Mata Ziah perlahan terbuka, semua masih tampak samar dan kurang jelas.
Hingga mata indah yg kini masih sedikit sembab itu terbuka sempurna, bola mata nya berputar mengelilingi ruangan tersebut. Tempat yg begitu asing baginya, Ziah ingin mengangkat tangannya tapi tertahan karna genggaman Bani yg sedang terlelap disampingnya.
Ziah pun melirik ke arah Bani tanpa melepaskan genggamnya, sedikit senyuman melengkung di wajah nya yg memucat.
Melihat keberadaan sang kekasih yg setia menemaninya, Ziah pun meraih kepala Bani dan mengusap rambut kekasihnya tersebut yg sudah mulai kusam karna belum sempat merapikan diri.
Ziah masih ingat kejadian semalam, dimana kehancuran hati yg begitu ekstreem, luapan emosi, hingga akhirnya tak sadarkan diri.
Berharap semalam itu hanya mimpi seperti biasanya tapi tidak itu kenyataan dan Ziah kini kembali menitikkan air mata.
Bani pun tersentak, Ziah bergegas menghapus air matanya, dan mata Bani pun terbuka lebar dia melihat sejumput senyuman melengkung di bibir kekasihnya yg telah sadarkan diri, seolah berusaha membuat nya tidak khawatir.
"Eh sayang, kamu udah bangun?"ucap Bani, bahkan suaranya sedikit berubah akibat begadang semalaman.
"Iya, apa kakak yg bawa Ziah kesini?"tanya Ziah dg lirih.
"Iya sayang, kakak menemukan kamu pingsan dirumah, tapi syukur kata dokter kamu hanya kelelahan dan kurang istirahat itulah sebabnya sampai drop, tapi nanti juga boleh pulang kok, jadi kamu jangan khawatir ya"jawab Bani.
Bani menyembunyikan semuanya bahkan apa yg dikatakan dokter tidak buru2 di pertanyakan nya.
Bani sengaja demi kesehatan Fauziah dan hati2 dalam mengambil langkah guna mengungkap semuanya tanpa membuat Ziah merasa terbebani atau pun tertekan.
Bani cukup dewasa menyikapi dan menghadapi kenyataan tentang kondisi Fauziah makannya dokter begitu percaya Bani bisa mengatasi semuanya dg kecerdasan dan juga kedewasaan nya itu.
"Kakak malah yg terlihat khawatir"jawab Ziah suaranya begitu pelan karna masih lemas.
Tapi tetap berusaha tersenyum agar Bani tidak mengetahui apa yg sebenarnya menimpa.
Tapi kenyataan justru Bani mengetahui hanya saja dalang nya yg belum di ketemukan dan Bani juga menyembunyikan hal itu.
"Hehe iya"jawab Bani berusaha tertawa demi membuat Ziah tenang dan tetap tersenyum, mereka tertawa kecil, Bani berusaha membuat Ziah terus merasa senang dg melontarkan kata2 lucu, gombalan2, dan godaan agar Ziah semangat dan lekas melupakan segala masalahnya.
"Nona Fauziah udah sadar ya?"sahut dokter yg tiba2 masuk, menghentikan gurauan sepasang kekasih itu.
Keduanya kini melirik ke arah dokter tsb dan tersenyum dokterpun memeriksa kondisi Fauziah.
"Ok semuanya baik, nona Fauziah sudah di perbolehkan pulang hari ini"jelas dokter dg senyuman dibibirnya.
"Terimakasih dokter"jawab Ziah.
"Kalau gitu saya permisi dulu"ucap dokter dan berlalu meninggalkan keduanya.
"Sayang, sarapan dulu ya"cetus Bani menatap Ziah.
"Tapi makanan disini pasti gak enak"rungut Ziah.
"Tenang, kakak cari keluar ya, kamu tunggu disini ok!"
"kan bisa pesan online kak, kenapa musti keluar ninggalin aku, pokok nya gak mau sendiri disini"gumam Ziah memanyunkan bibirnya.
