Mobil yg di tumpangi dokter Nira tiba2 mogok di pertengahan jalan.
"Kenapa pak?"Tanya dokter Nira sedikit, khawatir.
"Maaf dokter, sepertinya mobil kita mogok"
sesal supir tsb.
"Apa? Lalu gimana pak, apa yg harus kita lakukan sekarang?"dokter Nira semakin cemas.
"Terpaksa buk, malam ini kita menginap di desa ini, karna tidak ada bengkel di sekitar sini yg bukak hingga malam, apalagi sekarang ini sudah larut juga"
"Apa tempat itu masih jauh pak?"Dokter Nira mengerinyit, seraya melirik ke arah luar memang desa itu terbilang sepi apalagi mereka berada di sana saat sudah tengah malam, membuat hening suasana di sekitar mereka saat ini.
"Iya dokter, masih ada separoh jalan lagi dari sini"
"Baiklah, apa boleh buat, terpaksa malam ini kita menginap disini"ucap dokter Nira dalam kepasrahannya.
**
Sementara Bani di landa kegalauan di istananya yg megah itu, belum rasanya kelar masalah cinta pertama Fauziah, ditambah lagi Farel yg mulai bersikap tidak bisa di tebak.
Alvino muda kini terjebak dalam kebohongannya sendiri, lantas mengotak atik ponselnya dan menelp seseorang.
"Hallo dokter Nira, apa dokter sudah sampai disana?"Oceh Bani dg wajah khawatir.
"Belum Bani, kami terjebak di jalan, mobilnya mogok, dan disini tidak ada Bengkel yg bukak hingga malam, kami terpaksa bermalam di desa ini"sesal dokter Nira.
"Maafin saya dokter semua gara2 saya, membuat dokter dalam masalah seperti ini, sekali lagi saya minta maaf"Bani merasa bersalah krna secara tidak langsung telah membuat dokter Nira berada dalam kesulitan.
"Tidak Bani, ini bukan salah kamu, ini sudah menjadi tugas saya sebagai seorang dokter, saya minta kamu tenang jangan khawatir semua akan baik2 saja, kamu jagain Fauziah karna saat ini dia yg sangat membutuhkan kamu ok!"nasehat dokter Nira dg lembut.
"Baiklah, dokter hati2 ya, terima kasih dokter sekali lagi"
"Iya Bani, sampai nanti ya"dokter itupun menghempaskan nafasnya dan mencoba memejamkan mata nya, hingga terlelap.
**
"Tante...Paman..."Teriak Kencana di rumah besar keluarga tuan tanah, Kencana di hujan rasa cemas sekaligus panik melihat Al yg sudah begitu parah dan tak bergerak lagi bahkan matanya sudah tertutup.
"Kenapa nak"Miranti menghampiri dg wajah panik yg luar biasa itu.
"Al, ayo buka mata kamu, nak, Al, ini bapak nak, kamu mau apa nak? Akan bapak turutin semuanya tapi bapak mohon bukak mata kamu nak"teriak pak Kudus yg langsung berhamburan mendekati anaknya yg terdiam kaku dan memejamkan matanya.
Pak Kudus terus mengguncang tubuh anak nya, menangis sejadi jadinya di hadapan putra semata wayangnya itu.
Miranti bahkan pingsan karna tak kuasa menahan kepedihan.
Kencana tersedu sedu, melangkah mundur fikiran nya kacau menjerit histeris dan menangis sejadi jadinya, wajah imut nan manis itu tampak berantakan.
"Al, aku mencintai mu, setidak nya hidup lah demi cintaku, atau sedikit cinta yg kamu miliki untuk ku, pandang aku, sekali saja Al"jerit Kencana, sedangkan Miranti telah di bopong oleh warga dan membantu menyadarkannya.
"Ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi pak, kita harus berbuat sesuatu, setidak nya kita harus mencari titik terang tentang penyakitnya"seorang pria paruh baya yg datang bersama para warga tadi memberikan saran seraya menepuk pelan pundak pak Kudus.
"Apa yg bisa kita lakukan sudah kita lakukan tapi tetap tidak ada perubahan, saya bingung pak"rintih pak Kudus seraya menatap anaknya yg sudah seperti mayat hidup.
"Ya Allah, kirimkan lah petunjuk mu untuk kami, jika melalui tangan seseorang hadirkan lah dia, untuk mengobati anak ini, mau berapa lama dia menderita seperti ini, ya Allah sembuhkan lah ia, angkat segala penyakitnya, ampuni semua kesalahannya, amin"dia seorang nenek tua wajahnya sangat sudah sangat sayu, bahkan keriput tanpak jelas di wajahnya.
**
Dokter Nira melangkah keluar dari mobil itu setelah semalaman terpaksa tidur disana.
Menikmati sejuknya udara pagi di pedesaan yg asri, ibu2 Petani mulai terlihat lalu lalang.
Dokter Nira menyapa dg sangat ramah sebagai pendatang di desa, tiba2 sang dokter di buat heran karna sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapannya.
Dari mobil tsb turunlah seorang pemuda tampan yg sangat di kenalnya.
"Dokter Nira? Sedang apa dokter disini?"Sapa pria tsb dg wajah yg heran.
"Eh kamu Farel? Kenapa kamu bisa ada disini?"Jawab dokter Nira seraya tersenyum, ternyata Farel yg tiba2 datang menghampirinya.
"Iya dokter ini jalan menuju kampung saya, rencana nya sih mau kerumah orang tua, ya biasalah pulkam gitu dokter"cetus Farel dg sumringah.
"Oh ya, jadi ini arah kekampung kamu?"Dokter Nira kaget karna selama ini tidak mengetahui di mana kampung Farel berada begitupun keluarga Alvino.
