Chereads / Wind Flower / Chapter 10 - SPECIAL CHAPTER - Crazy

Chapter 10 - SPECIAL CHAPTER - Crazy

"Bos?" Terdengar suara khas Dindut membuyarkan lamunan Reza dan membuat cowok itu menatap tanpa minat ke arah sang sepupu yang juga adalah bodyguard Reza.

"Apaan sih?! Teriak-teriak kayak di hutan!"

Dindut melipat kedua tangannya di depan dada. Raut wajahnya gak santuy lagi. Dari tadi dia menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi ke Reza soal informasi tentang Bebi eh malah dianggurin.

"Lo kenapa sih? Daritadi gue ajak ngobrol, tapi lo malah ngelamun."

Reza menggeleng. "Tadi lo bilang apa?"

Dindut menarik kursi kosong disebelah Ravindra lalu mendudukinya. Wajahnya setenang air, seperti biasa. "Bebi di Bali. Bareng Albercio."

Apa?!

Reza menegakkan posisi duduknya begitu mendengar ucapan Dindut barusan. Dia gak salah dengar kan? "Lo barusan bilang apa?"

Dindut menghela nafas dengan tenang. Lalu,

"Sekarang Bebi ada di Bali. Udah dari hampir seminggu yang lalu. Dan mereka tinggal sekamar di hotel. Nama dan alamat hotelnya udah gue kirim di email. Ada alamat kafe tempat Lucky kerja juga gue kirim di email.

"Oke. Lo pesenin gue tiket ke Bali sekarang!"

Dindut menggeleng tanpa minat.

"Lo pesen aja sendiri. Bisa kan? Masa lo gak bisa booking tiket? Lagian gue penasaran deh. Gak biasanya lo begini sampe blingsatan sendiri. Ada apa sih? Lo lagi gak bikin masalah baru ka"

Reza langsung beranjak dari hadapan Dindut tanpa menjawab pertanyaan Dindut barusan, membuat wajah ganteng Dindu5 langsung berkerut. Untung aja ada darah kekeluargaan dan persaudaraan antara dirinya dengan Reza. Kalo gak, mungkin Dindut mungkin uday mencincang habis si Reza ini. Apalagi kalo sifat bossy nya udah muncul ke permukaan begini.

*

Lucky menurunkan kacamatanya dan memijit pelipisnya. Setelah hampir seharian berkutat dengan bertumpuk-tumpuk dokumen dan laporan keuangan yang marathon, akhirnya dia bisa sedikit bernafas lega. Assignmentnya tinggal sedikit lagi sebelom akhirnya dia bisa pulang dan merebahkan diri sesegera mungkin di kasur empuknya.

Gak lama, Lucky menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya, mengalihkan pandangannya ke kalender meja, dan menghela nafas. Ini udah hari ketiga semenjak Bebi pergi begitu aja saat Albercio dateng dan mengajaknya pulang, namun selama itu juga gak ada kabar apapun dari Bebi. Padahal, Lucky sempat berharap bisa lebih lama ketemu dengan adek satu-satunya itu. Ternyata emang bener kata pepatah. Jangan terlalu berharap pada manusia karna semakin kamu berharap, kamu bakal semakin kecewa.

"MANA YANG NAMANYA LUCKY?!"

Lucky menghela nafas dan menoleh ke balik kaca yang memisahkan ruang kerjanya dan lobby kafenya, menemukan beberapa cowok berpakaian serba hitam-hitam lengkap dengan tampang bengisnya. Astaga! Gak tau kenapa bulu kuduk Lucky langsung meremang. Ini pertama kalinya dia didatangi sama orang-orang begitu. Apalagi seingatnya, Lucky sama sekali gak pernah cari ribut ato musuh dengan siapapun.

Gak lama, Lucky beranjak dari kursi kerjanya dan menghampiri orang-orang itu walopun jantungnya terus menerus berdetak kencang gak karuan. "Saya Lucky. Siapa kalian? Ada perlu apa kalian mencari saya?"

"Akhirnya ... kita ketemu lagi, Ky."

Lucky menoleh dan membiarkan sepasang matanya beradu pandang dengan tatapan penuh amarah dari seseorang yang amat sangat dikenalnya. "Reza? Apa-apaan ini?!"

Reza mendecak kesal sambil berkacak pinggang. Dia benci topik basa basi busuk seperti sekarang. Baginya, itu semua percuma dan cuma buang-buang waktunya aja. "Kasih tau gue alamat rumah Bebi sekarang, Ky."

Lucky mengedipkan matanya. Dia barusan gak salah denger kan? Aneh. Bukannya selama ini Reza tau alamat tempat tinggal Bebi? Secara kan ya semenjak pindah ke Bali, cuma Reza satu-satunya orang yang dipercayanya untuk menjaga Bebi. Ini pasti ada yang gak beres. Pasti ada sesuatu yang terjadi antara Bebi dan Reza tanpa sepengetahuannya. "Gue gak tau, Za. Bukannya lo yang biasanya tau alamat kosan Bebi? Lagian ada apaan lo tiba-tiba dateng ke sini sambil bawa orang-orang ini?"

"Lo gak usah boong, Ky. Gue tau Bebi lagi di Bali kan? Dia pasti cerita sama lo dia sekarang tinggal dimana."

Lagi, Lucky menghela nafas dan berusaha menahan emosinya. "Bebi emang kemaren ke sini, tapi dia gak cerita apa-apa. Ada apaan sih emangnya? Ada apa sebenernya sama Bebi, Za? Apa yang sebenernya lo sembunyiin dari gue soal Bebi?"

Gantian sekarang Reza yang menghela nafas. Tapi sayangnya bukan menjawab pertanyaan Lucky, cowok itu malah memberi isyarat sesuatu ke salah satu orang-orang bawaannya itu.

Lalu tiba-tiba ...

BRUK!

Tubuh Lucky ambruk ke lantai. Tangan kanannya memegangi perutnya yang mulai berdarah dan membanjiri kemeja kerjanya. Dia bener-bener gak ngerti sama jalan pikiran Reza sekarang ini. Bisa-bisanya cowok itu malah menusuknya begini cuma karna dia gak memberikan alamat kosan Bebi.

Gak lama, Reza langsung bergegas meninggalkan kafe dan membiarkan sahabatnya itu tersungkur bersimbah darah. Dia gak peduli kalo-kalo Lucky bakal selamat ato meninggal. Toh salahnya sendiri gak memberikan apa yang diinginkannya.

*