Chereads / amarah bahagia / Chapter 31 - Batal pulkam.

Chapter 31 - Batal pulkam.

Farel tergesa gesa menuruni tangga setelah dg pangkas membersihkan diri dan berdandan.

Maksud hatinya hari ini ingin segera balik ke kampung halaman yg sangat dirindukannya.

Tapi ada yg mengganjal tentang di mana keberadaan bani, saat dia terbangun Bani sudah menghilang entah kemana.

"Mama...Mama"Farel memanggil mama yg sedang menyiapkan makanan untuk sarapan hari ini.

"Iya mama disini"sahut mama, Farel pun bergegas menghampiri, tak lama kemudian papa pun datang dan duduk di meja makan tsb seraya membaca koran menunggu pengisi rumah turun untuk sarapan bersama.

"kenapa nak?"jawab mama, papa hanya tersenyum.

"Bani sudah berangkat ya ma?"tanya Farel seraya mendudukkan pantat nya di samping Hartawan.

"Ha..Mama gak tau sayang, dia gak ada pamit juga, emangnya di kamar dia gak ada?"wajah nyonya Alvino sedikit khawatir.

"Saat Farel bangun Bani udah gak ada ma, Farel kira dia sudah kekantor duluan"Farel mengerinyit heran.

"Kemana anak itu? gak biasanya dia seperti ini?"jawab tuan Alvino, seraya menutup korannya.

"Ya sudah kamu tlp dia sekarang Farel"perintah Hartawan kemudian.

"No nya gak aktif pa ma"Farel semakin bingung, nyonya Alvino semakin khawatir akan anaknya.

"Pa kemana anak mu, semalam dia masih ada sama Farel, tapi pagi2 gini dia kemana pa?"wanita itu mendesak suaminya untuk mencari keberadaan sang anak.

"Mama tenang, Bani itu sudah dewasa dan dia laki2 dia pasti baik2 aja ok"ucap tuan Alvino menggenggam tangan istrinya untuk menguatkan.

"Hallo, apa mobil Bani sudah keluar hari ini?"tanya Hartawan melaluli telepon rumah ke pada para penjaga yg sedang berada di post mereka.

"Den Bani sudah keluar sejak pukul 3 tadi pagi pak, dan kami juga tidak tau dia kemana"jawab penjaga itu.

"Ya sudah terimakasih"Hartawan menutup tlp nya, dg wajah yg berusaha tetap tenang dan memikirkan sesuatu.

"Apa kata mereka pa? apa Bani sudah keluar?"nyonya rumah menghampiri Hartawan dg wajah yg panik.

"Iya, mereka bilang Bani sudah keluar tadi pagi"jawab tuan Alvino memegang pundak istrinya.

Sebenarnya Hartawan bukan mengkhawatirkan sang putra namun lebih ke pada rasa bingung apa yg di perbuat anaknya kenapa tiba tiba menghilang dan keluar kandang di pagi buta seperti itu.

"Ih anak itu memang aneh2 aja kelakuannya, kenapa sih gak bilang dulu mau kemana"mama menggeram kesal.

"Apa ada hubungannya dg Fauziah ya?"Farel membatin, sebab semalam Farel dan Bani memang membahas masalah itu.

Sayang nya Farel tidak mengetahui kalau Bani sebegitu khawatirnya terhadap sekretarisnya itu, hingga tidak tidur semalaman.

Tiba2 tlp rumah kembali berdering.

"Hallo"tuan Alvino yg belum beranjak dari langsung mengangkatnya.

"Hallo pa, ini Bani pa"ucap Bani yg sedang menggunakan tlp rumah sakit.

"Kemana kamu? pagi2 buta sudah menghilang dari rumah?"mata Hartawan melebar.

"Panjang pa ceritanya, nanti Bani ceritakan semuanya, ini menyangkut Fauziah pa, dia masuk rumah sakit"Bani berbicara dg cepat tanpa tarikan nafas.

Hartawan sangat kaget mendengar hal demikian sekaligus khawatir tentang calon mantunya tsb.

Hartawan lantas melirik Farel yg kini tengah asik menyantap roti kesukaannya di meja makan, sedangkan mama berdiri menatap Hartawan dg wajah penasaran.

Hartawan berusaha menyembunyikan kegelisahan nya, dan masalah yg sedang Bani hadapi.

"Apa yg bisa papa lakukan?"jawab Hartawan sedikit gugup karna takut ketahuan sang istri tentang kondisi Fauziah.

"Tolong panggilkan Farel pa, Bani mau ngomong sama dia"

"Baiklah.."

"Farel, ini Bani dia pengen ngomong sama kamu "Hartawan meneriaki Alvino pungut, pria itu sangat terjingkat hingga rotinya tidak jadi masuk kedalam mulut.

"Ya pa"jawab Farel dg nada memelas, dan menaruh kembali roti itu pada piringnya.

"Hallo, kemana aja lu? kenapa menghilang?gue bangun subuh lu udah gak ada, padahal gue mau ngajak lu sholat berjamaah, tapi lu malah hilang gue cari2 gak ada, apa lu baik2 aja"Farel berbicara dg cepat tanpa membiarkan Bani menjawab satu2 pertanyaannya itu.

