Chereads / amarah bahagia / Chapter 40 - Kisah Fauziah Arzanetta 2.

Chapter 40 - Kisah Fauziah Arzanetta 2.

Langkah gadis si lugu Fauziah tampak begitu kecewa dan di rundung kegelisahan.

Menyaksikan sahabatnya yg menjadi cinta pertama, tiba2 dg kejam memamerkan kemesraan dg gadis lain.

Ariska mendapati wajah sang adik yg tampak lesu tak bersemangat seperti biasanya.

"Kenapa dek? Apa ada masalah?"Ucap Ariska, Fauziah yg melangkah pelan ke arah kamar tiba2 menghentikan langkahnya, dan mengkode Ariska untuk ikut masuk ke dalam kamarnya.

"Kak aku di hina buk Miranti, katanya aku gak pantas buat anaknya, apa benar seperti itu kak? Kakak tau kan aku sangat mencintai Al, aku gak bisa begitu saja melupakan dia"ucap Fauziah yg duduk bersama Ariska di pinggir ranjang nya, Ariska membulatkan mata, mendengar pernyataan itu.

"Tapi kenapa, buk Miranti tiba2 menghina kamu, bukankah selama ini dia sangat sayang sama kamu?"

"Aku juga bingung kak, katanya Al sudah di jodohkan dg gadis lain, dia juga bilang kita orang miskin hanya mengincar hartanya saja, dia begitu tega menuduh Ziah kak?Ziah sakit hati, tapi bagaimana dg cinta yg terlanjur ini kak?"Ucap Ziah pelan suaranya sedikit parau karna menahan tangis.

"Apa Ziah bertemu dg gadis yg di jodohkan nya itu?"

"Iya kak, mereka terlihat serasi dan gadis itu juga sepadan dg Al, sepertinya mereka saling jatuh cinta dan omongan angin yg datang akhir2 ini itu hanya gurauan saja tidak nyata kak, aku kira Al benar2 mencintaiku dan kami akan bersatu setelah lulus nanti tapi tidak cinta ku hanya bertepuk sebelah tangan"Fauziah meneteskan air mata, Ariska memandang nya penuh rasa iba, sekaligus marah dan kesal terhadap Al.

"Apa dia lupa apa yg telah di perbuat nya sama kamu malam itu?"Ariska sedikit membentak, Fauziah pun terkaget, dan menutup mulut Ariska.

"Jangan kencang2 ngomongnya kak, nanti ayah dan ibu dengar, mereka bisa membunuh Ziah seandainya tau hal itu"bisik Ziah.

"Ya ini tidak benar dek, dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya sama kamu"Ariska memelankan nadanya, Ziah pun semakin menangis memeluk Ariska dan terisak.

"Apa yg terjadi malam itu tidak benar kak, kami tidak sadar apa yg telah kami lakukan, entah kenapa aku merasa Al tidak melakukan kesalahan aku yg bodoh terlalu mempercayainya, maafkan aku kak, malam itu benar2 kesalahan ku, cinta yg belum bisa aku maknai dg benar, rasa itu bergejolak begitu saja tanpa aku sadari, hingga akhirnya setan ikut campur dalam persahabatan kami yg tulus hingga berubah cinta dan nafsu menguasai kami kak, dan akhirnya hikhik"lirih Fauziah,

gadis ini tidak mampu melanjutkan pembicaraanya yg menjurus pada sesuatu hal yg telah terjadi antara dia dan sahabat nya itu.

"Laki2 brengsek itu harus bertanggung jawab Ziah, pokok nya kakak akan bicara dg buk Miranti itu dia tidak bisa seenaknya mempermainkan kamu seperti ini"ucap Ariska dg kemarahan besar terhadap Al.

"Jangan kak, Ziah malu semua orang bisa mengetahui nya, Ziah tidak mau hal itu terjadi kak please Ziah mohon, biar ini menjadi rahasia kita, lagian Ziah juga yg salah waktu itu, tidak bisa mengontrol diri"

"Gak Ziah, jelas Al salah, dia memperdaya kamu dg cinta palsunya, itu tidak benar, kalian berdua harus bersatu kalian harus menikah, kalian melakukan dosa besar"Ariska menatap lekat wajah adiknya.

Bagaimana hari itu marahnya Ariska terhadap Fauziah karna mengetahui sang adik yg di banggakan telah kebablasan di usianya yg menginjak remaja dan labil hal salah pun di benarkan apalagi Fauziah begitu polos dan belum mengenal sejatinya seorang laki2.

Dia menuruti apa yg hatinya katakan dan Al memanfaatkan itu semua, sulit bagi Fauziah menjelaskan hal demikian waktu itu. Berhari2 Ariska marah bahkan tidak ingin bicara dg adiknya tsb tapi karna Fauziah pantang menyerah membujuk kakak nya itu akhirnya Ariska luluh dan memaafkan adiknya lalu merahasiakan hal itu dari ayah dan ibunya.

