Sesuai janji Richie dan Sisi akan berlibur di salah satu kota. Ya ... mungkin tempat itu lebih indah dari kota mereka tempati. Kota Yogyakarta, tempatnya indah. Sangat indah malahan, apalagi impian Richi memang ingin berkunjung di tempat itu.
Sebaliknya Sisi juga, mereka mempunyai impian besar akan pergi berkunjung kota itu. Wisata Indonesia memang sangat indah jauh lebih indah dari Wisata Asing.
Mereka akan menginjak sumber alam yang ada di kota Yogyakarta ini. Mungkin yang mereka kunjungi adalah Pantai Indrayanti. Pantai tentu untuk khas mereka juga, Richi menyukai lautan di persiaran pantai.
Sedangkan Sisi menyukai alam tumbuhan hijau tentu serasi dengan lautan disertai pepohonan tersebut.
"Bagaimana ini indah, bukan? Indah kota kecil kita atau kota tetangga?" Richi mulai bertanya apakah Sisi menyukai tempat ini yang selama dia idam-idamkan.
"Indah kota kita dong! Masa kamu harus bandingkan kota kita dengan kota mereka!" Protes Sisi cemberut
Richi tertawa lalu mengacak rambut Sisi di rangkul nya leher Sisi seperti masa kecil mereka dulu. Richi akan menjadi dirinya yang dulu.
Liburan kali ini adalah liburan yang sangat panjang mereka akan menetap di Yogyakarta selama sebulan penuh. Berapa bahagiakah mereka berdua. Perusahaan Richie akan di Handle oleh Izan dan Dea.
Dea menjadi asisten pribadi Izan mungkin suasana mereka akan dikaruniai sebuah keributan. Karena Dea akan selalu mengomel Izan setiap melakukan kesalahan di dalam pekerjaannya.
****
Richi memang meminta Dion untuk menunggu dirinya sampai semua benar akan siap di tangani. Richi meminta Dion berikan waktu nya untuk bersama orang yang dia sayangi yaitu Sisi.
Richi akan menggunakan sebaik mungkin waktu, hari, detik, dan menit selalu ada untuk Sisi setelah waktunya mulai mendekati, dia siap untuk melepaskan Sisi dari dekapannya.
Obat yang diberikan oleh Dion tentu akan dikonsumsi Richi jika terjadi rasa sakit di kepalanya mulai datang menyerang. Obat pencegah rasa nyeri di kepala mungkin akan bekerja setengah hari. Jika obat itu tiba tidak bekerja dengan baik. Richi harus segera penanganan secepatnya.
Sekarang mereka berada di salah satu rumah makan. Yang mungkin rumah makan khas daerah di sini. Tempatnya sangat romantis menurut mereka berdua. Richi memang sudah menyiapkan semua. Agar Sisi tahu bahwa dia benar sangat menyayangi dan mencintainya.
"Indahnya tempatnya sejuk lagi. Kamu kok bisa tempat ini? Terasa benar milik kita berdua." Gombal Sisi berbunga-bunga merasakan kehangatan.
"Karena ini spesial untuk orang yang aku sayangi. Kamu sudah lupa janji kita dulu. Kita tetap akan bersama-sama. Apa pun itu, aku akan tetap menepati janji kita berdua. Dan sekarang sudah aku kabulkan janjinya," ucap Richi senyum menatap wajah cantik ada pada Sisi.
"Terima kasih, kamu selalu mengerti apa yang aku inginkan," kata Sisi membalasnya dengan senyuman bahagia
Tatapan cinta mereka, diiringi musik dan harmoni bersama. Sebuah lagu yang indah di telinga mereka.
"Setelah ini, kamu mau ke mana?" Richi memecahkan suasana yang hening tersebut.
"Aku ingin ke candi Borobudur, candi Prambanan, pantai Nglambor, Pantai Pok Tunggal, Jalan Malioboro semuanya. Pokoknya harus dijelajahi."
Richi menatap wajah Sisi yang sangat gemas serta suara yang imut tetap saja tidak pernah berhenti berbicara. Semakin dia rasakan tiba pandangannya sedikit buram, serta suara dari mulut Sisi bergoyang-goyang mulai tidak terdengar.
Richie mencoba memejamkan matanya, agar rasa yang ada di dalamnya tidak diketahui oleh Sisi.
"Terus, setelah itu aku ingin saat kita sudah bersama, terus selayak bulan madu di sini lagi bersama anak-anak kita nantinya." ucap Sisi saat melirik Richi tengah terdiam menutup matanya rapat - rapat.
"Chi, kamu tidak apa - apa, kan?" Sisi mencoba memegang tangan Richi yang sangat dingin itu.
Sisi takut jika Richi benar sakit, Richi diam untuk membuang rasa kegelisahan pada dirinya. Sisi sudah seperti orang ketakutan. Posisi yang di depan telah berpindah di sebelah Richi.
Richi membuka matanya melirik wajah Sisi yang sayup kecemasan. Sisi seperti telah berlinang air mata kalau Richie benar - benar sakit.
"Kamu tidak apa - apa kan?" Sisi terus bertanya. Pendengaran Richi menggema.
Richi menyeka air mata yang siap akan jatuh dari pelupuk mata Sisi.
"Aku tidak apa - apa. Mungkin terlalu lelah," jawab Richi parau.
"Kamu sakit apa?" Sisi benar ingin tahu.
