Chereads / amarah bahagia / Chapter 39 - Kisah Fauziah Arzanetta.

Chapter 39 - Kisah Fauziah Arzanetta.

Seorang gadis remaja berseragam putih abu2, cantik, manis dan senyum menghiasi bibirnya.

Dia terlihat sangat bahagia di pagi yang cerah, bernyanyi kecil menelusuri jalanan desa yg damai, sesekali terdengar nyanyian dari bibir tipis nya yg lembut berwarna Merah Muda alami hadiah terindah yg di berikan tuhan kepada orang tuanya putri yg begitu cantik bak bintang Korea, dia lah Fauziah Arzanetta.

Gadis remaja yg lugu dan polos mencoba memberanikan diri memahami hal tentang cinta terhadap sahabatnya sendiri.

"Assalamualaikum"Fauziah mengetuk rumah Miranti dg senyuman tipis di bibirnya

"Waalaikumsalam"jawab Miranti seraya membuka pintu, wajah Miranti berubah masam melihat Fauziah yg tiba2 datang kerumah nya yg besar itu.

"Maaf buk, Al nya ada?"Ucap Fauziah dg ramah, dia tetap tersenyum meski mendapati Miranti yg berwajah tidak menyukainya.

"Untuk apa kamu menanyai anak saya?"Bentak Miranti, membuat Fauziah terkaget tidak biasanya wanita itu bersikap kasar kepadanya bahkan berteriak seperti itu.

"Gak buk, Fauziah sama Al udah janji mau berangkat sekolah bareng, itu aja"gumam Fauziah dg polosnya wajah nya tertunduk karna takut.

"Dengar ya Fauziah, mulai hari ini, detik ini berhenti mengganggu anak saya, kamu lupakan semua tentang anak saya, termasuk persahabatan kalian yg tidak punya arti apa2 itu"ucap Miranti dg keras dan mata yg memerah melotot tajam, membuat Fauziah bergetar, hatinya hancur, mata bulat yg indah itu berkaca kaca.

"Tapi kenapa buk, apa salah Fauziah?"lirih si gadis, suaranya mulai serak karna merasa sedih.

"Kesalahan kamu bilang? Tidak Fauziah bukan kesalahan tapi nasib kamu, kamu terlahir di keluarga jelata, tidak pantas berteman dg anak saya, kamu lihat status kamu sendiri, kalau bukan karna berprestasi dan mendapat beasiswa mungkin orang tua kamu tidak akan mampu menyekolahkan kamu, sedangkan anak saya dimanja dg harta, rumah mewah, dan dia penerus tuan tanah, tidak mungkin saya membiarkan kamu dekat dengannya, sangat tidak mungkin Fauziah "kata2 tajam Miranti, menusuk jantung Fauziah yg masih polos dan tidak tau apa2 itu.

"Maaf buk, kenapa baru sekarang ibu berkata begitu?"Lirih Fauziah, airmata mengaliri pipinya saat itu.

"Ya harus sekarang, kapan lagi, apa saya harus menunggu kamu dan anak saya dewasa dan menikah begitu, itu kan yg kamu inginkan agar kamu menjadi nyonya desa ini, orang terkaya disini, sudahlah Fauziah saya tau otak licik orang2 miskin seperti kamu, kamu mengincar harta anak saya demi mendapatkan kedudukan cih, saya jijik"ucap Miranti dg nada keras wajah angkuh dan sombong itu membuat Fauziah benar2 kesakitan tanpa luka di tubuhnya.

"Saya tidak ada niat apa2 buk, saya hanya berteman dg Al itu saja"gumam Fauziah seraya menyeka air mata wajah nya tertunduk karna hinaan Miranti begitu menyakitinya.

"Sudah lah Fauziah sekarang lebih baik kamu pergi dari rumah saya, dan jangan pernah melupakan semua kata2 yg saya ucapkan hari ini, jauhi anak saya, atau kamu akan menyesal nantinya"

"Baik lah saya akan pergi, tapi sebelum itu saya bersumpah kalau anak ibuk tidak akan pernah bisa melupakan saya, dan begitu pun saya, kami adalah sahabat dan tetap seperti itu, jikapun ada cinta biarlah takdir yg menjawabnya"ucap Fauziah dg lantang bahkan kini berani menatap tajam wajah angkuh seorang Miranti.

"Saya tidak peduli dg apa pun yg kamu ucapkan, asal kamu tau anak saya sudah berjodoh dg perempuan yg sepadan dg keluarga kami, dan dia setuju bahkan mereka sudah bertunangan, ya saya tau masih terlalu dini tapi demi menjaga anak saya dari wanita seperti kamu apa boleh buat "oceh Miranti kemudian.