Tiba2 terjadi keributan di luar kamar mereka, Ariska dan Fauziah menghentikan percakapan mereka.

"Aku sudah pernah bilang sama ibu sebelumnya jangan pernah berurusan dg istri tuan tanah sombong itu, tapi ibu tetap ngotot, sekarang lihat akibatnya kita dihina di depan warga desa, meskipun kita miskin tapi kita masih punya harga diri buk"bentak pak Kadir, matanya melebar karena di kuasai amarah, sedang kan buk Sarah tertunduk diam, Ariska dan Fauziah pun berhamburan keluar mendengar suara keras pak Kadir itu.

"Kenapa ayah? Apa yg terjadi?"Tanya Ziah, wajahnya tanpak kusut.

"Fauziah dengar mulai hari ini kamu jangan pernah lagi berteman dg anak tuan tanah itu, mereka keluarga angkuh dan sombong, Miranti itu tega menghina ayah dan ibu di Rapat Dewan Desa hari ini, keluarga kita di permalukan nak, apa kamu mengerti?"Bentak pak Kadir pada sang anak.

Ziah terdiam dan menganggukkan kepala nya yg tertunduk, bertambah hancur hati seorang Fauziah bahkan bukan miranti saja yg membenci nya, ayah Fauziah sendiri pun kini menaruh kebencian terhadap keluarga tuan tanah.

Semakin hilang harapan dan cinta nya, Fauziah meneteskan air mata.

"Dan mulai hari ini ayah tegas kan kepada kalian jangan pernah berurusan lagi dg orang2 kaya, jikapun kalian nanti mencari pasangan hidup cari lah yg sepadan dg kita yg mengerti nasib kita, ayah tidak ingin lagi ada penghinaan seperti ini, kita miskin tapi jangan sampai miskin juga harga diri, apa kalian paham, maksud ayah?"

Semua hanya mengangguk menundukkan kepala, jika pak Kadir sudah mulai di kuasai amarah tidak ada yg mampu menyanggahnya.

Jauh dari sudut terdalam hatinya Fauziah menyimpan dalam2 nama seorang Al, dg paksa cinta pertama yg baru di rasa harus di kuburnya.

Perasaan campur aduk Fauziah melangkah perlahan keluar dari gubuk deritanya itu, menerawang di sepanjang jalan tak tentu arah dan tujuan hidup Fauziah seakan telah berakhir.

"Woi awas....Minggir...."teriak seorang pemuda tampan yg mengendarai motor tua dari arah yg berlawanan, seperti nya dia kurang mahir membawa motor tsb, Fauziah yg putus asa tak menggubris teriakan itu, dia tetap berjalan pelan dg mata lurus kedepan.

Pemuda itu pun berusaha menghindari Fauziah hingga motornya oleng dan kehilangan keseimbangan lalu akhirnya terpeleset ke arah persawahan yg ada di pinggir jalan desa itu.

Fauziah benar2 tidak menyadari hal yg menimpa pemuda tsb dia tetap tidak melihat sekelilingnya fikiran nya melayang entah berantah.

"Woi...Cewek aneh..Berhenti lu?"Pemuda itu berusah bangkit dan meninggalkan motor tua itu, semua pakaian nya kotor wajah nya di penuhi lumpur sawah, wajah itu tanpak kesal dan marah. Ia pun berlari mengejar Fauziah dan meraih tangannya dari belakang.

"Woi, lu dengar gue gak sih?"Teriak nya kemudian, Fauziah pun terjingkat, sadar dari lamunan nya karna pemuda itu memegang pergelangan nya dg begitu kuat.

"Ha...Haha...Ha.."tiba2 wajah murung nya berubah menjadi tawa, Fauziah tertawa dg terbahak bahak, hingga terlihat deretan giginya yg putih dan bersih, melihat wajah pemuda itu tampak lucu karna di penuhi lumpur.

"Diam lu, diam"teriak pemuda itu semakin kesal, Fauziah pun diam dan menatap pemuda itu, yg di tatap pun salah tingkah karna Fauziah begitu terlihat sempurna di matanya.

"Kenapa kamu? Apa itu masker wajah terbaru ya haha?"oceh Ziah kemudian.

"Kenapa lu bilang? Apa lu tidak sadar ini semua gara gara lu? Motor gue sampai nyimprung ke sawah gara2 lu tuh, lagian kenapa sih lu melamun gak jelas di tengah jalan ha?"

"Maaf, ayo aku bantu bersihin muka nya"rungut Ziah, dia merasa kasihan melihat pemuda tsb yg hampir celaka karna ulahnya.

"Ya harus, ayo cepat, bantu gue mana nih air bersih disini?"ketus pemuda tsb.

Merekapun melangkah Fauziah menunjukkan sebuah tempat yg di aliri air bersih dan pemuda itupun membersihkan dirinya disana.

