"Ah ah! Chen! Chen! Uhuhu huhu…" Teriak Chang Chu sambil memegangi lengan Sheng Yuchen dengan erat.
"Su Nuan, apakah kamu ingin mati?!" Wajah Sheng Yuchen sangat mengerikan, suara yang dingin bagaikan es itu membuat orang merinding.
Su Nuan pun dikejutkan oleh hawa dingin yang berasal dari tubuh Sheng Yuchen. Kemudian, dia melonggarkan tarikan rambut di tangannya, tetapi masih belum melepaskannya.
Sedangkan Mu Chuqing menghelakan napas dan pelan-pelan dia menolehkan kepala menatap Sheng Yuchen. Mata kedua orang itu bertemu secara tak terduga, mata hitam yang dalam dan dingin penuh dengan amarah yang tak terlukiskan menatapnya, sama seperti tiga tahun lalu pada malam hujan itu. Tatapan itu adalah tatapan mata yang sama.
Bibir Mu Chuqing terangkat sedikit dan dengan pelan menarik kembali tatapannya. Lalu, dengan sedikit sulit, dia berdiri dengan berpegangan pada meja.
"Nuan nuan, lepaskan dia," tutur Mu Chuqing.
"Lepaskan apa? Hari ini aku belum membunuh perempuan jalang ini!" Su Nuan sangat kesal, bahkan terhadap Mu Chuqing pun dia berbicara dengan penuh kemarahan.
Lagi-lagi, Mu Chuqing menghelakan napas, lalu berjalan menghampiri Su Nuan. Dia menjulurkan tangannya pelan-pelan untuk melepaskan tangan sahabatnya itu dari rambut Chang Chu.
Begitu tangan itu terlepas dari rambutnya, hal pertama yang dilakukan oleh Chang Chu adalah jatuh ke pelukan Sheng Yuchen. Dia memeluk pinggang kekasihnya dengan erat sambil menangis dan mengeluh, "Chen, mengapa kamu baru datang sekarang?"
Tangan Su Nuan di pegang erat oleh Mu Chuqing, begitu mendengar perkataan Chang Chu, dengan penuh kemarahan dia tertawa dan berkata, "Sepertinya kamu sudah memperhitungkan dengan baik kapan laki-laki brengsek ini akan datang, kan? Sungguh sayang sekali, sebelum dia datang, hampir saja kamu mati di tanganku!"
Su Nuan berkata dengan rahang yang mengeras. Dari perkataannya, juga terdapat nada bahagia di atas penderitaan orang lain.
Kemudian, Chang Chu keluar dari pelukan Sheng Yuchen dan menutup mulutnya dengan satu tangan. Walaupun dia menangis dengan wajah bengkak karena dipukul oleh Su Nuan, tetapi dapat terlihat dia sangat menyedihkan. Dia menangis tersedu-sedu dengan suaranya yang lembut dan serak.
"Chuqing, dulu aku yang bersalah padamu. Aku hanya ingin meminta maaf baik-baik padamu, aku tidak menyangka kamu begitu membenciku. Hatiku sungguh sangat sedih, aku tahu seumur hidupku aku akan tidak tenang. Asalkan kamu mau memaafkanku, aku berjanji memenuhi permintaanmu tadi… Huhu…"
Mu Chuqing mengerutkan keningnya dan menatap Chang Chu dengan dingin. Minta maaf? Tidak tenang? Memenuhi permintaanku? Apakah dia tadi mengalami keterbelakangan mental? Sedikit pun tidak menyadarinya! Pikir Mu Chuqing.
Seperti yang diharapkan, Sheng Yuchen mengerutkan kening dan menatap Mu Chuqing. Mata hitamnya sedikit menyipit dan terdapat aura bahaya yang sangat jelas di sana. Dengan suara yang sangat dingin dia berkata, "Permintaan apa?"
"..." Mu Chuqing pun menatap Sheng Yuchen, tatapan matanya sangat dingin dan tidak berperasaan. "Aku…."
"Chuqing, asalkan kamu mau memaafkanku, aku akan berjanji akan mengembalikan Chen padamu. Chen, aku sungguh mencintaimu, tetapi… Maaf, aku sungguh tidak ingin terus menyakiti Chuqing lagi…" Chang Chu memotong pembicaraan Mu Chuqing dan langsung mengatakan sesuatu seolah ingin meninggalkan Sheng Yuchen. Tetapi, dia tetap menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu.
"..." Sheng Yuchen tidak berbicara, namun sepasang matanya yang dingin menatap Mu Chuqing.
Chang Chu bersembunyi di pelukan Sheng Yuchen dan tidak mendengar penolakan yang dirinya harapkan dari pria itu. Dia lalu teringat dulu dirinya pernah melihat banyak panggilan keluar yang ditujukan kepada Mu Chuqing di ponsel pria itu tiba-tiba hatinya terasa sesak.
Setelah terisak beberapa kali, Chang Chu kembali berkata, "Walaupun mungkin aku tidak akan bisa menjadi seorang ibu, anggap saja… Anggap saja semua karena aku berhutang pada Chuqing."
"Uh..." Mendengar perkataan Chang Chu, Mu Chuqing menarik kembali pandangan matanya dan tanpa dapat menahan diri, dirinya mendengus dengan dingin.
Tatapan mata Sheng Yuchen pun semakin mencekam.