Fauziah tidak bisa tidur karna ponsel nya yg terus berdering, berkali kali gadis itu mencoba menutup telinganya dg bantal agar tak mendengar deringan itu lagi.
Tapi tetap yg menelp sangat lah kukuh sampai akhirnya Fauziah mencoba menenangkan hatinya dan memutuskan mengangkat tlp tsb.
"Hallo"jawab Ziah pelan, dg perasaan sedikit kacau, jantung nya berdebar kencang.
Sementara di luar Kawaki memperhatikan setiap sudut rumah Fauziah mengendap endap, Fauziah tidak mengetahui sama sekali soal itu.
Tiba2 ponsel Kawaki berdering.
"Hallo bos"jawab nya kemudian.
"Ya bagaimana apa ada yg mencurigakan disana?"tanya Bani dari balik tlp itu, dg perasaan yg sangat khawatir.
"Tidak ada bos, sampai saat ini belum ada yg mencurigakan"
"Baiklah terus memantau ya, kalau ada apa2 cepat kabari saya"perintah Alvino muda, yg langsung menutup tlp.
Bani sangat khawatir di kamarnya, mata enggan tertutup mengira tlp tadi siang hanya orang iseng tapi ternyata Fauziah masih di teror oleh orang tsb.
Bani berdiri mondar mandir di depan ranjangnya.
Sementara Farel tertidur dg pulas tanpa rasa bersalah diatas ranjang itu, Bani yg menyuruh Farel untuk menginap dan melarangnya pulang.
Hingga akhirnya Farel dg terpaksa tidur di kamar sang kakak.
"Hallo"ucap Fauziah lagi dan meletakkan ponsel di telinganya.
"Hallo, apa kabar, apa kamu masih mengingat ku"jawab seseorang dari tlp tsb, suaranya terdengar dingin.
Fauziah terkesiap, masa lalu apakah dia menghantui sampai separah ini, sekonyol ini, apa tidak ada metode yg lebih licik dari ini?
"Siapa ini?"Fauziah bertanya berusaha meyakinkan dirinya tentang tebakannya benar atau tidak, wajah gadis itu memucat.
"Apa kamu sudah lupa? kenapa kamu sombong sekali, seratus kali aku tlp tapi gak di jawab2, sampai tengah malam begini baru di jawab, ha tapi gak papa lah yg penting ada jawaban"
"Siapa kamu?"Fauziah kembali bertanya dg mata yg melebar.
"Ini aku, sepenggal hatimu yg masih tersisa, apa kau benar2 melupakan nya?"apa itu seperti seduktif menggelikan.
"Apa itu kamu, Al Wijaya?"tanya Fauziah dg sedikit ragu.
"Cinta tau kemana arah nya untuk pulang, dan kamu masih mengetahuinya hmm"jawab orang tsb.
Fauziah bergetar tubuhnya seakan berguncang, kenapa tiba2 dia hadir di saat Fauziah mencoba melupakan sosoknya.
"Mau apa kamu?"tanya Fauziah lagi dg nada yg keras.
"Aku hanya ingin kamu mengetahui segalanya, aku bukan penjahat, aku bukan orang iseng, aku bukan pemberi harapan palsu, jadi tolong dengarkan aku, kali ini dengarkan aku Fauziah"oceh sang mantan teman yg mulai mencair dan mendesak Fauziah.
"Apa lagi yg harus aku dengar Al?"jawab Ziah yg mulai melunak.
"Aku hanya ingin kamu tau Ziah, tau segalanya?" Al sedikit ngotot.
"Iya apa?"ketus sang gadis.
"Sebelumnya aku minta maaf, selama ini aku telah banyak menyakiti kamu, membuat kamu meragu membiarkan kamu pergi dan menjauh, Ziah apa aku masih ada kesempatan?" Al menjeda pembicaraannya.
"Kesempatan? kesempatan apa?"Ziah mulai berkaca kaca, sakit hatinya mulai kembali.
"Aku masih mengharapkan kamu untuk kembali Fauziah?"
"Kembali untuk apa Al, tidak ada alasan lagi bagiku untuk kembali, apa yg kamu harap kan dari ku Al?"Fauziah melirih setetes luka kembali menoreh di dadanya.
"Aku mencintaimu Ziah, aku sangat mencintaimu "lirih Al, matanya berkaca kaca mengucap kan kalimat tsb.
Fauziah tersentak seandainya dulu kata2 itu muncul mungkin Fauziah menjadi gadis yg paling bahagia tapi kini kata2 itu seolah seperti benda tajam yg menghujam jantungnya.
"Untuk apa lagi Al, semua telah berlalu diantara kita tidak pernah ada apa2, dan kamu tau saat ini aku sudah bersama pilihan hatiku 5 tahun lalu mengobati luka yg sempat kamu torehkan, kenapa Al kenapa tidak dari dulu, kenapa baru sekarang? apa kamu ingin merusak hidupku? again?"jawab Ziah airmata membasahi pipinya.