"Ponsel kakak lowbat sayang, gimana cara pesannya coba?"jawab Bani karna memang ponsel nya mati, makannya tadi nlp rumah pakai tlp rumah sakit.
"Ya udah deh, tapi jangan lama2 ya kak, eh tapi ponsel aku mana kak?"tiba2 Ziah keingat ponsel yg jatuh dari tangannya semalam.
"Itu ketinggalan di kamar kamu sayang, kakak lupa bawa, maaf ya"jawab Bani sedikit gugup, dan senyum menyeringai.
"Ya udah buruan pergi sana jangan lama2"perintah Ziah.
Bani tersenyum mengangguk berlalu pergi dari ruangan tsb.
Bani sangat kaget tiba2 melihat Hartawan di pintu depan rumah sakit.
"Eh papa, papa ngapain kesini?"sapa Bani heran.
"Ya mau jenguk mantu papa lah, siapa lagi?"
"Jangan deh pa, nanti Fauziah curiga sama aku"Bani memelas.
"Ah kamu ini, tapi dia baik2 saja kan, sebenarnya apa yg terjadi?"Hartawan memegang pundak putranya itu.
"Nanti aja deh pa Bani ceritain, lagian Fauziah juga udah baik2 aja kok, papa gak perlu khawatir ok!"
"Ya sudah, tapi kamu mau kemana?"
"Keluar pa, mau nyari sarapan buat mantu papa itu "
"Ya ya baiklah"Hartawan mengangguk angguk.
"Udah papa pulang sana"usir Bani kemudian.
"Papa mau menemui kepala rumah sakit dulu, ada yg ingin papa bicarakan"ucap Hartawan kemudian, dan langsung melangkah meninggalkan putra tertuanya itu.
Bani lantas pergi setelah Hartawan hilang dari pandanganya.
Di area parkir rumah sakit ternyata Kawaki sudah menunggui Bani, ingin mengatakan sesuatu wajah mereka begitu serius dan datar seperti biasanya.
"Bos kami berhasil melacak no tak di kenal itu, melalui ponsel nona"ucap Kawaki.
Bani memang sengaja menyuruh Kawaki untuk menyelidiki no misterius yg terus2 san mengganggu Fauziah, meskipun kurang yakin Bani berasumsi pe nlp tsb adalah dalang di balik permasalahan Fauziah.
"Benarkah?"jawab Bani penasaran.
"Iya bos, kami kurang mengenal tempat tsb tapi itu seperti sebuah pedesaan yg cukup jauh dari kota ini bos"
"Desa?"Bani terkaget dan langsung berfikir.
"Apa nama desanya?"tanya Bani kemudian, fikiran nya mulai teringat pada kampung Fauziah.
"Desa fff bos"jawab Kawaki dg yakin mata Bani pun melebar tebakannya benar itu tempat di mana Fauziah di besarkan dan di lahirkan.
Tapi siapa seseorang itu? kenapa misterius sekali? pikir Bani.
"Baiklah kalian datangi tempat itu tapi cukup 2 orang saja, dan berpenampilan lah layaknya rakyat biasa, orang2 desa bisa ketakutan melihat kalian seperti ini, dan supir saya yg akan mengantar kalian kesana dia sudah hafal jalan menuju desa itu, mengerti"
Perintah Bani kemudian dg tegas.
"Siap laksanakan bos"jawab Kawaki dg tegas.
"Ok good, saya berharap kalian tidak mengecewakan saya kali ini"
"Kami berjanji bos"
"Oh ya ponsel nona jangan lupa sekarang kembalikan ke tempatnya"
"Baik bos, kami permisi"Kawaki pun undur diri dari hadapan Bani, Alvino muda bergegas memasuki mobilnya dan tancap gas mencari makanan untuk Fauziah.
*
sementara Hartawan, ternyata membohongi anaknya, dia bukannya menuju ruangan kepala rumah sakit.
