Ponsel Fauziah pun terlepas dari genggaman, setelah mengucapkan kata2 dan kalimat2 menyakitkan itu Fauziah tersungkur di sudut kamar di tengah malam yg buta.
Menyembunyikan kepala di sela2 kedua lututnya tangis itu semakin histeris, rasanya semakin sesak, kata2 yg keluar dari mulutnya sendiri menghujam jantungnya.
Berkali kali Fauziah menjambak rambutnya sendiri hingga rambut lurus hitam terurai rapi dan indah itupun berantakan acak acak kan bahkan menutupi wajah nya yg telah sembab karna tangis.
Fauziah seperti tidak bisa menahan emosinya atau justru karna memendam rasa itu sekian lama hingga kini bom waktu itu mulai meledak menyisakan puing2 kesakitan yg sangat dahsyat.
"Aaaaaakk"Fauziah berteriak sejadi jadinya dalam sebuah tangisan ekstreem.
Itu bukan sekali, berkali kali Fauziah berteriak hingga suaranya parau.
Luapan emosi yg begitu keras hingga mengagetkan Kawaki yg sedang mengintai rumah Fauziah dari luar.
"Teriakan nona Fauziah, saya harus lapor bos sekarang"ucap Kawaki dg wajah sangat khawatir dan juga sangat kaget.
"Hallo bos, saya mendengar teriakan nona bos, bahkan teriakan nya sangat keras sekali"tak butuh waktu lama untuk Bani mengangkat tlp dari bodygard nya itu karna memang Bani tidak tidur sama sekali memikirkan kekasihnya.
Ponsel itu bahkan tidak lepas dari tangannya karna menunggu kabar dari sang bodygard.
"Apa? tapi kenapa?"mata Bani terbelalak kaget, jantungnya berdebar kencang, rasa khawatir Bani semakin menjadi.
"Saya juga tidak tau bos, kami juga tidak bisa memastikannya ke dalam, nona mengunci pintu rumahnya"jawab Kawaki dg tergesa gesa.
"Baiklah saya kesana sekarang "jawab Bani langsung menutup tlp nya, mengambil jaket di ruang ganti, dan meninggalkan Farel yg sedang terlelap.
Di tengah malam yg buta dan hening Bani meninggalkan kediaman Alvino, mengendarai mobilnya dg kecepatan penuh, rasa khawatir dan cemas membuat dia ingin cepat sampai di tempat gadisnya.
Tak berselang lama, mobil itu langsung berhenti tepat di depan rumah Fauziah, Bani langsung turun dg tergesa gesa.
Kawaki pun menghampiri dg langkah yg sigap keluar dari tempat persembunyian mereka.
Setidaknya ada 3 orang Kawaki yg di perintahkan Bani untuk berjaga jaga disana dan kini mereka tepat di samping sang bos.
Tanpa sepatah katapun Bani langsung berlari menuju pintu rumah tsb, mengambil kunci duplikat rumah Fauziah yg ada di saku celananya.
Sebelum pergi Bani menyempatkan diri mengambil duplikat kunci itu yg tersimpan di lemari kamarnya.
Sedari awal Bani memang telah membuat duplikat kunci rumah Fauziah demi berjaga jaga kalau ada masalah yg menimpa Fauziah.
Wajah yg di penuhi rasa cemas, Bani tergesa gesa membuka pintu rumah itu, mencari keberadaan Fauziah bersama para Kawaki.
"Sayang...Fauziah"teriak Bani, tapi tidak ada jawaban rumah itu terasa begitu sepi.
Kawaki saling memandang karna teriakan Bani terasa asing di telinga mereka, akibat tidak mengetahui kalau orang yg di jaganya itu adalah kekasih bosnya.
Tapi mereka tidak mau ikut campur hal demikian, karna itu termasuk privasi bosnya dan kawaki sangat menjaga itu hingga mereka mengabaikan dan terus mengawal sekitar dg lebih gesit.
"Sayang kamu di mana Fauziah"teriak Bani kembali.
Tetap tidak ada jawaban, Bani pun menuju kamar Fauziah tapi terhalang karna pintunya terkunci dari dalam, Bani semakin panik, takut terjadi apa2 sama orang yg sangat dicintainya itu.
"Fauziah, apa kamu ada sayang, buka pintunya"Bani menggedor pintu itu dg sangat keras tapi tidak ada jawaban.
