Chereads / Waiting For You (Sad Romance) / Chapter 19 - Keputusan

Chapter 19 - Keputusan

Liburan sebentar lagi habis untuk Richi dan Sisi.

Mereka sangat senang perjalanan liburan kali ini adalah perjalanan yang membahagiakan. Kenapa? Karena mereka telah menjelajahi seluruh tempat Yogyakarta tersebut.

Richi melakukan ini untuk mengenang masa-masa berdua dengan sahabat kecilnya. Perjalanan pulang ke kota kecil memang adalah waktu yang tepat. Sepertinya kondisi Richi mulai melemah, seluruh tubuh mulai memakan tenaganya. Tenaga yang rendah, penggerakan tubuhnya dari kaki, tangan, hingga wajahnya sedikit demi sedikit mulai tidak normal.

Richi terus mempertahankan Terima kondisi yang mulai memburu, hanya satu untuk melihat wajah sahabat kecilnya wajah primadona nya, kenangan yang sudah ditempuh bersama.

Richi mulai mencoba memberikan satu momen untuk terakhir sebelum dirinya pergi jauh dari kehidupannya. Mungkin dengan begini, Richi bisa tenang dan tenteram untuk menghapus semua dosa yang telah dirinya perbuat di masa lalunya.

Jikalau takdir telah memilih untuk berpisah, Richi mengikhlaskannya. Dirinya juga lelah telah memperjuangkan orang yang benar nyata saat ini. Impiannya mungkin akan berakhir di sini.

"Chi, bagaimana? bagus tidak?" Sisi keluar dari rumah ganti memberikan pemandangan yang indah.

Sang bidadari kecil yang lugu dan cengeng sudah tumbuh wanita dewasa. Richi semakin tidak rela harus kembali berpisah kalau bukan penyakitnya.

Untuk hari ini tanggal 4 May 2016, Richi dan Sisi mengadakan sebuah pernikahan kecilan di kota kecil tempat mereka tumbuh bersama. Di hadirkan oleh keluarga yang bahagia yaitu Aneta, Kevin, Izan, Dea, Mia, Renata, Fara, Dion, Hans, Michael, Gea dan Hans.

Mereka semua adalah saksi mata di hari pernikahan Richi dan Sisi, kemeriahan mereka di penuhi kebahagiaan. Kebahagiaan yang sangat indah, di sambut oleh pantai yang menggemercik nyanyian.

****

Malam indah adalah malam untuk kebahagiaan mereka, Richie dan Sisi telah resmi menjadi sepasang suami-istri. Walau sederhana ini adalah impian kedua untuk Sisi dan Richi. Richi telah menunggu kehadiran Sang pujaan hati ada di depan matanya.

Wajahnya tidak pernah berubah walaupun parasnya telah dewasa. Richi kembali mengingat masa kecil di mana mereka berdua duduk bersama, merayakan hari ulang tahun bersama meskipun tanggal lahir mereka cukup jauh.

Richi mengeyel minta ulang tahun dirayakan tepat tanggal lahir Sisi. Sisi tentu tidak keberatan, tidak hanya itu Richi juga sok-sok jadi pahlawan di sekolah dulu. Sisi terus di ejek, di bully, di hina oleh teman-teman sekelas. Richilah yang memarahi mereka, membalas perbuatan mereka tega memperlakukan Sisi bukan seorang perempuan.

Setiap hari mereka bersama membuat keributan di panti, hingga sekarang mereka menjadi suami-istri. Walau cinta mereka sempat terpisah.

"Terima kasih kamu sudah memberi kesempatan untuk mencintaimu dan menghargai perjuanganmu. Maafkan aku yang dulu tidak mempercayai adanya kasih sayang, sekarang aku yang memperjuangkan dirimu hingga napas kita berhenti bersama, aku bahagia bisa melihat wajahmu kembali meskipun kita pernah tidak saling mengenal satu sama lain." Ungkap Sisi kepada Richi.

Sepertinya Richi mulai tidak bisa mendengar kata-kata yang diucap oleh Sisi. Tapi dirinya tetap akan mendengar dengan baik.