Selama ini mereka belum pernah mengunjungi rumah ortu Farel di kampung dan Farel nya juga sudah terbilang lama tidak menginjakkan kaki di desa tsb.
"Hmm apa kamu tidak bekerja?"Dokter Nira kembali bertanya.
"Kebetulan kak Bani mengizinkan saya untuk cuti dokter, ya hitung2 buat saya refresing lah, bosan di kota terus, pengen ngadem di desa, udah lama juga gak pulkam2 hehe"oceh Farel.
Memang kemaren Farel telah diizinkan cuti kembali oleh Bani setelah tertunda karna insiden Fauziah waktu itu.
Sekaligus ingin menjauhkan Farel dari Fauziah karna akhir2 ini Bani melihat tatapan Farel lain dari biasanya saat dekat dg Fauziah membuat Bani terbakar cemburu hingga memutuskan memberikan cuti.
Apa lagi ruangan Farel sempat hancur berantakan karna ulah Bani sekaligus menjadi alasan bagi Bani untuk membuat nya cuti lebih cepat karna ruangan itu harus di perbaiki dulu.
"Owh gitu.."Dokter Nira mengangguk.
"Eh tapi dokter ngapain disini?"Farel mengerinyit heran.
"Saya mau kedesa fff, ada pasien yg sedang sakit parah di sana, saya di tugas kan untuk memeriksa dan merawat nya"jawab dokter Nira lembut, dan menutupi hal mengenai Bani, karna sebelumnya Bani telah meminta tolong untuk merahasiakan ini semua termasuk Farel.
"Baiklah tapi kenapa dokter belum berangkat?"
"Mobil nya mogok Farel, ini saya sedang menunggu seseorang untuk memperbaikinya, udah dari semalam saya terjebak disini, karna tidak ada bengkel yg bukak di sekitar sini "oceh dokter Nira seraya menunjuk mobilnya yg sedang di cek oleh supir .
"Owh, kalau gitu dokter bareng saya aja, kebetulan desa fff tetanggaan dg desa saya, saya bisa mengantarkan dokter kesana kalau dokter mau"
"Tapi apa saya tidak merepotkan?"
"Sama sekali tidak, lagian orang yg sakit itu keburu parah karna dokter juga gak datang2, kasihan kan?"Oceh Farel dg wajah memelas, membuat dokter Nira luluh.
"Baik lah, saya kasih tau supir nya dulu ya"jawab dokter Nira dan menghampiri sopirnya, Farel pun tersenyum manis setelah melihat dokter Nira kembali dan mereka menaiki kendaraan Farel dg perasaan lega dan senang.
**
"Saya sudah pernah bilang panggilkan si Tukang Sihir itu, panggil dia, hanya dia satu2 nya yg bisa mengobati anak itu"nenek tua dan aneh itu kembali datang kerumah besar tuan tanah.
Ariska bahkan juga telah datang kerumah besar itu, Ariska semakin penasaran siapa tukang sihir yg di maksud.
Ariska mencoba kembali menghubungi Fauziah tapi tidak ada jawaban karna saat ini dia sedang sibuk menggantikan Farel dg pekerjaannya.
"Apa yg harus aku lakukan? Ya Allah berilah petunjukmu"Ariska sedikit frustasi melihat kondisi Al yg semakin parah.
Nenek tua itu kembali di tarik keluar dg paksa oleh beberapa warga, memang rumah tuan tanah mendadak seperti pasar, ramai di kunjungi warga semenjak Al sakit apalagi saat ini kondisinya semakin parah.
Satu desa seakan sedang berduka dg kondisi yg menimpa keluarga tuan tanah.
"Apa sebaiknya, aku lakukan itu ya?"Ariska seperti menemukan ide, tapi masih belum yakin, berhasil atau tidak nya.
"Tidak ada salah nya di coba, mana tau ini berhasil "batin Ariska, tiba2 ponsel nya berdering, Ariska gegas mengangkat nya.
"Hallo, Fauziah .."Jawab Ariska dg suara yg keras, sontak membuat Kencana kaget, Ariska sengaja bersuara keras dan menyebut nama itu guna memancing reaksi Al.
Dan benar saja mata yg tadi tertutup terbuka seketika, Ariska menyaksikan itu semua dan tebakannya menjadi nyata.
Kakak Fauziah itu terus memandangi Al dg mata yg melebar Kencana tidak menyadari hal itu, dia hanya tertunduk kembali dan menangis.
"Benar ini berarti memang ada kaitannya, tapi masak iya, secinta itukah Al sama Ziah? Sampai2 dia sakit, atau ini hanya kebetulan saja"batin Ariska mulai berkecamuk dg sejuta pertanyaan.
Pun meninggalkan tempat itu dg perasaan kacau.
Yg tadi menelp bukanlah Fauziah tetapi orang lain, yg entah siapa itu tapi sudah di tutup oleh Ariska, tujuannya hanya lah memancing Al dg nama itu.
"Arza dengarkan kakak, cobalah untuk memahami ini dek, Al sakit parah dek dan ini serius, di mana rasa simpatik kamu yg selama ini kakak banggakan, kakak tau kamu sakit hati tapi setidak nya rasa kemanusiaan dalam diri kamu tidak hilang begitu saja, kakak harap kamu paham apa yg kakak ingin katakan dan kakak tau kamu cukup bijak menyikapi semuanya"pesan Ariska pada Fauziah, dia terpaksa menulis pesan tsb karna Fauziah enggan untuk mengetahui kebenaran itu.
"Semoga kamu sadar dan membaca pesan kakak Ziah"batin Ariska dg mata yg berkaca kaca.