Richi duduk di kursi roda menatap wajah Sisi. Sisi sedang memotong buah apel kemudian berikan pada Richi. Sisi mencoba untuk senyum padanya padahal hatinya sedih melihat wajah suaminya yang begitu kurus dan pucat. Sulit memang untuk Sisi menahan air mata agar tidak keluar.
Tapi, bagaimana tidak untuk menahannya sedangkan dirinya sangat sedih jika orang yang baru saja dia sadari untuk mencintai harus rela memasrahkan kehendak pada penyakitnya. Sisi segera menghapus air matanya yang terus jatuh di pelupuk matanya.
Sebuah jari menyeka air mata Sisi, Sisi melirik menatap wajah Richie diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sisi memegang tangan yang dulu kasar dan hangat, kini sudah surut dan kurus.
"Tetaplah bertahan, apa pun itu. Aku mohon berjuang dan lawan penyakitmu. Aku tidak sanggup jika kamu harus pergi, aku belum siap untuk itu. Aku mohon, tetap di sisiku. Aku yakin kamu pasti kuat melawan penyakit ini," ucap Sisi getir menahan tangisannya agar tidak pecah
"Aku mohon..." Sisi mencium punggung tangan Richi yang kurus dan dingin. Dia benar sangat rindu dengan sentuhan tangannya.
Richi tentu tidak ingin seperti ini, tapi apa dia bisa melawan penyakit yang sudah menguras jiwanya. Meskipun begitu, Richi tentu tidak ingin seperti ini. Dia harus bisa melawan apa pun caranya. Demi masa depan mereka berdua.
"Maaf..." Hanya kata maaf saja yang bisa Richi utarakan untuk Sisi.
"Untuk apa kamu minta maaf, justru aku yang minta maaf padamu karena tidak bisa menjaga hatimu untukku. Andai saja waktu bisa berputar kembali, aku dan kamu pasti bisa bersama terus tanpa ada yang menghalangi jalan kita," ucap Sisi pada Richi.
Tetesan air mata dari Richi mengalir deras, dia tidak dapat membendung lagi, rasanya dia ingin teriak sekencang – kencangnya. Sisi bangkit dari duduknya lalu memeluk Richi begitu erat. Eratkan ini akan mungkin akan mengingat semua rasa kerinduan untuk Richi.
****
Pada paginya, Richi akan dibawa oleh Tim Medis dari Dion untuk mengobati penyakit Richi di Singapura. Hanya cara ini agar Richi bisa kembali hidup normal walaupun tidak sempurna. Kemungkinan kecil Richi akan lumpuh dan melupakan kenangan masa lalu ada di memorinya. Sisi tetap akan menunggu hasil dari Dion, andai saja Sisi bisa meninggalkan usahanya untuk menemani Richi di sana. Namun pekerjaannya membutuhkan tenaga profesional. Sisi hanya bisa mengharapkan Richi bisa mengalahkan penyakitnya.
Satu minggu kemudian, Sisi menunggu kabar dari Dion. Dion mengatakan Richi baik-baik saja. Dia sedang masa kemoterapi untuk kesembuhannya. Sisi tentu merasa bahagia. Karena Richi benar baik-baik saja. Walaupun dirinya melupakan kenangan saat bersamanya.
"Mbak ..." Rista memanggil Sisi, Sisi menoleh arah Rista.
"Ada yang ingin bertemu dengan Mbak," lanjut Rista bersuara.
"Siapa?" tanya Sisi, "Katanya keluarga dekat, mbak," jawab Rista.
Sisi menghentikan aktivitasnya, kemudian keluar untuk memastikan keluarga terdekat siapa. Karena dia tidak memiliki keluarga dekat lagi. Sekarang namanya bukan Maharani tapi Rizkyana. Nama dari suaminya.
Seseorang tengah melihat rancangan busana milik Sisi. Sisi tahu keluarga terdekat adalah Gea. Kakak tirinya yang sudah lama berpisah setahun lebih. Sisi memang memilih untuk tujuan hidupnya sendiri.
"Kak Gea?" sebut Sisi namanya, Gea melirik nya lalu senyum padanya.
"Hai, Si," sapa Gea senyum.
Sisi langsung memeluk Gea, dia sangat merindukan kakak tirinya apalagi dia sangat bersalah padanya tega meninggalkan seorang diri di kota besar itu. Gea tentu merasa senang bahwa Sisi baik-baik saja.
"Bagaimana kabarmu, apakah kamu baik – baik saja?" tanya Gea duduk di salah tempat memang tersedia untuk pelanggan saat melihat rancangan busananya.
"Begitulah, aku baik – baik saja, Kakak sendiri bagaimana? Sepertinya kakak berisi? Siapa yang buat kakakku semakin berisi?" Sisi bertanya kembali pada Gea
"Aku yang beri dia asupan. Jadi dia memang sedang berisi anakku." Jawab Marcel. Sisi tidak menyangka kalau Kakak tirinya telah mengandung anak dari playboy cap kapak.
"Benarkah itu?" tanya Sisi tidak mempercayainya.
Gea mangut – mangut. Sebentar lagi Sisi akan memiliki ponakan lucu, dia benaran sangat menyukai anak-anak. Kelak dia juga akan memiliki anak walaupun bukan dari suaminya atau siapa pun. Dia akan mengadopsi anak membesarkannya dan menjaga hingga nafasnya berhenti.
***
Satu tahun lamanya telah lewat ....
Sisi masih menunggu kehadiran Richi, kabar dari Dion semakin memburuk dirinya saat rawat dari pengobatan. Sisi terus berdoa berharap Richi baik – baik saja. Sesuai impian bersama Impian yang tidak akan pernah hilang untuk Richi dan Sisi. Impian terbesar untuk mereka berdua mewujudkan impian bangun rumah panti menjadi keluarga besar.
"Bunda ..." Suara anak kecil tengah berlari memeluk tubuh Sisi yang tengah duduk di tepi pantai menghirup angin sepoi-sepoi.
Sisi masih mengingat di mana kata Richi mengatakan dia akan menjadi angin pantai menghembuskan badai di dasar laut. Sisi akan menjadi lautan ombak yang dihantam oleh Angin yang menyelimutinya.
"Bunda .... Kita main, yuk!" anak kecil yang ditinggal oleh kedua orang tuanya. Dia sendirian di kota kecil ini. Kehilangan keluarganya, Sisi mengangkat anak ini sebagai penerusnya.
"Kamu mau main apa, Ichi?" tanya Sisi, nama anak itu hampir mirip dengan nama suaminya Richi.
Sisi sengaja memberikan nama itu pada anak laki-laki masih berusia lima tahun. Lupa dengan nama keluarga dan nama dirinya sendiri.
"Main petak umpet, Bunda jaga, ya!" jawab Ichi mulai bersiap – siap.
Sisi menghitung angka satu sampai sepuluh, Ichi mulai bersembunyi dan kemudian Sisi mencari anak itu, mencari dan muncul sosok seseorang yang tidak menyangka akan ketemu lagi. Yaitu suaminya.
Richi yang dulu mempunyai rambut sekarang botak karena kemoterapi. Tapi kondisinya mulai membaik, Sisi menghamburkan Tubuhnya di pelukan Richi. Richi menangkapnya agar tidak terjatuh. Sisi bahagia bisa bertemu orang yang dicintai bertahun-tahun tak kembali pada akhirnya dia kembali dengan senyuman indah.