"Aku minta maaf untuk itu, tapi perlu kamu tau apa yg kamu dengar dari orang2 tentang perasaan ku itu benar adanya, aku yg bodoh tidak berani mengungkapkannya, aku takut waktu itu, takut akan hinaan ibuku terhadap kamu, aku memutuskan akan melamar mu langsung tanpa mengikatmu dg status pacaran terlebih dahulu, tapi kamu tidak mengetahui hal itu, kamu malah salah paham dan menjauhi ku, kita terlalu remaja dan naif waktu itu, aku berpikir apa salah nya untuk menunda perasaan ini toh nanti akan indah pada waktunya, itu yg aku inginkan sebenarnya, tidak ada niat sama sekali menyakiti kamu, perasaan ku tulus, apa kamu tidak merasakannya?"jelas sang pria.
Fauziah semakin menjadi dg tangisan yg tak urung padam, meremas menjerit sakit sendiri dia yg tahu bagaimana rasa itu.
"Percuma sekarang kamu jelaskan semua nya, toh aku milik orang lain, dan sebentar lagi aku akan menikah?"lirih Ziah suaranya sedikit parau.
"Jadi benar apa yg ayah sama ibumu bilang?"
"Apa kamu bertemu mereka?"tanya Ziah
"Tidak, orang tuaku sudah datang dan melamarmu, sayangnya mereka harus menanggung malu karna lamaran ku itu di tolak orang tuamu dan mereka bilang kamu sudah memiliki calon suami"
"Ya Al itu benar, itu benar Al, cukup jangan hantui aku lagi, jangan hadir lagi dalam mimpiku semua nya sudah jelas sekarang, takdir kita mungkin tidak mengizinkan kita untuk bersatu, jadi aku mohon lupakan aku, jangan menyakiti hati mu sendiri dg menungguku kembali, karna aku tidak akan kembali, jalani lah kehidupan mu, bukankah kamu masih bersama Kencana? apa arti dia dalam hidupmu? kenapa kamu malah mengingatkan aku kembali luka lama?"Ziah masih menangis, rasa sakit nya begitu dalam, entah cinta yg masih tersisa atau kepedihan akibat tak saling memiliki.
"Jangan bicara seperti ini Ziah, aku mohon, aku tahu kamu sedang membohongi hati mu sendiri, kamu ikutin kata hati itu jangan kekesalan ataupun dendam, jangan lampiaskan kesalahan ku kepada orang lain, dan soal Kencana, dia bukan siapa2, ibu ku yg memaksa aku untuk bersamanya, aku sama sekali tidak ada perasaan sama dia, tolong kamu percaya" Al berusaha terus meyakinkan.
"Al aku pernah menuruti hati tapi liat apa yg ku dapat hanya kepedihan, aku percaya sama kamu percaya semua yg kamu katakan, tapi itu tidak ada gunanya lagi Al, semua sudah sangat terlambat"jawab Ziah, seraya menyeka air mata yg terus berjatuhan.
"Tidak Ziah, dengarkan aku, aku mencintaimu, apa kamu mau aku menyusul kesana dan berbicara secara langsung, kurang bukti apa lagi cinta ini aku bahkan sudah melamarmu, apa yg lebih baik dari itu,orang lain mengajak mu pacaran, tapi aku mengajakmu menikah, please Ziah kembalikan kebahagiaan kita"Al tetap tidak mau mengalah dan terus berusaha meyakinkan.
"Tidak ada yg harus kamu lakukan lagi Al, keputusan mu sudah jelas salah, please berhenti menggangguku, aku tekankan sekali lagi jauhi aku, seperti yg kamu lakukan selama ini"Ziah ngotot dg pendiriannya meski hatinya kini terasa hampa.
"Apa kamu mencintai dia Fauziah?"
"Iya Al, aku mencintainya, dan aku berterima kasih sama kamu, luka yg pernah kamu berikan akibat harapan palsu mu itu, membuatku menemukan dia, dia yg sangat aku cintai tidak ada yg lain mengerti Al"Ziah mengencangkan suaranya meskipun bergetar.
"Kalau begitu apa pernah kamu jujur terhadap nya tentang siapa cinta pertamamu? apa pernah kamu jujur kalau setiap malam kamu selalu bermimpi dg ku?ha kalau iya apa dia menerima? kalau dia mau menerimanya aku ikhlas kamu bersamanya "jelas Al.
Membuat mata gadis itu melebar, dia seakan di tuntut karna menjadi tersangka dari sebuah penipuan terhadap seorang Bani.
Memang benar Ziah tidak pernah jujur masalah itu juga tidak pernah menceritakan perihal mimpinya Ziah mulai meragu.