"Minggir bos, tidak ada waktu lagi, saya akan dobrak pintunya"jawab Kawaki dg tergesa gesa,nsementara Kawaki yg lain terus berjaga jaga dan memeriksa seluruh rumah Fauziah mencari petunjuk mungkin ada yg mencurigakan.
Pintu pun terbuka karena dorongan kuat tubuh Kawaki yg besar, Bani tergesa gesa memasuki kamar Fauziah, mencari Fauziah di sekitar kamar itu.
"Sayang..."teriak Alvino muda, seraya matanya melirik kesana kemari, dan netra yg penuh kecemasan itupun terkunci pada satu titik sudut kamar.
Fauziah tergelatak tak sadarkan diri, Alvino muda sangat hancur berkeping keping layaknya pecahan beling sebuah gelas yg jatuh dari tangan sendiri dan bisa melukai diri sendiri.
"Ya Allah, Fauziah, sayang, ayo bangun sayang, ini aku Bani,nkamu kenapa sayang ayo bangun, ya Allah apa yg terjadi pada kami dek?"Bani membawa Fauziah kepangkuan nya, dia panik dg sangat, Alvino mudah bahkan meneteskan air mata.
Kawaki terharu melihat drama ini, wajah datar mereka seakan berubah seperti rasa iba, atau seperti menyaksikan drakor yg mengandung bawang.
"Cepat siapkan mobil "teriak sang bos kemudian.
Kawaki langsung keluar mengambil mobil dan duduk di kursi kemudi menyalakan mobil itu.
Bani langsung menggendong tubuh Fauziah dan di bantu Kawaki membukakan pintu belakang mobil.
Bani kini duduk di kursi belakang bersama Fauziah, Bani meletakkan kepala Fauziah di kedua pahanya, dan membaringkan tubuh yg tak sadar diri itu.
"Cepat Kawaki"bentak nya.
Kawaki pun mengendarai mobil itu dg kecepatan penuh.
"Fauziah sabar ya sayang, sebenarnya kamu kenapa sih? siapa yg berbuat ini sama kamu?"lirih Bani menatap wajah Fauziah yg menyedihkan, matanya menghitam dan sembab, pipi nya lengket karna airmata rambut nya begitu berantakan, Bani merapikan rambut yg berserakan ke wajah gadisnya itu.
Mobil mereka berhenti tepat di rumah sakit keluarga Alvino.
"Suster..Suster.."Bani teriak2 saat sampai di dalam rumah sakit seraya menggendong Fauziah.
Dg sigap para suster menyiap kan brankar dan membantu Bani meletakkan tubuh Ziah yg lemas tak sadarkan diri itu.
Mendorongnya ke UGD dg langkah yg sangat cepat, hingga mereka kini berada di ruangan itu, dokter pun datang dg langkah yg di percepat, sementara Kawaki menunggu di luar ruangan tsb.
"Dokter tolong dok"ucap Bani, nafasnya terngah engah wajah tampannya sangat terlihat kacau karna rasa panik.
"Tenang Bani tenang ok! minggir sebentar saya periksa dulu"jawab dokter berusaha menenangkan Bani, Banipun menjauh dan menghembuskan nafasnya dg kasar.
Dokter memeriksa Fauziah dg saksama bersama para suster, wajah serius dokter itu membuat Bani semakin khawatir.
"Dok gimana dok apa dia baik2 aja?"tanya Bani nafasnya masih tersengal karna panik, wajah tampan itu pun memucat.
"Tenang Bani jangan khawatir, sekarang pasien dalam kondisi stabil,.kita hanya perlu menunggu hingga dia sadarkan diri, saya juga telah memberikan nya obat, jadi kamu tidak perlu terlalu khawatir lagi ya!"ucap dokter tsb seraya memegang bahu Bani.
Alvino muda sedikit bernafas lega, dokter Nira seusia dg mamanya itu sangat mengenal keluarga Bani dg baik termasuk Bani sendiri, kesuksesan rumah sakit tersebut tak lain juga karna campur tangan keluarga Alvino.
"Alhamdulillah"Bani mengusap wajahnya.
"Tapi saya perlu bicara sama kamu, secara pribadi"ucap dokter Nira kemudian dg tatapan serius, membuat Bani kembali berdebar.
"Baiklah dok"jawab Bani, dan mengikuti dokter Nira ke ruanganya.
"Maaf Bani sebelumnya saya ingin bertanya dulu, tap ini agak pribadi sedikit ya"ucap dokter Nira yg kini sangat serius menatap Bani yg duduk tepat di depan meja nya.
