Izan masuk ke restoran Semarang di sana ada Richi dengan seseorang, ya tentunya Dea. Izan tidak peduli ada Dea tengah berbincang-bincang dengan Richi.
"Bang, ada rapat hari ini?!" sungut Izan langsung,
Dea dari tadi perhatikan lelaki di depan nya. Sepertinya Dea mulai terpukau dengan paras wajah Izan.
Izan seperti disadari seseorang tengah memperhatikan dirinya. Izan melirik arah sosok perempuan tengah duduk sambil melipat kedua tangannya. Izan masih fokus menatap wajah sedikit familier.
"Kenapa kamu lihat dia seperti itu? Kamu tak kenal dia? Dia, Dea Amanda Putri yang selalu kamu sabar menunggu surat cinta dariku." Ucap Richi mencoba mengingatkan Izan padanya
"Cewek yang selalu mengaku Bang Richi itu suaminya??" tebak Izan benar melupakan wajah Dea.
"Sembarangan saja kamu ngomong, memang aku ada bilang begitu?" protes Dea langsung kesal sama Izan yang sudah lama di lupai nya.
"Lah, memang kenyataan, kan! Siapa yang tidak mau pulang seharian penuh sampai mata merah sembab, hitam kaya panda, sok kuat tidak mau makan. Ujungnya pingsan terus yang repotin siapa? Aku juga! Masih tak mau mengaku lagi!" bantah Izan buat Dea terkatup rapat – rapat bibirnya itu. Susah mengelak memang kenyataan sih, dia pingsan sampai Izan yang bantuan terus rawat dia.
Richi sendiri senyum – senyum melihat sikap mereka berdua, benaran bakalan diwariskan turun temurun nih dari kisahnya.
"Sudah, sudah, jangan berdebat dulu. Malu di lihati orang. Hari ini ada rapat dengan siapa?" Kini Richi bersuara menyudahi perdebatan Izan deh Dea.
Dea bangkit dari duduknya dengan rasa kesal. Lalu menyenggol bahu Izan memang disengaja.
Izan sendiri melongo liatnya, pakai acara menyenggol segala. Richi masih menahan senyumnya.
"Kenapa dia bisa disini, bang?" tanya Izan pelan sangat penasaran banget.
"Kamu tanya aku? Tanya dia langsung saja. Kenapa dia bisa ada di sini. Mungkin kangen sama kamu," jawab Richi pura bego.
"Hah? Kangen sama aku. Kangen sama abang kali," bantah Izan.
Sedangkan Dion dan Sisi seperti menonton drama baru di depan, Sisi melihat pergelangan tangannya sudah sore, buru – buru untuk bergegas kembali ke tempat kerjanya.
"Sudah mau balik?" tanya Dion perhatikan Sisi bersiap siap
"Iya, aku harus tutup toko," jawab Sisi berlalu pergi.
Dion sih duduk dia diam membiarkan Sisi pergi begitu saja. Sedangkan Richi masih menangani dokumen yang dibawa oleh Izan
****
Pada malam harinya, Dion, Izan, Richi. Sedang melakukan BBQ panggang - panggang menyambut kedatangan saudara angkat yaitu Dion Saputra.
"Bang Dion, tinggal di sini selamanya atau balik lagi ke Amerika?" Izan bertanya sambil meniup ikan bakar di tusukkan.
"Hem ... mungkin menetap di sini. Soalnya aku ada kontrak kerja sama di rumah sakit Medika harapan sejahtera," jawab Dion sambil menikmati minuman coca - cola di tangannya.
"Hal ... oooww ... aku datang! wah ... wangi banget!!!" teriak suara seseorang masuk ke rumah Richi.
"Loh, kok kamu ada di sini? Siapa yang undang dirimu datang kesini?" Izan terkejut saat melihat Dea datang menghadiri acara BBQ.
"Aku yang undang dia ke sini. Biar kamu mengenang masa remajamu," sambung Richi datar, apalagi Dea menjulur mengejek Izan.
"Awas kamu ya! Aku sumpal mulutmu pakai sandal jepit!" Izan mulai mengangkat sandal jepitnya dari telapak kakinya.