"Al dari mana kamu tau aku sering dapat mimpi sama kamu?"
"Karna aku juga sama, aku tidak pernah bisa tenang, selalu di hantui oleh mimpi tentang kamu"jawab Al.
Ziah tersentak, dan berpikir apa yg sebenarnya takdir inginkan darinya? kenapa dan bagaimana semua ini bisa terjadi?
"Itu bukanlah cinta Al, tapi rasa pertama yg pernah kita rasakan dan tidak sempat terucap akhirnya menjadi mimpi, itu hanya sebuah rasa penasaran kita karna memendam perasaan selama ini"Ziah mencoba mengendalikan dirinya.
"Baiklah, kamu beranggapan seperti itu, tapi kamu berbohong Fauziah Arzanetta"Al berteriak, membuat telinga Ziah sedikit sakit karna kerasnya.
"Tidak Al Wijaya, aku jujur, aku tidak berbohong "bentak Ziah.
"Apa kamu berani menatap mataku?"Al tetap ngotot.
"Ya aku berani, kita Vidcall sekarang?"jawab Ziah, mencoba meyakinkan perasaanya.
"Sudah cukup Fauziah"bentak Al.
"Kamu yg diam, kamu yg seharusnya mengerti dimana posisi kamu, aku bukan milik kamu, dan aku tidak akan pernah mencintai kamu, aku bahkan ragu dulu pernah jatuh cinta sama kamu, kamu bukan cinta pertamaku, kamu hanya duri, kamu bukan siapa2 aku, jadi berhenti cukup sampai disini Al Wijaya"Ziah berbicara dg penekanan yg tinggi sedikit membentak agar Al percaya semua yg dia katakan agar Al tidak mengharapkannya lagi dan melupakan semuanya.
Al terdiam kata2 Ziah terasa pedih dan menyesakkan, air mata mengalir di wajah tampannya, sedikit harapa yg pernah dia miliki seakan sirna hilang dg aliran air mata itu.
"Dan ya kamu dengar sekali lagi, aku Fauziah Arzanetta menolak lamaran kamu, sebelum kamu mengucapkannya langsung, aku menolak lamaran kamu, dengar itu baik2"bentak Fauziah dan juga emosi yg meledak ledak.
Membuat Al kian hancur, dada nya terasa sesak, ia memegangi dada itu, air mata terus saja mengalir, Al sangat kecewa, benar2 hancur hatinya.
Fauziah seperti nya telah muak dg semua ini, telah bosan berbicara dg baik hingga akhirnya melontarkan kata2 kasar yg membuat surutnya hati seorang Al.
Tatapan Al kosong, netranya yg lincah kini terpokus pada satu arah tapi tidak entah apa arah itu, tubuhnya melemah, seakan hidupnya telah berakhir.
Al kembali di rundung kepedihan bahkan ini sangat menyakitkan, mulutnya tidak mampu berucap sepatah kata pun, cinta pertama yg selama ini di tunggunya benar2 telah menyakiti ruang terdalam itu.
"Dan ya, jangan pernah lagi menginjakkan kaki kamu kerumah orang tuaku, jangan pernah, aku menyesal pernah dekat dg cowok seperti kamu, aku benci kamu, pergi dari hidup ku dan jangan pernah ganggu aku lagi"ketus Ziah dg keras.
Membuat Al semakin hancur berkeping keping bahkan cinta itu benar2 telah menyakiti hati terdalamnya.
Seorang laki2 nakal jahil dan berbuat seenak nya jatuh cinta pertama kali kepada sahabatnya dan berniat menungguinya sampai mereka dewasa tapi malah ini balasan yg dia dapatkan.
Laki2 sekuat baja pun kalau cintanya yg tulus dan begitu dalam bahkan menaruh harapan besar di hina dan diabaikan seperti ini pasti akan merasa dendam dan sakit yg teramat di hatinya itu lah yg terjadi pada Al.
Dia tidak dendam bahkan dia tidak membalas justru menghukum dirinya sendiri mengutuk dan membenci raganya.
Hingga akhirnya seorang yg keras seperti Al Wijaya tersungkur lemah tak berdaya di lantai kamarnya, tatapan yg kosong, wajah yg suram, hati yg hancur, Al benar2 berantakan.
Hingga tergeletak lemas tak sadarkan diri, akibat terlalu percaya diri percaya akan perasaannya akhirnya itu sendiri yg menghancurkan seorang Al.
Hati wanita itu begitu rapuh sekali tergores akan mudah patah tapi ini berkali kali bagaimana Fauziah tak sakit hati.
Terlebih angan2, sanjungan, semua mulut berbicara tapi yg ditunggu juga tak memberikan jawabannya, pastilah wanita itu lebih memilih yg memberikan kepastian.