidak berpakaian.

" Pinjamlah pakaian abangmu! Aku'kan memakainya hanya untuk tidur!" kata Brian.

" Baiklah! Kamu mandi dulu, ini handuknya!" ucap Fatma menyerahkan handuk pada Brian dan diterima oleh Brian. Tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan, sontak Fatma menarik tangannya dengan gugup.

" Permisi!" ucap Fatma lalu keluar dari kamarnya. Brian tersenyum melihat tingkah istrinya, sangat menggemaskan melihat dia gugup seperti itu! batin Brian. Brian melepas pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi, sempit sekali! Tidak ada shower dan tempat buang air besarnya jadi satu disitu! batin Brian. Rasanya dia ingin muntah, tapi dia tahan, karena dia tidak mau jika sampai istrinya merasa tersinggung dengan kelakuannya. Lalu dia mengambil air dengan memakai gayung dan menyiram tubuhnya. Airnya begitu dingin mennyentuh kulit Brian. Fatma lupa jika Daffa memiliki tubuh sedikit besar dari Arkan karena kebiasaannya berolahraga, akhirnya Fatma membangunkan Daffa untuk meminjam pakaian. Daffa sedikit susah dibangunkan, mungkin karena lelah seharian mengurus pernikahan Fatma.

Setelah beberapa kali Fatma mengetuk pintu kamarnya, akhirnya dia terbangun dan mengajak Fatma masuk ke dalam kamarnya.

" Ini, kak!" ucap Daffa menyerahkan pakaiannya yang paling besar, sebuah kaos dan celana panjang.

" Trima kasih ya dek!" ucap Fatma menerima pakaian Daffa.

" Iya!" jawab Daffa.

" Baju Taqwa dan sarungmu juga!" kata Fatma.

" Sebentar!" kata Daffa, diambilnya baju Taqwa warna putih dan sarung kotak-kotak hijaunya.

" Ini!" kata Daffa. Fatma menyatukan pakaian tersebut dan membawanya di depan dadanya.

" Trima kasih! Kakak ke kamar dulu, Assalamu'alaikum!" kata Fatma sambil beranjak dari ranjang Daffa dan keluar dari kamarnya.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Daffa sambil menutup pintu kamarnya. Fatma berjalan ke kamarnya dengan perlahan. Dia membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam, saat dia memutar tubuhnya bersamaan dengan itu Brian keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan memakai handuk yang melingkar menutupi bagian pinggang ke bawah.

" Astaghfirullahaladzim! Kenapa kamu telanjang?" teriak Fatma sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan pakaian Daffa terjatuh ke lantai.

" Maaf! Aku kira kamu belum kembali!" ucap Brian kaget dan sedikit gemas melihat tingkah Fatma. Apa dia belum pernah melihat hal seperti ini? batin Brian. Benar-benar wanita spesial dan langka. Brian benar-benar merasa bangga mendapatkan istri yang masih lugu dan suci dari segala keburukan yang ada di luar sana. Lalu Brian dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi lagi.

" Aku sudah masuk ke kamar mandi, berikan pakaian kakakmu!" kata Brian. Fatma berjalan ke arah kamar mandi sambil memejamkan matanya.

" Aduh!" teriak Fatma saat tubuhnya menabrak meja belajarnya.

" Kamu tidak apa-apa, sayang?" ucap Brian kuatir dan akan keluar dari kamar mandi..

" Ti...tidak! Kamu jangan keluar! Aku baik-baik saja!" kata Fatma takut jika Brian tiba-tiba keluar saat mendengar dia mengaduh. Lalu Fatma memberikan pakaian Daffa yang tadi diambilnya di lantai. Fatma bernafas lega saat Brian menutup pintu kamar mandi. Tunggu dulu! Apa tadi dia memanggilku sayang? Subhannallahu! Kenapa jantungku berdetak begini cepat? Apa aku telah menderita penyakit jantung? batin Fatma. Fatma berdiri di depan jendela kamarnya setelah melipat pakaian suaminya yang tergeletak di lantai dan meletakkannya di atas meja belajarnya. Dia bingung apa yang harus dilakukannya jika Brian keluar dari kamar. Lalu dengan cepat dia menggelar karpet yang dipakainya untuk shalat di kamar dan melapisinya dengan bed cover. Diletakkannnya sebuah bantal dan guling di atasnya lalu dia membaringkan tubuhnya dan memakai selimut hingga sebatas leher. Brian keluar dari kamar mandi dan tidak melihat istrinya di dalam kamar. Kemana dia? batin Brian. Kemudian Brian duduk di atas ranjang Fatma dan meraih ponselnya.

" Halo, ma!"

- " Sayang!" -

" Mama belum tidur?"

- " Belum sayang! Mama nggak bisa tidur mikirin menantu mama!" -

" Nanti tiap hari Aku kirim mama foto dia, ya!"

- " Benar, ya!" -

" Iya, ma! Mama tidur, ya! Biar cepet sembuh! Biar cepet ketemu sama menantu mama yang cantik seperti bidadari itu!"

- " Iya! Selamat malam, sayang!" -

" Selamat malam, ma!"

Brian menutup panggilannya dan membaringkan tubuhnya di ranjang Fatma. Fatma yang mendengar pujian suaminya, pipinya merona merah dan tersenyum malu. Dia sangat menyayangi mamanya! Untung saja dia tidak melihat wajahku saat ini! batin Fatma. Fatma tidak bisa memejamkan matanya, sementara didengarnya dengkuran halus dari suaminya. Ah! Ternyata dia sudah tertidur! batin Fatma, padahal dia belum memberitahu peraturan dirumah ini. Lama kelamaan Fatma tertidur karena mengantuk juga saat.

Jam menunjukkan pukul 3 subuh, keluarga Fatma telah terbangun dan menuju ke mushalla.

" Fatma dimana, Bi?" tanya Arkan.

" Biar saja! Mungkin adikmu capek!" jawab Abi. Kemudian mereka melakukan shalat tahajud berjama'ah. Fatma membuka matanya, dia menguap dan duduk ditempatnya. Kenapa aku ada dibawah? batin Fatma. Potongan-potongan ingatannya mulai terkumpul, Astaghfirullah! Dia? batin Fatma. Perlahan Fatma melihat ke arah kirinya, seorang pria sedang tidur menghadap dirinya. Dengan cepat dia memejamkan matanya lalu berdiri dan merapikan semuanya. Jam 3 lewat 25 menit diwaktu subuh. Fatma masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil sebuah longdress tosca dan khimar berwarna soft blue. Fatma mandi lebih lama dari sebelum-sebelumnya, karena kini dia telah bersuami, dia melakukan ritual mandi seperti yang diajarkan kakak iparnya. Hmmm! Harum sekali baunya! batin Fatma menghirup sendiri tubuhnya. Kemudian dia memakai pakaiannya dan keluar dari kamar mandi. Dia terpaku di depan pintu kamar mandi, bagaimana membangunkan suaminya dari tidurnya. Aaaa! Aku punya ide! batin Ftma lagi. Dia meraih ponselnya dan menyetel alarm dengan memperkeras volumenya. Fatma kemudian berdiri di depan jendela yang baru saja dibukanya. Kriiiingngngng! Alarm ponsel Fatma berbunyi, Brian terkejut mendengar suara yang sangat keras, dia terbangun dan mencari asal suara itu. Dilihatnya ke arah keja ada ponsel dengan layar yang menyala, Brian meraih ponsel tersebut dan mematikannya. Ketika dia memutar tubuhnya, dilihatnya istrinya telah berdiri di depan jendela menghadap padanya.