Chereads / Waiting For You (Sad Romance) / Chapter 16 - Kisah Kita

Chapter 16 - Kisah Kita

Sekian lama mereka berpisah, pada akhirnya mereka dipertemukan kembali yang sangat lama. Tanpa ada yang tahu kalau mereka orang yang sudah di pertemukan dari sahabat - sahabat mereka. Namun kegengsian mereka akhirnya perasaan pun di terungkap oleh mereka berdua.

Richi dan Sisi, kembali lagi selama setahun ke depan, mereka mendapatkan rasa yang tak terlupakan selama belasan tahun.

"Kamu masih ingat, dimana kamu saat tercebur ke pantai saat Kak Anita dan Om Kevin mencoba mengerjai diriku. Di sana adalah momen paling bahagia. Kamu terminum air garam lautan di situ pula kamu terempas oleh lautan." Sisi mulai menceritakan kenangan masa kecil mereka berdua.

Richi tentu mengingat kenangan itu, kenangan yang amat bahagia dan kini kenangan akan diberikan kebahagiaan kembali bersama. Pantai tanpa nama telah menanti mereka selama belasan tahun, banyak wisatawan telah berkunjung ke pantai ini.

"Tentu aku mengingat semuanya. Dengan tega kamu menertawakan aku dalam kondisi sangat memprihatinkan. Jika kamu diposisi aku, mungkin aku akan menertawakanmu kembali dengan ingusan keluar di sana," balas Richie mulai mengkhayal yang paling menjijikkan

"Iihh... jorok kamu?! Hari ini bulan Ramadhan puasa. Kamu masih saja mengingat hal yang menjijikkan. Siapa yang mengajarimu??" Sisi memukul bahu Richie dan mencoba bijak pada Richie.

"Dari orang yang tega tinggalan aku demi impiannya sendiri," jawab Richi lirik Sisi. Sisi sadar sendiri lalu menunduk tidak berani menatap wajah Richi.

"Tapi semuanya sudah berlalu. Aku dan kamu sudah kembali seperti sekarang. Aku berharap tidak ada lagi yang memisahkan kita. Kamu tahu betapa rindunya aku sama kamu saat di mana aku terus menunggumu," lanjut Richi kembali bersuara.

Sisi mengangkat kepala lalu meliriknya.

"Ya semoga saja, aku juga berharap sebaliknya," ucap Sisi pelan.

Matahari terbenam siap mengganti bulan purnama yang akan menghiasi pantai tanpa nama itu.

****

Malam hari menyinar hiasan bintang dan rembulan di pantai dasar lautan, angin sepoi-sepoi telah datang menghembus kulit mereka.

Sisi memakai baju panjang untuk menutup tubuhnya agar lebih hangat, sebaliknya Richi tidak merasa ada yang menyentuh kulitnya adapun dingin atau hangat semua sudah tak ada yang dirasakan nya.

"Kamu tidak merasa dingin?" Sisi lirik bertanya.

"Tidak, aku sudah terbiasa dengan udara pantai. Mungkin sebentar lagi aku akan menjadi angin pantai mengikuti mereka ke mana pun," jawab Richie.

"Lah, kenapa bisa begitu, tidak menjadi bintang lagi?" Sisi mulai bertanya - tanya padanya.

"Bintang kadang suka menghilang, dan saat bulan selalu menyinari samudra alam semesta. Jika bintang dan bulan selalu bersama makan angin dan lautan ombak menjadi saksi kita berdua," jawab Richi pelan namun menyentuh hati Sisi.

"Apa kamu akan pergi dari kehidupanku lagi?" Kali ini Sisi merasa bahwa Richi benar akan pergi dari kehidupannya.

Lama mereka bertatapan mata, manik Richi warna coklat sangat indah untuk Sisi, sedangkan Richi sangat menyukai manik warna hitam coklat dari Sisi.

"Mungkin hanya sementara. Apa kamu akan terus menunggu hingga aku kembali?" jawab Richi geming masih menatap mata hitam cokelat milik Sisi.

"Apa kamu marah karena dulu aku tega meninggalkanmu?" Sisi tetap bertanya pada Richi, segala pertanyaan di dalam dirinya harus dikeluarkan.

"Tidak, aku tidak pernah marah jika memang itu tujuanmu. Aku hanya ingin pergi sementara waktu. Mungkin dengan ini aku bisa memperbaiki semua yang kita lewati selama belasan tahun," jawab Richi menatap kembali bulan yang melingkar di tengah dasar lautan.

"Dan mungkin aku akan pergi selamanya dari kehidupanmu, Si. Penyakit yang aku dapatkan lebih sakit harus berada di sisimu," batin Richie dalam hati menatap bulan yang terus bersinar indah.

"Lalu jika kamu pergi sementara waktu dari kehidupanku, apa kamu yakin akan kembali seperti dulu lagi? Aku akan tetap menunggumu sampai kapan pun," ucap Sisi menatapnya geming.

Sisi merasakan kalau Richi benar tengah menyembunyikan sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan. Genggaman tangan yang dirasakan oleh Richie benar hangat. Dengan ini Sisi yakin apa pun terjadi. Dia tetap akan menunggu Richi kembali padanya.

Berapa tahun pun dia akan menunggu hingga Tuhan menjemputnya.

"Jika kamu menjadi angin pantai, aku akan menjadi lautan ombak yang siap mengayunkan air laut. Dimanapun kamu berada aku akan selalu menunggumu sampai kapan pun. Aku mencintaimu, Richi," ungkap Sisi menyandarkan kepalanya di bahu Richi yang masih tegak dan kokoh.

"Aku juga, mencintaimu."

Angin sepoi lautan pantai suara Gemeresik terdengar sangat indah di telinga mereka. Di bawah pondok yang mereka nantikan dulu. Terlukis keindahan wajah sangat rembulan purnama serta bintang - bintang kecil.