Chapter 8 - Rasa

Kota Surabaya, akhirnya Richie sampai di kota Surabaya. Di sana Michel tengah melambai tangan berdiri di samping mobilnya. Sebenarnya Richie juga enggan mau ke Surabaya kalau bukan playboy ini mendesak dirinya datang.

"Akhirnya elo datang juga! Gue kira elo nggak mau datang, sayang kalau elo nggak datang acara resmi jadian si Arga. Gue jamin elo nggak bakalan ketemu pujaan hati. Pacarnya Arga punya kakak tiri yang amat cantik banget deh! Mana tahu elo kecantol dia," beo Michel sedari tadi di dalam mobil sambil mengemudi.

Richie sih diam saja, nggak begitu banyak bicara. Sampai di restoran milik Michael, Richie turun bersamaan. Di sana Arga dan Sisi sudah menunggu mereka, ada juga Gea duduk bersebelahan dengan Sisi menikmati makanan siap saji milik Michael.

Michel dan Richie menuju tempat di mana mereka tempati, Gea sedari tadi menggoda adik tirinya untuk segera bertunangan dengan Arga. Arga sih oke – oke saja kapan akan diselenggarakan.

"Hei! Sorry ya, kawan kita baru sampai!" sorak Michel paling heboh, Arga langsung menoleh menyambut sahabat jauhnya, tentu Richie membalasnya.

"Gue kira elo nggak datang! Ah... kenalkan, cewek Gue, namanya Sisi. Si, kenalkan Sahabatku yang pernah aku ceritakan itu namanya Richie," Arga langsung memperkenalkan Richie pada Sisi.

Richie menatap wajah wanita di sebelah Arga, "Sisi" Richie akhirnya menemukan sahabat kecilnya, tapi, sepertinya Sisi tidak mengenali Richie. Karena Arga menyebutkan namanya Richie.

"Aduh... duduk dulu, dia baru sampai di sini masa kasih dia berdiri," sewot Michel paling cerewet tak pernah ada.

Richie duduk di sebelah Gea, Gea sedari tadi kalem tidak bersuara tiba – tiba. Karena baru pertama kali ketemu dengan sahabat Arga yang sangat ganteng dan lelaki banget. Sepertinya Gea mulai suka sama Richie.

Richie masih memperhatikan sikap Sisi saat bermesraan dengan Arga. Sisi merasa risi diperhatikan begitu sama Richie. Arga menyadari kalau Richie dari tadi memperhatikan pacarnya.

"Jangan lihat begitu ini cewek gue. Sebentar lagi gue sudah mau tunangan sama dia. Awas ya kalau elo rebut! Sudah payah gue ambil hatinya," sergah Arga memperingatkan pada Richie.

"Jadi acaranya pamer pacar ya?" sindir Richie, "Nah, mumpung Arga sudah punya, kenapa lo nggak sama kakaknya saja. Kan cantik juga si Gea. Iya nggak?" sambung Michel melirik Gea.

"Hah?" Gea malah bengong sendiri, Giliran Sisi menggoda kakak tirinya.

"Boleh juga tuh, Chi, maukan sama Kakakku. Aku jamin kamu bakal senang, kakakku pintar masak, baik, sayang suami. Kapan lagi, masa adiknya Langkah Kakak dulu," lanjut Sisi memperhatikan Richie yang dari tadi diam tidak bersuara.

"Kenapa, kamu lakukan ini, Si? Kamu sudah nggak ingat siapa aku?" - batin Richie dalam hati merasa kecewa sikap Sisi.

"Ada apa dengannya ya? Kok, dari tadi dia melihat aku terus. Apa dia kenal diriku atau.... ah, tidak mungkin dia Richie aku kenal. Richie itu orangnya konyol banget, suka bikin onar. Masa sih??" - batin Sisi dalam hati tanda tanya pada dirimu sendiri.

Hari sudah mulai sore, waktunya mereka bersiap untuk bubar, Sisi masih ada kegiatan di butiknya tentu Arga akan menemaninya. Sedangkan Michel harus menjemput sangat kekasih barunya, tiap bulan berapa kali dia gonta-ganti pacar. Tinggal lah dirinya dan Gea masih di tempat, mereka terdiam tidak bersuara sedikit pun.

Richie memperhatikan wanita di sebelahnya, mungkin saja Richie bisa mengorek informasi tentang Sisi yang baru saja ia temui.

"Kamu tinggal di mana?" Richie bersuara membuyarkan keheningan dari tadi, Gea mendongak menoleh arah sebelahnya ia sudah dari tadi menatapnya. Mata cokelat milik Richie seperti elang.

"Rumahku ada di jalan Abdul Karim, kamu sendiri tinggal di mana?" Gea menjawab gugup kemudian bertanya balik kepada Richi.

"Nanti aku tinggal di rumah Michel, mungkin jarak dari tempatmu sekitar dua puluh kilometer sampai. Aku pernah tinggal di Surabaya saat mengikuti kuliah dulu," jawab Richie Mulai berbasa- basi.

"Benarkah? Pantas kamu tidak terlalu ekspresi untuk pertama kali datang ke kota ini. Btw, kamu ambil jurusan apa perkuliahan kota ini?" Gea sebaliknya berbasa – basi, ternyata berbincang dengan Richie.

Gea lebih leluasa, Gea mengira Richie orangnya pendiam dan cuek, ternyata saat mengobrol basa – basi, dia orangnya konyol penuh humoris. Gea merasa nyaman saat mengobrol dengannya ada rasa yang tidak bisa diungkapkan, mungkin Gea hanya terlalu tertarik dengan sifat konyol Richie. Sehingga ia menceritakan masa lalunya ada di kota kecil tersebut.

"Pada saat itulah Om Evin dan Kak Neta mereka akhirnya menikah dan memiliki dua anak bernama Izan dan Mia. Izan sudah berumur 17 tahun, parasnya sangat ganteng kalah mungkin dari aku. Hahahaha.... Sedangkan Mia masih berusia 5 tahun, memang sangat jauh usia mereka. Karena Om Kevin sibuk perusahaan yang dikelola itu."Akhir cerita dari Richie melihat jam arloji di pergelangan tangannya sudah menuju pukul tujuh malam.

"Ya Tuhan, sudah jam tujuh. Bercerita hingga lupa waktu. Apa kamu ingin melanjutkan makan malam saja? Sepertinya aku lapar. Aku pesan saja ya?" Richie memanggil waitres yang sedang nganggur itu.