Dea buru kabur dari sana, Izan mengejar Dea. Richi bahagia bisa lihat Izan dan Dea akur lagi.
Tak lama kemudian suara pintu berbunyi, Richie dan Dion menoleh saling bertatapan bergantian.
"Coba kamu lihat siapa?" pinta Dion sama Richi.
"Kenapa tidak kamu buka saja?" bantah Richi menolak.
"Mana tahu itu tamu kamu! Kok aku yang buka??" balas Dion sibuk sama gadget
Akhirnya Richi pergi membuka pintu, suara pintu itu masih terdengar berbunyi.
"Sebentar," Richi melebar dua bola matanya bulat, di depan yang datang adalah Sisi.
Sisi mengenakan baju santai sesuai dengan tubuh rampingnya. Sisi senyum menyapa Richi.
"Eh ... sudah sampai, masuk, Si!" seru Dion bersuara.
Richi melebarkan pintunya, kemudian mempersilahkan Sisi masuk. Sisi senyum menyambut Dion hangat.
"Sorry, ya, Chi. Ternyata tamu aku yang datang! kamu sudah makan?" sewot Dion lalu menanyakan Sisi apakah sudah makan.
"Sudah, sebelum kesini," sahut Sisi senyum mengikuti Dion.
Richi kembali menutup pintu lalu melangkah kaki tempat acara makan - makan.
Sisi tengah duduk menerima piring berisi makanan yang diberikan oleh Dion tersebut. Di sana Richi duduk tidak jauh di mana Sisi duduk.
Kasihan Richie duduk sendirian tanpa ditemani. Sedangkan Dion dan Sisi tengah berbincang - bincang seru.
Richie duduk menatap langit yang gelap tanpa adanya bintang menerangi kegelapan.
Izan dan Sea tengah duduk di ayunan sambil mengenang masa remaja mereka. Ternyata Dea ada hati sama Izan setelah dimana Richi menolak dirinya menjadi kekasih pujaan hatinya.
Dion tiba saja menghilang entah ke mana, Sisi sendiri duduk sendirian kemudian menatap arah Richi tengah bersantai menyandarkan tidurnya.
"Kamu masih marah?" Tiba suara menendang telinga Richi. Richi menoleh Sisi sudah berada di sampingnya ikut menatap langit yang gelap.
Richi kembali menatap langit tanpa adanya bintang dan bulan seperti hati mereka telah terkubur diam - diam.
"Kenapa kamu bisa membatalkan pertunangan dengan Arga? Apa kamu tidak menyesal telah melepaskan orang yang benar sayang dan tulus sama cinta kepadamu," Richi mulai bersuara menanyakan pada Sisi, tanpa menoleh sedikit pun.
"Karena aku tidak ada hati sama Arga. Hatiku hanya untuk sahabat kecilku. Walaupun dia sudah menghilang dari kehidupanku," jawab Sisi menunduk kepalanya memainkan jari jemarinya.
Richi melirik dengan mata ekor, pasti Sisi menyesal.
"Kamu sudah menyadarkanku, kalau aku dan kamu akan dipertemukan kembali tanpa mengenal satu sama lain. Aku menyadari saat kita bertemu di acara reunian. Dimana kamu yang cuek dan dingin. Saat kamu menatapku tanpa geming. Aku diam untuk tidak memberimu harapan palsu untuk kedua kalinya," ungkap Sisi mengatakan semua perasaan pada Richi.
Richi terdiam, selama ini dia diam mengubur perasaan yang sudah tidak bisa menerima rasa kecewa dari seorang sahabat kecilnya yang cengeng, pura - pura tegar dan pura - pura ceria.
Entah kenapa jari kekarnya menyeka air mata Sisi yang siap akan jatuh ke wajah mulusnya.
"Dasar cengeng!" tegur Richi tiba - tiba mengucapkan kata - kata yang sudah lama Sisi tunggu.
Sisi menangis histeris membuat Izan dan Dea menyusul menyalahkan Richi telah membuat Sisi menangis.
Sedangkan Dion yang tengah duduk di ruang tengah bisa senyum semringah kalau rencananya berhasil mengakurkan Richie dan Sisi kembali.