Melainkan ke depan lagi menanyai ruangan tempat Fauziah dirawat, calon mertua Fauziah sepertinya sangat kepo dg keadaan calon mantunya itu.
"Selamat pagi pak hartawan, ada yg bisa kami bantu pak?"sambut resepsionis cantik berpakaian sama seperti suster.
Senyum tipisnya terlihat ramah dan manis dia juga mengenal keluarga Alvino yg secara pengaruhnya sangat besar terhadap rumah sakit tsb.
"Ya pagi, saya mau tanya pasien yg di bawa sama anak saya semalam di rawat di ruangan mana?"ucap Hartawan dg sangat pelan kepada wanita tsb.
"Ada di ruangan VIP no 2 pak, apa mau saya antar kesana?"jawab wanita itu dg ramah dan sepertinya keluarga Alvino benar2 di spesial kan dan disegani di rumah sakit tsb.
"Gak perlu, trimakasih"jawab Hartawan datar, wanita tsb mengangguk dan tersenyum.
Tuan Alvino membuka ruangan Fauziah dan mulai menyusun sebuah alasan sebaik mungkin agar Fauziah tidak menaruh rasa curiga.
Perlahan Hartawan melangkahkan kaki keruangan tsb, Fauziah pun sangat terkaget dg kedatangan Presdir perusahaan tempat nya bekerja itu.
"Eh maaf nak, sepertinya saya salah ruangan, saya kira ini tadi ruangan teman saya, maaf sekali lagi"ucap Hartawan yg pura2 keget karna salah masuk ruangan.
Pun langsung berbalik arah untuk keluar tapi di cegah oleh Fauziah.
"Pak Hartawan?"ucap Ziah, Hartawan menghentikan langkahnya dan berbalik badan ke arah Fauziah.
Senyum tipis menghiasi wajahnya, karna rencana yg di buatnya sepertinya lumayan berhasil.
"Iya, apa kamu mengenal saya nak?"
"Saya Fauziah pak, sekretaris nya pak Farel kemaren kita pernah bertemu sekali waktu pertama kali saya masuk kerja, apa bapak sudah lupa?"jawab Ziah dg senyum yg merekah di bibirnya.
"Oh iya saya ingat, si cantik itu kamu ya, tapi kok masuk rumah sakit? sakit apa nak?"Hartawan menghampiri Fauziah dan duduk di sampingnya.
"Iya semalam saya pingsan pak, dan dokter bilang karna saya kecapean, tapi sekarang sudah membaik dan dokter juga udah ngizinin pulang siang ini hmm gitu pak"jawab Ziah dg wajah pucat yg sedikit malu2.
"Owh, terus kamu sendiri disini? kemana keluarga kamu?"
"Gak pak, tadi di temani sama calon suami saya, dan dia sedang keluar cari makan"jawab Ziah dg senyum tipis.
"Lah...Udah punya calon toh? hm saya terlambat sepertinya, padahal saya mau menjodohkan kamu dg anak saya"ucap Hartawan dg wajah pura2 murung.
"Haha, bapak bisa aja"Ziah tertawa kecil karna ocehan Hartawan tsb.
"Hehe, eh tapi anak saya ganteng loh"oceh Hartawan lagi.
Ziah semakin tersenyum gembira melihat kelakuan Hartawan yg menurutnya sangat baik dan ramah juga tidak sombong itu dan ternyata lucu juga ekspresi wajahnya saat di luar kantor.
Mudah sekali akrap dg seseorang walaupun Fauziah hanyalah seorang bawahan disana.
"Iya tau, orang tiap hari ketemu di kantor, anak pak Hartawan ganteng banget deh pokoknya hehe"jawab Ziah, wajah nya berseri kembali karna sedikit hiburan dari Hartawan itu.
"Oh ya?"jawab Hartawan melebarkan matanya.
