Semua wajah di kediaman tuan tanah mulai menaruh kelegaan, meskipun Al masih belum mau berkomunikasi dg yg lain. Setidak nya dia sudah mau makan atau pun minum dg teratur.
Dokter Nira bahkan sudah berhari hari disana guna merawat dan memastikan kondisi Al.
"Sebenarnya apa yg terjadi dokter? Anak saya sebenarnya sakit apa?"Tanya pak Kudus di ruang tamu rumah besar nya dokter Nira duduk menghadap pria paruh baya tsb.
Disana juga terlihat buk Sarah, pak Kadir dan Ariska yg sedang menjenguk Al, sementara Kencana menemani Al yg saat ini tertidur lelap karna pengaruh obat.
"Jadi begini pak, saya dokter saya bisa memberikan dia obat obatan jika ada yg sakit di bagian tubuhnya dan saya sudah melakukannya, tapi pak kondisinya bukan hanya sakit pada fisiknya saja tapi lebih ke pada mentalnya, saya minta maaf harus mengatakan hal demikian, saya rasa Al mengalami stres berat karena sesuatu hal, seperti patah hati atau semacamnya, mungkin keluarga kurang mengetahui masalah yg di hadapinya dan di pendamnya sendiri, atau mungkin dia memiliki sesuatu yg sangat di harapkan nya, semacam harapan yg sangat kuat tapi tidak terwujud, ya jadinya seperti ini, emosinya meluap luap dan menjadi penyakit bahkan mungkin sebagian kasus seperti ini ada yg sampai bunuh diri dan semacamnya."Jelas dokter Nira.
Mata itu menatap ke pada semua orang yg ada di ruangan tsb, Ariska membulatkan mata, fikirnya tertuju pada satu sasaran yaitu Fauziah.
"Tapi belakangan anak saya baik2 saja dokter, dia memang sempat patah hati karna masa lalunya, tapi setau saya dia berhasil mengatasinya dan melupakan semuanya"jawab pak Kudus.
Wajah pria tua itu tampak kusut, keriput di wajahnya bahkan ketara, sementara yg lain juga terheran.
"Ya mungkin masih belum seutuhnya dia bisa mengatasi semua permasalahan itu sendiri, bisa jadi dia memendam agar kalian tidak khawatir, atau ada pemicu nya seperti berbicara kembali dg masa lalu itu atau bertemu dg nya"dokter Nira menjelaskan dg memberikan kata2 demikian.
Dokter Nira berharap mereka mengerti apa yg dia maksud kalau sebenarnya Ziah lah satu2 nya cara untuk membuat Al sembuh kembali seperti sebelumnya.
Pak Kudus hanya mengerinyit, buk Miranti juga bingung harus berbuat apa, tapi Ariska tiba2 tersentak dan menarik tangan buk Sarah untuk mengajaknya pulang.
"Maaf semuanya, kami permisi dulu"ucap Ariska kemudian, buk Sarah bahkan bingung kenapa Ariska tiba2 mengajaknya pulang yg lain ikut memandang Ariska dg heran.
Ariska terus menarik tangan buk Sarah dan memberikannya kode agar mengerti kalau Ariska punya alasan melakukan hal itu.
"Maaf buk Miranti, tuan tanah kami lupa kalau masih ada pekerjaan dirumah jadi kami permisi dulu, semoga nak Al segera sembuh"ucap pak Kadir kemudian, dia paham kalau Ariska ingin berbicara sesuatu di rumah mereka, pak Kudus mengangguk tanpa curiga sama sekali.
"Terimakasih sudah datang kesini pak, buk"lirih Miranti kemudian, buk Sarah yg kebingungan hanya mengangguk dan melangkah keluar bersama Ariska dan suaminya.
Dokter Nira tidak mengetahui kalau mereka adalah keluarga Fauziah hanya terdiam melihat kepergian mereka.
"Dg berat hati saya juga harus pamit hari ini pak, buk, soal nya pasien saya yg lain juga membutuhkan saya, saya berharap kalian paham maksud saya tadi"ucap dokter Nira kemudian.
"Tapi dokter anak saya bagaimana, dia bahkan belum mau berbicara dg kami, tolong dokter jangan pergi dulu, saya berjanji akan memberikan apa pun yg saya punya supaya dokter mau merawat anak saya sampai dia sembuh kembali, saya mohon dokter "ucap Miranti dia bahkan bertekuk lutut di hadapan dokter Nira dan menggenggam kedua tangan nya.
