Chereads / amarah bahagia / Chapter 36 - Hampir saja.

Chapter 36 - Hampir saja.

Setetes harapan kini benar2 hilang, cahaya yg menyilaukan telah redup, gemericik air hujan terdengar syahdu, tapi tidak pada hati yg sedang di landa rindu, mengisyarat kan luka yg teramat perih.

"Ya Allah apa yg terjadi? berilah kami petunjukmu, sembuhkan lah teman ku ini, sungguh hanya engkau yg maha tau segalanya"rintih Kencana dalam doanya,

di hadapan seorang laki2 lemah, wajah yg memucat, tubuh yg dulu berisi kian kurus mata yg sudah cekung, kondisinya semakin hari semakin memburuk ketampanan nya hilang entah sembunyi di mana.

"Assalamualaikum"suara perempuan yg tiba2 datang bertamu kerumah besar itu, Kencana hanya terdiam meratapi sosok pemuda yg ada di depannya saat ini.

"Waalaikumsalam "jawab Miranti pelan sekali.

Miranti diam terpaku dalam keputus asaan, air mata serasa telah mengering.

Kencana berhamburan memeluk wanita yg baru saja datang itu.

"Kak Riska, lihat kak apa yg terjadi, aku benar2 putus asa kak, entah apa rencana Tuhan di balik ini semua?"lirih Kencana airmata mengaliri pipi nya yg mulus.

Riska seketika ikut merasakan kepedihan itu.

"Sabar dek, kita sama2 berdoa semoga ada petunjuk yg akan menyembuhkan Al, dan dia bisa ceria seperti dulu lagi"wajah Ariska begitu terlihat murung dan mata yg berkaca kaca.

**

Bani melangkah ke arah ruangan manager penuh was was, akan kehadiran Fauziah yg akan memergokinya.

"Eh bos lu, kebiasaan lu gak pernah ngetok dulu sebelum masuk kesini"Farel sedikit terjingkat saat mendengar handle pintunya berdentum sangat keras.

"Eh, suka2 gue, kantor2 gue, masalah lu apa? cih sok keren kali lu, di datangin CEO itu ya lu ucap salam kek, apa kek, ini malah komplen lu, dasar manager kadal!"sarkas sang kakak mengatai saudara nya itu.

"Ah terserah lu, mau apa lu kesini?" pertanyaan ketus sang Alvino pungut .

*

"Fauziah bisa titip pesan"seorang pria tiba2 menghampiri Fauziah yg sedang sibuk dg pekerjaannya.

"Ya silahkan pak"jawab Fauziah senyum menghiasi bibirnya.

"Tolong berikan file ini ke pak Farel ya, soalnya ini penting sekali dan saya berharap segera kamu antarkan ke orangnya"ucap pria, wajah nya serius dan datar sepertinya dia salah satu manager di sana.

"Baik pak, akan saya antarkan sekarang "

"Ok! terima kasih"jawab pria itu dg senyuman dan berlalu meninggalkan Fauziah.

Fauziah melangkah dg pasti di kaki nya yg jenjang dg Hells yg entah berapa senti itu dia terlihat sangat mempesona.

"Tok..Tok.."ketukan Fauziah di depan ruangan Farel, membuat Farel dan Bani yg sedang berdebat entah apa yg mereka perdebatkan berhenti seketika.

"Ya silahkan masuk"perintah Farel.

Senyum tipis yg manis fauziah melangkah membawa file yg tadi di titip kepada nya.

Bani duduk menghadap Farel tidak menyadari kalau yg datang adalah sang kekasih.

Wajah Alvino muda masih di tekuk karna ada perdebatan di antara mereka yg tertunda dg kehadiran sang kekasih.

"Maaf pak, saya tidak tau kalau anda kedatangan tamu"ucap Fauziah yg melihat punggung seorang laki2 sedang duduk tepat di depan meja Farel.

Sontak saja mata Alvino muda mendadak melebar, nafasnya memburu dg hebat, hari ini Bani benar2 akan tamat.

Fauziah akan mengetahui semuanya, Bani dalam masalah besar yg membuat cintanya akan berada di ujung tanduk.