Fauziah hancur berkeping keping mendengar hal itu, air mata mengalir deras di pipinya.

Dg hati yg tidak bisa ditahannya lagi Fauziah berlari meninggalkan Miranti, berlari sekencang mungkin membawa perasaan sakit.

Ingatannya masih teringat apa yg semalam Rani ucapkan terhadapnya, Al mencintai Fauziah dan membicarakannya kepada Rani dan Rani mengungkapkan itu semua kepada Fauziah atas permintaan Al sendiri.

Fauziah juga telah mengirimkan pesan dan hari ini mereka akan mengungkap kan perasaan itu secara langsung, namun apa yg terjadi justru kesakitan dan hinaan yg di dapat, Miranti dg kejamnya melontarkan kata menyakitkan itu.

"Kenapa Al? Kamu mempermainkan aku seperti ini, kamu bertunangan dg nya, apa arti aku selama ini, kenapa disaat aku mulai percaya tentang cinta, kamu justru menyakiti aku dg cara ini, ini kejam Al, ini tidak benar"rintih Fauziah dalam batinnya, dia sangat kecewa terhadap Al perasaan nya hancur seketika.

Fauziah menangis tersedu sedu di jalanan desa tertunduk menyembunyikan kepala di sela lutut nya dia terus menangis hingga sesegukan.

Tiba2 seseorang memegang lembut pundaknya dia tersentak dan orang itu menatap Fauziah penuh iba.

"Kenapa Ziah? Apa yg terjadi? Kenapa kamu menangis?"Ucap gadis itu yg memakai seragam putih abu2 bersiap untuk kesekolah tapi terhenti karena menyaksikan temannya yg menangis di tengah jalan.

"Rani.."Teriak Ziah pada gadis itu dan berhamburan memeluknya.

Rani sangat kaget mendapati sikap Fauziah

"Ziah kamu kenapa? Ayo cerita apa yg terjadi?"Rani menatap temannya itu penuh haru.

"Al, Rani, dia menyakiti aku, dia sudah bertunangan dg gadis lain, dan ibunya dg kejam memberikan hinaan yg sangat menyakiti aku Rani"lirih Fauziah, suaranya hilang timbul karena tangis yg terisak.

"Itu tidak mungkin Al menyukai kamu, dia mencintai kamu, semalam dia bahkan mengambil ponsel ku agar aku sampein perasaannya ke kamu, kamu tau kan, bahkan aku memohon karna itu, tapi kenapa sekarang malah begini?"

"Aku juga tidak tau Rani, hinaan buk Miranti terasa sangat pedih, aku gak kuat Rani, Al tidak pernah serius dg hubungan kami, dia menganggap semua ini hanya lelucon, aku tidak pernah punya nilai apa2 di matanya, tidak pernah"Fauziah menyeka air mata nya

"sudah, sudah, tidak perlu kamu pikirkan lagi, lebih baik kita fokus ke sekolah kita aja sekarang, dia memang laki2 yg tidak tepat untuk kamu, kamu pantas mendapat yg lebih baik dari dia, ok!"tegas Rani mencoba menyemangati Fauziah, Fauziah mengangguk diapun berdiri dan menggapai tangan Rani.

Rani tersenyum, mereka beranjak dari tempat itu dg langkah perlahan menuju sekolah nya.

Al lewat di hadapan mereka dg motornya, tanpa rasa bersalah seolah tidak pernah terjadi apa2 yg lebih menyakitkan Fauziah lagi dia membonceng seorang gadis cantik dan manis.

Al memang melirik ke arah Fauziah tapi sama sekali tidak menyapanya, Rani menggerutu sangat kesal, Fauziah terdiam.

"Memang tidak tau diri ya itu orang"gerutu Rani, Fauziah memandang Rani dg tatapan hancur.

"Apa kamu mengenal siapa gadis itu?"lirih Fauziah kemudian.

"Iya, dia adalah Kencana, anak desa sebelah dia sekolah di tempat yg sama dg Al, tapi yg aku bingung kenapa tiba2 mereka dekat, apa Al pernah bercerita sebelumnya sama kamu tentang gadis itu?"

Fauziah menggeleng, karna memang Al tidak pernah bilang apapun tentang kencana gadis yg tadi di boncengnya tanpa menghiraukan Fauziah sama sekali.

"Rapi ibuk Miranti bilang mereka sudah di jodohkan, mungkin Al juga menyukai gadis itu makannya mereka jadi dekat"

"Sudahlah Ziah, tidak perlu kita pikirin lagi, mending kita sekolah aja yg benar, membanggakan ortu kita, iya kan"Rani tersenyum.

Fauziah mengangguk dan membalas senyuman itu meski di hatinya ribuan pertanyaan muncul apa benar Al hanya mempermainkan dirinya saja?