Setelah mengantar Gea ke rumahnya, di sana Richi melihat Sisi tengah duduk di halaman rumah dekat kolam renang. Richi ingin menghampirinya namun ia takut akan mengganggu kasmaran dengan Arga. Arga sudah memperingatkan pada Richi untuk tidak mendekati Sisi, sebentar lagi mereka akan bertunangan.
Richi merasa sedikit kecewa dengan pertemuan dengan sahabat kecilnya, Saat ini Sisi tengah menatap bintang yang bersinar terang penuh kelap – kelip, begitu sangat indah. Di mana Richi melihat senyuman Sisi di sana. Dengan cepat Richi membuka tas ransel nya mengeluarkan kertas mencoret-coret di sana. Goresan demi goresan ia gerakan dengan lincah.
Tiba Gea datang menghampiri Richi tengah sibuk menggambar seseorang, tanpa sadar Gea melihat kalau Richi sedang menggambar wajah samping Sisi. Gea sedikit merasa cemburu melihat Richi begitu memperhatikan Sisi. Apa Dia menyukai Sisi? Batin Gea dalam hati.
Secara tidak langsung minuman yang dibawa olehnya jatuh mengenai kertas gambar di sana. Richi berdiri langsung cairan teh serta tinta yang masih basah luntur dari kertas itu. Gea panik mencoba membersihkan tumpahan itu.
"Aduh .... maafkan aku, aku tidak sengaja," seru Gea mengelap dan kertas di mana Richi hampir selesai menggambar paras wajah Sisi harus hilang seketika.
"Tidak apa-apa," sahut Richie. "Aku benaran tidak sengaja, jadi luntur gambarnya bagaimana dong?" Gea merasa sangat bersalah.
"Tidak apa-apa, nanti bisa dibuat lagi. Kalau begitu, aku permisi dulu." Richie berpamitan kemudian membuang gambaran yang tidak utuh lagi ke tempat sampah.
Gea tersenyum nipis panjang, telah menggagalkan gambaran wajah Sisi.
"Maafkan aku dek, Dia itu milikku. Cepatlah bertunangan, dan setelah itu menikahlah dengan Arga. Hanya ini bisa aku jauhkan dia dari mu," - batin Gea dalam hatinya.
Richie masuk ke dalam mobil di sana, Richie masih memperhatikan sosok sahabat kecilnya dari jauh. Sisi masih menatap langit berbintang – bintang. Richie sebaliknya, menatap bintang itu.
"Aku tahu kamu masih merindukanku, aku akan selalu menunggumu sampai kamu mengingat siapa diriku, Si. Aku akan terus menantinya. Jangan pernah melupakan janji kita," batin Richie menatap bintang serta sosok sahabat yang masih duduk menatap cahaya bintang tersebut.
Sebaliknya Sisi merasakan seseorang memperhatikan dirinya dari jauh, Sisi menoleh arah ke mana sosok seseorang tengah pergi, sebuah mobil telah pergi dari rumahnya. Hanya bayangan samar oleh Sisi. Sisi yakin orang itu ada hubungan dengan masa lalunya.
"Apa itu kamu, Chi?" Sisi bertanya – tanya padanya.
Sisi mulai masuk ke dalam sudah larut malam, ia pun tutup Golden lalu menuju ke dapur mengambil minuman sedari tadi ia kehausan terlalu lama duduk di teras kolam renang. Setelah selesai minum, di mana sebuah kertas ada di tempat sampah. Sisi mengambilnya membuka gambarannya telah luntur, akan tetapi Sisi bisa melihat saksama seperti mirip wajahnya. Sisi malah memungut kertas itu kemudian ia gantung kan meja kerjanya mendekatkan ke lampu riasnya agar kering.
Richie sampai di rumah Michel, di tengah bercumbu dengan kekasih barunya. Richie cuek Bebek saja, sudah biasa Maichel melakukan setiap wanita
"Hei, Bro! Sudah pulang dikau?! Bagaimana sudah kecantol belum sama Gea! Jangan lama-lama gue yakin Gea juga suka sama elo!" teriak Michel menghentikan ciuman dengan kekasihnya. Richie diam tidak menghiraukan teriakan beo Michael itu
"Siapa?" ditanya kekasihnya, "Dia? Sahabat satu Team di studi kuliah dulu. Dia sedikit pendiam. Tapi, dia itu mengasyikkan. Dia terlalu tertutup soal wanita, masih menanti sang kekasih lamanya," jawab Michel lalu kembali mencium kekasihnya. Suara desahan di ruang tamu membuat Richie lebih memilih untuk tidur memandang langit kamar tersebut.
Sisi dan Richie di mana kehidupan mereka bersama tidak pernah ada yang tahu bahwa pertemuan tadi siang adalah kebetulan, Sisi melupakan sosok Richie yang sekarang, Richie lebih banyak berubah setelah kepergian Sisi memilih bersama keluarga angkat barunya. Setiap hari setiap saat Richie tidak pernah melupakan sosok keluguan, cengeng dan polosnya itu membuat Richi sudah merasakan cinta pertama.
Sebaliknya Sisi, merasakan keanehan pada dirinya saat bertemu dengan sahabat Arga tatapan mata coklat darinya sangat familier, di mana lima belas tahun lamanya ia meninggalkan dirinya demi mengikuti keluarga barunya. Sisi tahu Richi pasti marah dan kecewa semua yang dia dapat. Sisi, masih belum yakin kalau orang yang dia temui adalah Richi kecil yang konyol dan nakal.
"Apa itu kamu, Chi? Tapi, apa benar kamu Richie yang aku kenal itu? Kenapa kamu tidak menunjukkan sikap kekonyolanmu? Apa maksud tatapanmu itu tadi, Chi? Aku tahu kamu pasti mengenaliku. Jika itu memang kamu, kenapa kamu begitu dingin, Chi. Apa kamu masih marah padaku, sehingga kamu berubah seperti ini," batin Sisi dalam hati terus bertanya – tanya benarkah yang dia temui itu adalah sahabat kecilnya.
"Si, seberapa kamu melupakan janji kita? Kamu tahu aku terus menunggumu di rumah panti. Begitukah kamu melupakanku dengan memilih Arga sebagai kehidupanmu?" Richie terus bertanya dalam dirinya. Dirinya terlalu kecewa pada sahabatnya. Segala yang ia lakukan untuk melihat kembali tapi Sisi telah berubah.