"Tidak, aku tidak sakit. Hanya lelah saja. Sudah jangan nangis. Jelek kalau nangis, hilang nanti cantiknya." Bisa - bisa nya Richi menggombali Sisi.
"Tapi, kamu benaran, kan, tidak apa-apa. Apa kita kembali ke hotel saja. Aku tidak mau kamu kenapa - kenapa saat kita sedang jalan di pantai."
"Tidak apa - apa. Aku kuat kok. Kan, kita di sini untuk liburan bukan bawa penyakit." Sisi senyum, mencium bibir Richi. Tentu rasa itu benar hangat, meskipun bibirnya sedikit dingin.
****
Liburan masih berlanjut untuk Richi dan Sisi. Perjalanan mereka keliling tempat yang akan mereka kunjungi tentunya.
Kondisi Richi semakin menurun, tiba saja dia terus tersandung sesuatu padahal jalannya datar. Sisi sendiri merasa tidak nyaman.
Membujuk Richi untuk kembali ke hotel, pada akhirnya Richi menuruti dan mereka pun berada di hotel.
Richi merebahkan tubuhnya yang mudah lelah dan lemas. Keringat terus mengalir. Setelah itu, Richi merogoh tasnya untuk mengambil obat di berikan oleh Dion.
Di telan, lalu di rebahkan kembali tubuhnya di atas tempat tidur. Richi kemudian terpejam kedua mata dalam tidurnya.
Sisi baru saja kembali memberi beberapa makanan di luar. Melihat kondisi Richi semakin kurang baik. Disentuh keningnya menggunakan punggung tangan. Panasnya sudah lebih mendingan tadi sangatlah panas.
"Sebenarnya kamu sakit apa sih, Chi," batin Sisi terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Sisi duduk di meja sambil menggambar beberapa busana untuk di pajang nanti setelah kembali dari liburan.
Tiba sesuatu tengah melingkar dirinya, hingga lupa waktu. Richi telah bangun.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" Richi bertanya.
"Aku sedang menggambar busana pengantin. Menurutmu bagus tidak jika aku memakainya?" jawab Sisi, memberi pendapat pada Richi.
Richi melihat gambar yang sederhana, dia tersenyum kembali menatap wajah kekasihnya.
"Cocok, semua yang kamu pakai bagus di tubuhmu." ucap Richi, mencium pipi kekasihnya.
"Tinggal baju kamu belum aku gambar," kata Sisi.
"Nanti saja baru di gambar, aku ingin makan kamu dulu." Richi mulai menggombal.
"Iihh... apaan sih?! kita makan dulu yuk! Aku ada beli makanan khas Jogja," elak Sisi mengambil bungkusan.
Dia mulai membuka bungkusan itu, tapi Richi malah menggendong tubuh Sisi di baringkan di atas ranjang. Sontak Sisi terkejut. Sisi merasa Richi sedikit aneh, tapi Sisi tidak keberatan jika dirinya benar menginginkan seutuhnya.
"Aku ingin segera punya anak, baru kita menikah, boleh?" Richi meminta izin lebih dulu pada Sisi.
"Apa ini tidak terlalu cepat?" Sisi kembali bertanya.
"Cepat atau tidak, itu sama saja," jawab Richi mulai melumat bibir tipis milik kekasihnya.
Sisi menyerahkan semuanya apa pun itu. Hubungan terlarang atau tidak, Sisi akan berikan seutuhnya pada orang yang memang dasar saling mencintai.
****
Esok paginya, Richi bangun menatap kekasihnya yang tengah terlelap.
"Terima kasih, hanya ini yang bisa aku lakukan. Sebelum aku pergi, kamu harus ikhlas menerimanya. Mungkin anak kita akan hilang tanpa ayah. Maafkan aku. Aku benar tidak rela harus pergi jauh. Kalau memang Tuhan memilih untuk mengambil nyawaku. Aku mengikhlaskan, maafkan aku," batin Richi menatap wajah Sisi yang begitu tenang.
Sisi bangun saat sentuhan dari Richi membuat dirinya semakin bahagia.
"Pagi," sapa Sisi, "Pagi juga!" balas Richi mencium pertama kali.
"Setelah ini kamu ingin ke mana? kita jelajahi semuanya hingga puas." Richi bertanya pada Sisi.
"Masa liburan kita masih panjang. Memang kamu kuat jelajahi semuanya. Aku tidak ingin kamu kelelahan, Chi," jawab Sisi.
"Siapa bilang aku mudah lelah. Kemarin hanya kelelahan saja. Karena dari bandara kita langsung jalan - jalan. Justru yang tidak boleh lelah itu kamu," ucap Richi menarik hidung mungilnya.
Dalam perjalanan ke candi Prambanan, Richie dan Sisi menikmati alam tersebut, banyak sekali wisatawan berkunjung di sana. Meskipun sejarah tentang candi tersebut. Richi tentu mengetahui pengetahuan di sana.
Langkah demi langkah, akhirnya mereka sampai. Tempatnya benar indah tidak jauh beda dengan candi Borobudur. Sisi meminta seseorang foto mereka berdua. Hal itu tidak boleh dilewatkan.
Sebelum ke tempat ini, Richi meminum obat rasa sakit di kepalanya meskipun efeknya hanya sebentar namun bisa di atasi.
Setengah hari sudah perjalanan mereka menjelajahi tempat Yogyakarta. Mereka beristirahat dulu. Sisi mengamati ponsel setiap foto yang diambilnya. Dan tentu foto mereka berdua.