"Jangan seperti ini buk, ayo berdiri, jangan buat saya berdosa dg berlaku seperti ini"jawab dokter Nira seraya merangkul Miranti yg putus asa itu, dan membawanya kembali ketempat duduk.
"Lantas apa yg harus saya lakukan kalau dokter tidak ada disini?"lirih Miranti kemudian, sembari menyeka air mata nya yg berjatuhan.
"Seperti yg saya katakan tadi Al tidak akan bisa pulih kembali jika hanya saya saja yg merewatnya, yg paling di butuhkan Al saat ini adalah seseorang itu, seseorang yg sudah membuatnya seperti ini, hanya dia yg bisa mengembalikan semangat hidup nya Al, tolong kalian pikirkan kembali siapa orang itu dan bawa dia kehadapan Al, saya yakin Al bakalan baik2 saja jika di rawat oleh seseorang itu, saat ini saya tidak di butuhkan lagi disini pak, buk, tugas saya sudah selesai, saya berharap kalian mengerti, jika tidak percuma saya merawatnya dia akan tetap seperti sekarang ini atau bahkan akan lebih parah lagi, jadi harapan saya kalian mampu menghadirkan keinginan nya dan semangat hidup nya itu"jelas dokter Nira.
Kencana mendengar penjelasan dokter Nira terkesiap, langsung berhamburan keluar dan menatap semua dg tatapan tajam meski matanya sembab karna menangisi pria yg menolaknya itu.
"Saya tau siap orang yg di maksud oleh dokter Nira"tegas Kencana kemudian, pak Kudus bahkan Miranti menatapnya dg lekat.
"Siapa nak? siapa seseorang itu yg kamu maksud?"Ucap Miranti yg melebarkan mata ke arah Kencana.
"Fauziah tante, cinta sejatinya Al "tegas Kencana, semua terperangah, kecuali dokter Nira karna yg di maksud nya memang itu tapi enggan mengutarakannya karna tidak ingin keluarga tuan tanah curiga di balik kedatangan nya kesana.
"Apa? Tapi kenapa? Bukankah Al sudah mau menerima kamu dia bahkan sempat mengajak kamu jalan waktu itu?"jawab Miranti
"Tidak, hari itu kami bertengkar karna Al terus-terusan menyebut nama gadis itu, dia juga meminta kontak Fauziah pada Ariska di depan mata ku sendiri, semenjak kejadian itu aku tidak tau lagi apa yg di lakukan Al dan tidak pernah bertemu dg Al lagi hingga tante Miranti memberitahu kalau dia sakit seperti ini, mungkin bisa jadi Al menghubungi gadis itu dan dia menolaknya"ucap Kencana dg tegas.
pak Kudus mengusap wajahnya dg kasar, Miranti bahkan tersungkur karna menangis sekaligus menyesali semua yg terjadi.
"Pak lakukan sesuatu kapan perlu jemput Fauziah, ibu tidak peduli harga diri keluarga kita lagi, ibu hanya ingin Al sembuh, tolong pak, bawa gadis itu kesini?"lirih Miranti. Kemudian yg berhamburan ke arah pak kudus dan menarik lengannya dg keras.
"Iya buk, bapak akan coba bicara dg buk Sarah dan pak Kadir, semoga mereka bisa membujuk Fauziah dan mau kembali dg anak kita, ibu yg tenang ya"jawab pak Kudus dan menggenggam tangan istri nya itu guna menguatkannya.
Kencana kembali ke tempat Al yg terbaring lemah dan tertidur dia bahkan menangis sejadi jadinya di hadapan Al, sayang nya Al tidak bisa menyadari nya.
"Begitu besarnya cinta kamu untuk Fauziah Al, apa tidak ada sedikitpun aku di hati kamu? Selama ini aku yg selalu ada untuk kamu, kenapa Al, kenapa kamu tidak bisa mencintai aku, Fauziah sudah menyakiti kamu sampai sejauh ini, tapi kenapa kamu masih mencintainya"lirih Kencana di hadapan Al yg terlelap karna pengaruh obat dari dokter.
Kencana menundukkan kepalanya ke tempat tidur Al dan terlelap disana, Kencana tampaknya kelelahan selain itu batinnya kembali tersakiti.