"Ya secara saya kan sekretarisnya anak bapak, pasti ketemu lah kalau di kantor"
"Yg saya maksud bukan Farel, tapi anak saya yg satunya lagi, lebih ganteng malahan daripada si Farel, apa kamu sudah pernah ketemu sama dia di kantor?"
"Kalau CEO baru itu sih? belum pernah pak, tapi dari gosip yg saya dengar emang sih dia ganteng nya kebangetan, sampai2 jadi idola di kalangan gadis2 sana"jawab Ziah dg wajah bersemangat.
Sepertinya mereka benar2 bakalan cocok dan akrap, Ziah memang terkadang sulit akrap dg orang yg baru di kenalnya tapi seperti nya hal itu tidak berlaku pada calon mertuanya itu.
"Iya betul, anak saya itu yg ingin saya jodoh kan sama kamu, apa kamu tidak mau punya suami CEO sekaligus pemilik sah AA Company"goda Hartawan, Ziah pun tersenyum.
"Ya gimana dong pak, saya cinta mati sama calon suami saya, hihi"jawab Ziah kemudian.
Hartawan pun tertawa begitupun Ziah, omongan itu di anggap seperti candaan oleh Fauziah padahal di balik itu Hartawan memang calon mertuanya.
Hartawan kagum dg menantunya itu selain periang dia juga setia pada calon suaminya.
Mereka begitu asyik ngobrol dan bercanda tidak menyadari kalau Bani memasuki ruangan itu dan tertegun melihat ayah nya sedang tertawa bersama Fauziah dan terlihat akrap.
Alvino muda melangkah dg sangat gugup, mulutnya tak mampu bicara, ayah yg tadi sudah dilarangnya tetap ngotot bertemu Fauziah malah berbohong padanya.
"Ayolah, saya kenalkan dulu sama anak saya itu, kamu sangat cocok dg nya, minimal berteman dulu deh ok!"ucap Hartawan menggoda Ziah.
Dia tidak menyadari Bani berdiri soperti kebakaran jenggot di belakangnya, Ziah juga tertawa lepas tanpa beban sama sekali.
"Fauziah.."sahut Bani sedikit ragu.
Menghentikan candaan Hartawan dan juga Ziah mereka serentak memandang Bani yg datang dg kantong makanan di tangannya.
"Nah ini dia anak saya itu"ucap Hartawan yg langsung berdiri memegang ke dua lengan Bani.
sontak Bani langsung terbelalak matanya membulat sempurna, jantungnya serasa ingin meledak, kaki Bani bergetar ketakutan nyali seorang Alvino muda benar2 sedang di uji.
Di saat CEO tampan yg ketakutan dan gemetar justru Fauziah tertawa bersama Hartawan.
"Itu calon suami saya pak, kenalkan namanya Bani"ucap Ziah dg senyum tipis yg masih menghiasi bibirnya.
Polosnya gadis ini memperkenalkan anak sama ayahnya sendiri? Alvino muda di landa kekikukan teramat dahsyat.
"Hallo nak, saya Hartawan, saya Presdir di kantor nya Fauziah "ucap Hartawan seraya mengedipkan satu mata kepada putranya tsb, senyum sinis nya membuat Bani sangat kesal.
"Ya senang bertemu dg bapak"jawab Bani kemudian dg wajah yg masih gugup, Hartawan kembali mendekat ke arah Fauziah.
"Nak Fauziah, saya pergi dulu kalau gitu, calon suami kamu juga udah datang kan? permisi ya"Hartawan memegang pundak Ziah dan tersenyum lalu melirik Bani yg salah tingkah karna kelakuan ayahnya itu.
"Oh ya Ziah, nanti kalau udah ngantor lagi jangan lupa dobrak aja ruangan CEO, kamu akan liat sendiri bagaimana tampannya anak saya itu haha"sahut Hartawan yg menggoda nyali putra nya sendiri.