"Baiklah dok"jawab Bani, murung.
"Gadis itu siapa kamu?"
"Dia calon istri saya dok"jawab Bani jujur.
"Ok baiklah, begini Bani, apa dia pingsan di hadapanmu?"tanya dokter Nira lagi, membuat Bani bingung kenapa tiba2 seperti seseorang yg sedang mengintrogasi dirinya.
"Gak dok, saya temukan dia sudah pingsan di kamarnya"
"Apa ada orang lain selain kamu disitu?"
"Gak ada dokter"jawab Bani dg wajah penuh tanda tanya, dokter Nira seolah polisi yg sedang menanyai tersangkanya, dokter nira mengangguk angguk.
"Baiklah, kalau gitu apa kamu punya masalah sama dia? atau sedang bertengkar mungkin"dokter Nira kembali menatap Bani serius.
"Gak dok, saya tidak ada masalah apapun sama dia, bahkan tadi siang kami masih tertawa bareng, dan dia masih terlihat bahagia dan baik2 aja dok, kenapa emangnya dok?"
"Begini Bani, setelah saya periksa secara keseluruhan, tidak ada tanda2 kekerasan pada tubuhnya, sepertinya dia pingsan karna perasaannya sendiri dan itu terlihat dari mata yg sembab dan menghitam di sekelilingnya, bekas2 air mata juga masih ada di pipinya"jelas dokter menjeda pembicaraannya.
Dokter Nira adalah dokter yg pintar selain menguasai bidangnya dia juga sangat menguasai ilmu Psikologi.
"Maksud dokter apa?"Bani semakin bingung.
"Dia terkena Sindrom Patah Hati, Bani"jawab dokter, membuat Bani melebarkan matanya, semakin bingung dg pernyataan dokter tsb.
"Saya kurang ngerti dok"Bani mengerinyit
"Sindrom Patah Pati atau di kenal dg istilah 'Takotsubo Cardyomiopathy' merupakan gangguang fungsi jantung yg terjadi sementara akibat stres dan emosi yg ekstrem, ini bisa diobati tapi bisa berakibat Fatal jika tidak di tangani segera, makanya saya bertanya menjurus kepada hal pribadi sama kamu"jelas dokter.
Alvino muda kembali berpikir keras kenapa bisa Fauziah seperti ini, apa yg di pendamnya selama ini, dia kelihatan sangat bahagia dan tidak pernah punya masalah.
Tapi kenyataan kenapa bisa seperti ini apa yg di sembunyikan Fauziah masalah besar apa hingga gadisnya itu sampai sakit.
Bani tidak bisa menebak apa2 selain kejujuran dari Fauziah sendiri.
"Dokter, sama sekali kami tidak memiliki masalah bahkan kami sangat bahagia, kami memang sering bertengkar tapi itu hanya sekedar saja, dan Fauziah belum pernah sebelumnya seperti ini, saya mengenal nya selama 5 tahun dia tidak pernah seperti ini dok"tutur Bani yg masih bingung.
"Bisa jadi masalah nya bukan sama kamu, tapi sama orang lain mungkin, yg dia sendiri pendam dan enggan menceritakannya terhadap kamu karna alasan tertentu dan dia terus memendam, hingga akhirnya memuncak atau karna ada yg memicu emosinya atau seseorang yg menekannya akhirnya jadi tak terkendali emosinya meluap luap lalu ya seperti ini, dan saya yakin Bani dia habis menangis histeris dan itu dalam waktu yg lama"jelas dokter.
Bani teringat kata2 Kawaki kalau mereka mendengar teriakan Fauziah tapi tidak ada seorang pun di dalam rumah nya, Bani terus berpikir.
"Berarti ini pasti penelp misterius itu"batin Bani geram, marah, kesal, dan pasti akan mencari tau orang tsb.
"Baiklah dokter saya mengerti apa yg harus saya lakukan sekarang"ucap Bani kemudian.
"Ini yg saya suka dari kamu, kamu cerdas, tanpa perlu saya jelaskan kamu pasti tau apa yg harus kamu lakukan, dan menanganinya dg baik"dokter tersenyum.
Merasa lega Bani mengerti akan maksudnya tanpa harus mengoceh panjang lebar.
Bani memang pintar selain itu dia cukup bijak memahami perkataan orang lain pendidikan yg baik dan keingintahuan nya mempelajari segala nya itulah yg membuat Bani menjadi berhasil dan sukses dalam segala hal.