Sisi sudah mematangkan untuk menjawab segala ada di pikirannya, mungkin saatnya Sisi memberi jawaban pada Arga. Senang atau tidaknya itu belakangan di urus. Yang sekarang adalah memberi jawaban pada Arga.
Mudahan Arga mengerti apa yang akan dijawab oleh Sisi nantinya. Semoga ini keputusan yang Sisi ambil adalah jawaban yang tepat.
Saat ini Sisi tengah menunggu Arga datang menemuinya makan siang bersama, selama ini Arga yang menaksirnya makan. Sekarang giliran Sisi menraktirnya makan, mungkin terlihat konyol sih. Memang harus lelaki saja ajak perempuan makan. Tidak juga, kan.
Arga sampai pakaiannya kasual santai sangat sesuai dengan tamparan di wajahnya itu. Sisi suka melihat lelaki memakai pakaian tidak terlalu mencolok, Sisi melambaikan tangan agar Arga bisa melihat di mana ia berada.
Arga menghampiri meja yang sudah tersedia beberapa makanan dari tadi, masih hangat menurut Sisi karena baru saja di antara oleh pelayan restoran ini.
"Sudah lama menunggunya?" tanya Arga duduk di hadapannya.
"Lumayan, ramai ya di kuliner?" jawab Sisi jujur serta basa - basi.
"Begitulah, setiap hari juga ramai, banyak yang mudik untuk lebaran nanti," ucap Arga senyum.
"Pasti kamu belum makan? Mumpung aku sudah pesan, tinggal di santap saja."
Arga senyum melihat hidangan di meja depannya ada beberapa kuliner kue dan donat serta beberapa sajian untuk isi perut.
"Sepertinya kamu tahu segala kuliner aku suka?" tebak Arga menggigit kue brownies ke mulutnya.
Sisi senyum, lalu berkata, "Karena di kuliner banyak yang tersedia beberapa sajian kue, cake, bolu, pie, kue kering dan sebagainya,"
"Benar, kamu mudah mengingatnya, tidak boleh diremehkan otak cerdasmu. Bagaimana dengan toko butikmu?" Giliran Arga berasa - basi bertanya.
"Ya begitu lah, sedikit sepi," jawab Sisi manyum kan kedua bibirnya.
Arga mengulum senyum suka sekali sama sikap Sisi.
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Tapi, aku minta kamu tidak terkejut, pertanyaan dari perasaanmu padaku beberapa hari yang lalu. Aku sudah mematangkan untuk menjawab padamu." Arga berhenti mengunyah kue ada di mulutnya.
"Benarkah? Apa kamu menerima lamaran ku?" Arga tidak sabar ingin mendengarnya kalau Sisi menerima lamarannya.
"Aku belum menjawabnya iya atau tidak. Jangan asal menebak, karena bisa saja jawaban seorang perempuan bisa mengubah segalanya tanpa berpikir panjang." Sisi menatapnya serius.
"Baiklah kalau begitu, apa jawabanmu aku siap mendengarnya."
Sisi menarik nafasnya panjang, kemudian membuangnya secara perlahan. Ia kembali menatap Arga, mungkin sudah waktunya ia menjawab kepada Arga.
"Aku tidak tahu apakah ini cepat menjawabnya. Tapi, aku yakin ini keputusan yang tepat untuk memberitahu kan kepadamu, kamu lelaki yang baik, segalanya kamu tentang diriku. Meskipun perjuanganmu terhadapku begitu dalam, aku yang tidak peka terhadap perasaanmu atau bagaimana. Kamu tahu bagaimana aku saat akan mencoba membuka hati pada seseorang. Hati ini memang masih tersimpan kenangan seseorang yang sudah lama berpisah, mungkin sudah waktunya aku harus mencoba kenangan baru bersamamu. Aku menerima perasaanmu, aku dan kamu bisa menjalin hubungan lebih dalam. Aku akan mencoba membuka lembaran baru bersamamu. Mungkin sudah saatnya aku terbuka pada pria yang memang tulus mendapatkan hatiku," kata Sisi mengatakan semua rasa yang selama berbulan-bulan menanyakan apakah sudah pantas Arga menjadi bagian hidupnya.
Arga terdiam mendengar pernyataan dari mulut Sisi itu. Arga merasa bagian perutnya terasa geli beberapa kupu - kupu siap keluar dari sarangnya. Arga merasa bahagia bukan main, menatap wajah cantik senyuman yang selama ini ia nantikan berbuah hasil juga.
"Kamu yakin? Apa itu benar? Jadi aku dan kamu resmi pacaran?" Pertanyaan Arga terus dilontarkan dari mulutnya
"Iya, benar, kita resmi pacaran," jawab Sisi senyum, Arga memegang tangan Sisi yang ada di mejanya, dia merasa sangat bahagia. Sungguh bahagia telah mendapat pujaan hatinya sekarang.
***
Deringan ponsel Richie berbunyi, dari Michel temannya yang ada di Surabaya. Ia mendengus kasar.
"Ya ada apa?" langsung pertanyaan
"Selow, Bro. Jangan terlalu ketus banget jadi lelaki. Nanti perempuan pada kabur lihat elo!" balas Michel di telepon
"Oke, ada apa telepon? Kamu nggak lihat aku lagi kerja."
"Sorry, kerja apaan lo di sana? Palingan gambar cewek sahabat kecil lo! Betewe, elo jadi ke sini kan? si Arga mau rayain peresmian gebetannya. Dia sudah resmi pacaran sama pujaan hatinya. Kapan lagi kita bisa reunian. Mana tahu elo dapat gebetan di sini."
"Oh..."
"Kok 'Oh' doang, sudah besok elo terbang ke sini ya! Soal penginapan tenang saja! Gue yang atur. Oke, Bro!"
tut... tut.... tut...
Richie lihat layar ponselnya Michael mematikan teleponnya. Kembali melirik kertas yang sudah penuh tinta hitam wajah Sisi masa kecil.