Bani pun menatap papa nya itu dg mata yg melebar, sedangkan Ziah mengangguk dan tersenyum melihat kepergian Hartawan dan menghilang dari hadapan mereka.
"Papa benar2 kebangetan"batin Bani seraya menatap hilangnya Hartawan dari pandanganya.
Banipun mendekati Fauziah yg telah berubah ceria karna dihibur oleh Hartawan
"Sayang, kenapa Presdir kamu bisa ada disini?"Bani pura2 bertanya.
"Tadi dia mau jenguk temannya eh malah nyasar ke ruangan ini, gitu sayang"
"Owh, kamu kelihatan akrap dg nya?"
"Iya dia Presdir yg baik hati dan tidak sombong, tidak membedakan status, padahal baru kenal tapi aku ngerasa udah dekat sama dia serasa ayah ku sendiri"jawab Ziah tersenyum, Bani terharu meskipun tidak tau sebenarnya siapa Hartawan secara tidak langsung Fauziah sudah dekat dg nya.
"Aku dengar tadi kamu ngomongin soal anak nya ya?"
"Iya, tapi cuman becanda kok"
"Tapi tadi dia bilang CEO, apa anaknya CEO disana?"
"Iya, baru diangkat, gak tau deh presdir itu tiba2 resign, dan di gantiin sama putra pertamanya, tapi kalau putra ke duanya manager utama sekaligus wakil CEO dan kakak sudah tau kan aku sekretaris nya"
"Lalu apa dia ganteng, keren?"
"Kalau anak keduanya itu sih lumayan lah ya, tapi kalau yg CEO baru itu aku gak pernah ketemu dan gak pernah liat sama sekali, kata orang sih ganteng, tapi ya aku gak peduli akan hal itu, lagian kakak ku ini gantengnya melebihi siapapun gak ada yg bisa ngalahin dia di mata aku hehe"
"Hehe, apa benar? ha?"
"Iya sayang ku, my Bani Love me"
"Kalau CEO itu ternyata menyimpan perasaan sama kamu gimana?"
"Gak mungkin dia suka sama Ziah kak, mbak Leena aja ni ya sekretaris senior disitu yg cantik nya waw itu, kehabisan cara untuk mendekati dia, apa lagi aku gadis kampung" oceh Ziah, Alvino muda hanya mampu menelan Saliva dalam dalam diikuti senyum menyeringai.
"Kalau ternyata aku lah CEO itu gimana?"Bani perlahan mendekati gadis dg tatapan serius netra keduanya beradu, Ziah mulai salah tingkah.
"Aku tetap cinta kakak"jawab Ziah semakin gugup karna Bani semakin mendekati wajahnya hal yg membuat Ziah selalu tak berkutik.
"Kamu tidak keberatan kalau aku menjadi seorang CEO?"ucap Bani dg tatapan yg tak bisa Ziah tebak, Ziah menggeleng, Bani terus mendekat Ziah semakin berdebar wajah itu kembali dekat dg nya.
"Kakak mau ngapain sih?"lirih Ziah, matanya mulai menyipit memendam sebuah rasa yg membuat nya tak dapat mengartikan apa apa.
"Haha"tiba2 Bani menjauh dan tertawa, membuat Ziah jengkel, bibirnya mengerucut.
"Ih Bani Alvino, kamu jahat .."ketus Ziah.
"Kenapa sayang, apa kamu merasakan sesuatu?"Bani menggoda.
"Gak, kenapa emang nya?"
"Apa semakin ganteng kalau semakin dekat ha"Bani kembali merayu
"Ih, apaan sih?"wajah Ziah seperti kepiting rebus, Bani benar2 mengacaukan fikirannya.
"Ah sudah lah aku lapar"ketus Ziah mengalihkan pembicaraan mereka.
Bani pun tersenyum melihat kekasih nya sepertinya bersemangat kembali dan terlihat tanpa beban di pundak nya.
Meskipun menutupi segalanya tentang status keluarga konglomerat yg Bani sandang saat ini.