Bani seketika menundukkan kepala,

bersembunyi seperti pengecut saja.

"Tidak apa2, tamu ini juga tidak begitu penting kok"jawab Farel dg senyum sinisnya, Bani benar2 berapi tapi tidak berani menjawab.

"Owh, ini pak ada titipan buat bapak"Fauziah mendekat ke arah meja Farel, dan gadis cantik itu kini benar2 berada disamping Bani.

Nyawa seorang Alvino muda seakan melayang, serasa menggali kuburan sendiri, pilihan yg tidak tepat datang keruangan Alvino pungut ini.

Tiba2 ponsel Fauziah berdering, Fauziah mematikannya karna merasa tidak enak dg Farel atasannya.

Mata Fauziah malah tertuju pada pria yg sepertinya menyembunyikan wajah darinya.

Fauziah di landa badai kekepoan setara samudra penasaran siapa orang ini, aneh dia seperti enggan memperlihatkan wajahnya.

Sangking penasarannya gadis itu melangkah gagap ke arah Alvino pungut mata nakal terpokus pada seseorang yg sedang menunduk di sampingnya.

Tapi kaki gadis itu malah tersandung meja, nyaris saja terjerambab, kalau bukan Farel seperti seorang pahlawan yg langsung menopang tubuh Fauziah, mungkin lantai mencium kecantikan gadis ini, seketika ada peraduan di antara kedua netra sang atasan dan sekretaris cantik itu.

Alvino muda tersengat bahkan terbakar, api mulai berkobar kobar di antara wajah yg tertunduk tak mampu berpaling bahkan melirik sekalipun, sekali mendongak saja akan langsung sad ending.

"Terimakasih pak?"ucap gadis itu kikuk, Fauziah di landa rasa malu, sangat malu, bisa bisa nya gadis ini jatuh bak adegan sinetron.

Sang ponsel kembali menggaung disana, kembali gadis itu merasa sangat tidak enak dg atasannya.

"Sudah sana kamu angkat saja, mana tau penting"ucap Farel yg masih sedikit gugup karna tatapan Fauziah tadi telah menggoyahkan dunianya.

Bani membulatkan jari jemarinya dan menggerutukkan gigi, menahan emosi, rasa cemburu memburu mengejar waktu ingin rasanya membunuh kalau tidak ingat dia adalah adik bukan lah seekor Lintah.

"Baik pak, saya permisi dulu"dg wajah yg tertunduk malu Fauziah menghilang dari hadapan keduanya.

Farel terus menatap takjub bermakna setiap lenggokan anggun sang sekretaris.

Kabar baiknya Alvino muda selamat dari terkaman macan betina sungguh seram andai itu benar benar nyata.

"Woi...."dg keras Bani memukul meja yg ada di depannya mengagetkan Farel yg sedang terbuai dg pemandangan indah barusan.

"Eh, lu, biasa aja, meja nya bisa patah karna pukulan lu itu, bikin perusahaan rugi aja lu, mau bangkrut lu a, benar2 ya"ucap Farel dg sedikit emosi.

"Eh diam lu, ini semua milik gue, mau rugi urusan gue, bukan urusan lu"bentak sang CEO tampan.

"Terserah lu deh, lakuin apa yg lu suka"balas sang manager kece.

"Ok gue timpuk pake kursi ini mau lu ha?"Bani benar sudah gila sampai mengangkat kursi nya tsb.

"Ok timpuk aja, tapi gue gak mau kalah, gue balas lu nih"Farel gila malah ikutan mengangkat kursinya.

CEO itu lantas membating kursi yg di pegangnya dg keras, mengenai kaca jendela ruangan hingga kaca itu pecah dan berjatuhan berserakan.

Kursi sampai terpental keluar ruangan, mengagetkan tukang sapu yg sedang berada tepat di luar jendela.

"Astagfirullah, siapa tuh yg mengamuk dari dalam"tukang sapu mengelus dadanya, dan melirik kursi yg sudah berada di dekatnya itu, wajah pria itu memucat seketika.

"Eh, apa tadi itu terlalu berlebihan"ucap Bani pelan dan senyum menyeringai.