"Jika nanti kita tidak dipertemukan lagi, apa kamu bersedia menerima semua rasa dan kesedihan pada dirimu?" Richie mulai ngelantur berbicara.

Sisi diam sesaat, mendengar ucapan Richi barusan.

"Jika pun kita tidak di pertemukan aku tetap Aku menunggumu dan tetap akan memperjuangkan cinta ini untukmu. Apa pun itu, kita pasti dipertemukan kembali. Walaupun kita telah berubah sekalipun." ucap Sisi kemudian.

Richi merasa bahagia orang yang benar tulus padanya.

"Apa aku siap merelakan untuk pergi dari sisi-Nya, Tuhan. Apa tidak bisa aku pertahankan dirinya hingga hembusan titik yang masih tersisa." Richi berkata dalam hatinya mempertanyakan pada doa nya.

"Kalau begitu maukah kamu menunggu diriku kembali. Aku akan pergi sementara waktu menyelesaikan beberapa proyek yang sudah ditangani oleh pengusaha ternama. Apa kamu bisa menungguku. Mungkin waktu yang sangat lama. Jika aku tidak kembali, cobalah untuk melupakanku. Jangan pernah sakiti dirimu kalau memang kamu tidak sanggup menerima semuanya. Maaf jika selama ini aku telah membuatmu menangis. Tapi yang aku harapkan untuk tidak melupakan kenangan terindah di masa lalu ataupun masa kini. Apakah kamu bisa menjanjikan itu semua?" Richi berbicara sangatlah panjang dia merasakan sebentar lagi tubuh yang digunakan tidak akan berfungsi lagi.

Sisi yang duduk di depan merasa bimbang apa yang diucap oleh mulut Richi. Pertanyaan yang demi pertanyaan pada kepalanya ingin menanyakan apa yang di sembunyikan di dalam dirinya.

"Apa kamu mencoba untuk pergi jauh? Apa kamu memiliki masalah? Apa kamu mencintaiku lagi? Lalu untuk apa kita menikah jika rasa yang selama ini kita lakukan hanya sebuah sandiwara??" Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan oleh Sisi.

Richi hanya mengedip sejenak matanya, dia sendiri pun sangat berat menerima semua ini. Hanya cara ini dia melepaskan semuanya. Melepas untuk membuang rasa sakit di dalamnya.

"Jawab aku, Chi?! Untuk apa kita menikah kalau kamu tidak merasakan cinta ini lagi?! JAWAB?!" teriak Sisi tidak dapat kubendung lagi air mata yang sudah membanjiri wajahnya yang cantik itu

Richi tidak menjawab pertanyaannya. Dia lebih memilih untuk diam. Richi pergi dari hadapannya, Sisi mengejar namun tidak dapat dijangkau lagi. Baju pengantin yang dia kenakan terinjak olehnya sendiri hingga terpelanting jatuh di tanah.

Dion duduk di dalam mobil. Di sana Richi telah menyandarkan kepalanya di tempat duduknya. Suara raungan terdengar oleh Richi. Richi benar menjadi orang yang paling jahat untuk wanita yang dia cintai.

"Apa kamu yakin ini adalah keputusanmu? apa kamu tidak memberi dia kesempatan untuk mengetahui apa yang ada pada dirimu?" Dion merasa tidak tega harus melihat Sisi menangis kepergian Richi begitu saja.

"Biarkan saja, mungkin ini lebih baik. Demi masa depannya. Mungkin aku akan lebih memilih untuk tidak melihatnya," ucap Richi memandang luar jalan dari pantulan jendela hitam.

Air matanya jatuh di dasar wajahnya, dia juga merasa ini terlalu menyakitkan. Mungkin atau selamanya dia akan terbebas dari penyakit yang sudah mengambil kebahagiaannya.

Dion yang ada di pengemudi melihat wajah Richi ikut Bersimpati, dia sendiri tidak tega harus menyimpan rahasia ini kalau bukan permintaannya.

"Aku tahu kamu tidak akan sanggup menerima semua ini, Chi. Tapi yakin Tuhan masih sayang padamu. Lawan penyakitmu, Chi. Kamu pasti dipertemukan kembali orang yang kamu cintai." Doa dari Dion untuk Richi.