Keseriusan semalam sepertinya sudah lenyap dari mereka berdua, buktinya Farel kembali berbicara tanpa saringan terhadap kakaknya itu.

Karna memang kebiasaan mereka seperti itu semalam mereka terasa kaku karena Bani sedikit mengalami pergolakan batin.

Tapi sekarang mulai lagi kegilaan mereka,

sang ayah mengajak sang ibu kearah meja makan, membiarkan Bani dan Farel bicara.

"Diam lu, semua gara2 lu"jawab Bani dari kejauhan sana, seolah menyalah kan Farel padahal itu hanya trik nya dia saja untuk membodohi adiknya tsb.

"Apa salah gue?"Farel mengerinyit.

"Sekretaris lu di temukan Kawaki pingsan dirumah nya dan itu semua gara2 lu, kalau saja kemaren lu gak gatal ngantar dia ke rumah nya pasti ini gak bakal terjadi"jawab Bani, senyum sinis menyungging di bibirnya.

"Apa? tapi kenapa? siapa yg membuat dia pingsan, kurang ajar bangat itu orang, hadapi Farel kalau berani, siapa dia biar gue tuntut sekalian?"oceh Alvino pungut, membuat telinga saudaranya itu sakit.

"Ah, sudahlah dia baik2 saja, hanya perlu perawatan nanti siang juga di perbolehkan pulang, tapi lu gue kasih hukuman"bentak Bani.

"Apa?"mata Farel melebar.

"Ya cuti lu gue tunda sampai batas waktu yg belum di tentukan, dan ya lu harus ngurus semua kerjaan gue hari ini, karna gue harus ngurus sekretaris lu, ngerti lu?"jawab Bani keras.

"Bos lu tega sama adek lu sendiri, gue udah berasa berada di kampung saat ini tapi lu malah ah, lu jahat bos"Upat Farel, tidak terima keputusan Bani.

"Terserah lu, gue bosnya, mau apa lu? ini juga kesalahan lu, jadi terima konsekuensi nya mengerti!"tegas sang bos.

"Ya baiklah"jawab Farel lemas, lalu menghentakkan kakinya ke lantai karna kesal.

Sementara Bani menutup tlp nya dg rasa bersalah telah membohongi adik nya itu.

Karna sebenarnya Fauziah pingsan bukan karna Farel tapi hanya alasan Bani agar Farel tak mendekati Fauziah lagi.

Bani sendiri juga bingung kenapa Fauziah bisa seperti ini, dan jawaban nya hanya Fauziah sendirilah yg tau.

Banipun melangkah menuju ruangan tempat Fauziah di rawat, bahkan hingga pagi menjelang Fauziah juga belum membuka matanya.

Mungkin juga karna pengaruh obat yg di berikan dokter.

Bani duduk di samping kekasihnya yg terbaring lemas, dg mengenakan baju pasien di rumah sakit itu.

Di tatapnya sang kekasih penuh rasa iba, rasa bersalah sekaligus rasa bingung, selama ini dia selalu berusaha membuat kekasih nya bahagia tapi kenyataan nya justru lain.

Bahkan soal pe nlp misterius itupun sekelas Alvino muda juga belum bisa memecahkan masalah nya.

Karna kelelahan semalaman terjaga hingga akhirnya kepala Alvino muda tersungkur ke tempat tidur Fauziah dg tangan yg masih menggenggam jemari orang terkasihnya.

*

"Pa Farel, kekantor dulu, Bani membatalkan cuti Farel, karna ada sedikit kerjaan yg masih belum selesai"ucap Farel yg telah siap dg stelan jas dan kemeja yg rapi.

Milik Bani apa boleh buat, Farel tidak membawa pakaian kesana ya terpaksa dia memakai pakaian sang kakak yg menumpuk di ruang ganti, Bani juga tidak pernah keberatan akan hal itu.

"Baiklah nak, perusahaan milik kalian jadi kalian aturlah sebaik mungkin ya, dan ingat jangan sering2 bertengkar ok!"Hartawan tersenyum menepuk pelan tengkuk Alvino pungut, sang anak mengangguk dan menyelami ayah angkatnya tsb.

"Assalamualaikum pa"ucap Farel kemudian.

"Waalaikumsalam, hati2 ya nak"jawab Hartawan.

Farel pun keluar dari rumah mewah kelaurga Alvino, mengambil mobilnya di garasi dan langsung tancap gas menuju kantor.

"Sebenarnya apa yg terjadi sama Fauziah?kenapa dia tiba2 pingsan dan masuk rumah sakit, ah sial si Bani juga gak jelasin lagi secara detail, ha, Farel2 nasibmu iya beruntung jadi anak angkat keluarga konglomerat, tapi nasib percintaan mu sungguh menyedihkan, berharap Fauziah itu Arza malah sekarang gak boleh kepoin dia lagi, berharap kembali ke desa mencari Arza eh malah di batalin, nasib2, kenapa punya kakak angkat yg gak pengertian"upat Farel melalui batinya.