"Lu sih, ah hancur deh ruangan gue"upat Farel,nsedikit merengek.

Tiba2 seorang pria berbaju putih masuk keruangan itu dg tergesa gesa dan wajah yg serius dan tegang.

Karyawan di luar juga sudah memucat mengira ada penyusup yg sedang masuk kekantor dan akan membuat merek celaka.

Suasana benar2 kacau balau, seperti sebuah perang langsung di mulai tanpa aba aba terlebih dahulu, jelas rakyat akan kocar kacir ketakutan.

"Apa bapak berdua baik2 aja?"ucap pria itu dg nafas yg terengah engah, sontak membuat Farel dan Bani terjingkat hingga salah tingkah dan saling melirik.

"Ya kami baik2 aja"jawab Farel gelagapan

"Mana penyusup itu?"pria itu melirik kiri kanan dan memperhatikan pecahan kaca yg berserakan di lantai.

Farel dan Bani tersenyum kecut, nampaknya kelakuan mereka telah membuat seisi kantor benar2 jadi horor.

"Owh itu, tidak, tidak ada penyusup, itu cuman, oh ya tadi itu Kucing Garong iya, lagi nyari mangsa dan membuat semua jadi berantakan begini, sudah lah jangan Panik, semua baik2 saja"oceh Farel mencari alasan yg tidak masuk akal.

Alvino muda sampai menjitak keningnya sendiri karna alasan yg konyol itu, Farel memang tidak bisa berbohong beda dg Bani yg selalu punya alasan yg membuat seseorang mempercayai kata2 nya.

"Ah sudah lah, keluar kamu, dan panggil seseorang untuk membenarkan ini semua, cepat2"bentak Bani, seraya mengibaskan tangannya.

Kemudian menghembuskan nafasnya dan melirik sang adik dg geram, agak nya pertengkaran dan kekonyolan mereka belum berakhir begitu saja.

"Tenang semua, tidak ada yg perlu di khawatirkan, semua baik2 saja, tadi itu cuman Kucing Garong"teriak pria berbaju putih tsb kepada para karyawan yg mulai heboh di luar.

Mereka sontak memandang pria itu dg mata melebar nyaris jatuh kelantai, yg benar saja sebuah ungkapan yg tidak masuk akal waras.

Semua mulut membetuk huruf O besar, para orang orang pintar ini bodoh seketika, tidak masuk akal sama sekali sangat gila.

**

"Hallo, iya kak, Ziah lagi kerja nih kak"Ziah menjawab tlp nya, ternyata Ariska yg menlp sedari tadi tapi Fauziah terlalu sibuk hingga mengabaikan panggilan itu.

"Ziah ada yg perlu kamu tau"ucap Ariska dg nada yg murung.

"Kenapa kak, apa semua baik2 aja?"

"Kami baik2 aja dek, tapi .."Ariska menghentikan pembicaraanya karna merasa ragu untuk memberitahu Fauziah.

"Tapi apa kak? jangan bikin Ziah khawatir, kenapa kak? apa yg terjadi?"Ziah mengirinyit.

"Al sakit Ziah?"

"Owh, bukan urusan Ziah kak, maaf ya kak Ziah harus kerja dulu, nanti bisa2 Ziah di marahin atasan, Ziah tutup dulu tlpnya ya kak, sampai nanti"benar2 tidak ingin mendengar apapun tentang Al.

"Tapi Ziah.."tidak sempat Ariska mengucap kan apa2 Ziah mematikan tlp itu, Ariska hanya bisa mengelus dada tidak tau harus berbuat apa lagi dia juga mengerti sakit hati Fauziah yg masih membekas hingga saat ini.

Ariska berfikir sihir yg di maksud nenek kemaren adalah sihir cinta, setelah beberapa hari merenungi hal itu dia tersadar telah sempat memberikan kontak Fauziah ke pada Al.

Ariska berasumsi mungkin Fauziah yg menebarkan sihir aneh itu yg membuat Al seperti saat ini, namun apa yg terjadi Ziah justru tidak mau mendengar apapun tentang laki2 itu.