Sejenak Fauziah terperangah melihat wajah asli pemuda itu setelah di bersihkan dia terlihat seperti idola nya di TV sangat tampan.

"Woi lu kenapa?"teriak pemuda itu kemudian karna mendapati Ziah yg terperangah melihatnya tak berkedip.

"Eh ..Ano...Ah gak pa pa "jawab Ziah sedikit gelagapan.

Mereka pun berjalan perlahan di tengah hamparan jalanan desa yg asri, sejuk, damai, di kelilingi hijaunya rumpun2 padi.

"Kamu dari mana sih? Sepertinya aku belum pernah liat kamu di desa ini?"Ucap Ziah, langkah kaki mereka terus berayun beriringan.

"Gue memang bukan warga sini?"jawab pemuda itu mengerinyit.

"Owh, lalu dari mana asalmu?"

"Banyak tanya ya, kita belum kenal, ayo kenalan dulu, siapa nama lu? Eh gak kamu deh?"laki2 itu mengulurkan tangannya dg senyuman tipis di bibir nya yg indah.

"Aku Fauziah"jawab Ziah seraya menjabat tangan laki2 itu dan tersenyum manis, si tampan itu sedikit salah tingkah melihat senyum indah si cantik Fauziah.

"Owh, aku Bani, tapi jangan panggil nama ku, kita gak seumuran "

"Haha...Yakin? Emang iya sih, kamu kelihatan tua haha"

"Gak kok siapa bilang, sembarangan kamu?"rungut Bani, sebenarnya dalam hatinya begitu senang melihat tawa Ziah, jantungnya serasa berdebar melihat pesona gadis itu apalagi dia tertawa lepas seperti ini.

"Lalu aku harus panggil kamu apa?"

"Kakak, panggil aku kakak, ok!"

"Hmmm kenapa gak Oppa aja?"

"Ha..? Gak, gak, aku bukan cowok Korea, aku masih Indonesia, ya memang banyak sih yg bilang aku mirip bintang Drakor itu, tapi ya .."Bani menyombongkan dirinya, Fauziah tertawa geli melihat reaksi pemuda itu.

"Hmm ngomong2 kakak Bani, sekolah apa kuliah? Atau kerja, atau jangan2 kakak udah punya istri?"Ucap Ziah dg nada pelan.

"Sembarangan kamu, aku gak setua itu, aku masih kuliah, dan kamu sendiri? Apa kamu udah janda?"Bani menggoda Ziah, Ziah merasa tersinggung hatinya sakit hancur mendengar ungkapan itu.

Matanya berkaca kaca, Bani pun merasa bersalah berkata demikian dia merasa telah menyakiti gadis itu dg candaan nya yg keterlaluan.

"Apa kamu tersinggung Ziah, maaf aku gak bermaksud begitu, aku hanya bercanda, maaf ya"ucap Bani mengatup kan kedua tangannya di hadapan Fauziah.

"Gak kak, kamu gak salah aku gak pa pa kok he, aku juga becanda lagi hehe"jawab Ziah berusaha menutupi kegelisahan hatinya, entah apa yg di pikirkan Fauziah sehingga kembali tersakiti.

"Benar kamu gak marah?"

"Gak kak, aku cuman aneh aja mendengar kata2 itu, lagian aku masih SMA kok"jawab Ziah sedikit ragu dan gelagapan

"Ok baiklah, ngomong2 di mana rumah kamu?"

"Kenapa nanyain rumah aku? Mau mampir?Jangan ayah gak suka ada laki2 datang kerumah apalagi orang asing seperti kamu"oceh Ziah, membuat Bani tertawa kecil.

"Jangan bilang orang asing lah, kita udah temenan kan? Udah kenalan juga, sedih aku di panggil orang asing begitu"upat Bani.

"Hehe iya, iya, jangan sedih dong, tapi kakak asalnya dari mana? Dan ada keperluan apa di desa ini?"Ziah mengerinyit.

"Aku dari kota, biasalah ada tugas kampus, semacam sosialisasi gitu dg warga2 desa ini"

"Owh ..."Fauziah pun mengangguk paham.

Mereka meneruskan perjalanan kaki mereka, berteman meski baru kenalan tapi entah kenapa keduanya terasa akrab, seperti sosok yg bertemu kembali setelah di lenyapkan oleh waktu.

Saling tertawa, saling bercerita, dan bertukar Kontak, bahkan Bani juga mengantar Fauziah pulang tapi tidak sampai ke dalam pekarangan rumah nya karna Fauziah tidak mau ayahnya marah mengetahui Fauziah pulang di antar oleh laki2.

Selama ini ayah Fauziah melarang anak nya bergaul dg laki2 takut mengganggu pelajarannya apa lagi Fauziah anak yg pintar, terkecuali Al, karna memang mereka bersahabat sedari kecil hingga akhirnya pak Kadir kini juga melarang Fauziah dg Al.

Hinaan Miranti yg begitu kejam dan tak berkemanusiaan lah alasannya.