Musim hujan telah tiba, Richie dan Sisi tidak dapat dipertemukan lagi setelah beberapa hari kejadian pertemuan terakhir. Rasa hampa untuk Sisi tidak ada lagi rasa menanti kerinduan.
Sebentar lagi pertunangan mereka diselenggarakan, Richie sibuk dengan kegiatannya. Ia akan meneruskan perusahaan Om Evin, dan melupakan semua rasa yang dulu pernah ia nanti dan semua akan berakhir dengan sendirinya.
Di dalam perusahaan Kevin ada seseorang yang membantu dirinya untuk mengerjakan beberapa proyek di bidang ini. Selain itu, ada beberapa saham serta properti juga harus diurus. Richi terus giat belajar.
Tidak terasa sudah setahun lamanya, Richie pun akhirnya telah berhasil menjadi direktur perusahaan PT. Ayago group. Perusahaan yang didirikan oleh Richie, sebuah perusahaan yang sudah lama tidak di bangkitkan. Selama ini Kevin yang memegang saham perusahaan ini agar suatu kelak ada yang bersedia memegang untuk kelanjutannya.
Sekarang Richie sudah berhasil memecahkan rekor kemenangan perusahaan tersebut. Izan menjadi asisten pribadinya, tentu Richi bangga dan juga merasa bisa membangun kembali perusahaan itu.
Perusahaan PT. Ayago Group adalah perusahaan berbagai bidang, segalanya ada. Namun semua dijalankan satu persatu. Karyawan PT. Ayago group adalah sisa dari karyawan Om Kevin. Kevin memerintahkan yang lain bersedia pindah kerja di mana perusahaan yang sudah resmi di jalankan.
"Bang, nanti ada rapat jam dua sore nanti. Terus ada pertemuan dengan Ibu Maharani jam 3 sore di Starbuck." Izan memberitahukan perjanjian untuk hari ini kepada Richi.
"Hm... baiklah, siapkan beberapa dokumen yang akan di rapatkan." Richie memerintahkan kepada Izan menyiapkan semuanya. Tentu Izan menuruti semuanya.
Setelah selesai rapat, Izan segera menyiapkan mobil untuk Richi, kali ini Richi begitu tampan, tidak seperti dulu penampilan seadanya, penampilannya jangan gagah dan memesona untuk para kaum hawa ada di gedung ini.
Seorang lelaki pengusaha termuda di PT. Ayago group tentu tidak bisa di ungkiri kalau Richi sudah menuju usia 29 tahun. Setahun itu seperti angin lalu menghembus begitu saja.
Sampai di Starbuck tempat duduk santai, khusus untuk kopi, camilan dan beberapa kuliner tentunya. Izan tentu selalu ada di samping Richi. Karena sudah kewajibannya.
Izan juga tak kalah ganteng, setelah memakai jas berdasi, banyak yang terpukau dengan ketampanannya sudah turun dari ayahnya yaitu Kevin. Sayangnya Izan terlalu cuek, terlalu gengsi dan jual mahal.
Di sudut jendela seseorang tengah duduk santai menikmati secangkir kopi di tangannya. Siapa lagi kalau bukan Ibu Maharani, Richie menghampiri wanita itu Tentu kesopanannya, saat di sambut wanita itu menoleh Richi tidak menyangka kalau pertemuan mereka kembali ditemukan secara tidak langsung.
Mereka berdua membisu di meja tersebut. Izan tidak mengenali wanita yang cantik itu. Dia adalah Sisi Cahaya Maharani. Richie tidak tahu kalau yang di pertemukan itu adalah Sisi bukan Gea. Karena setahun Richi hubungan kerja sama adalah Gea. Richie sedikit tertarik dengan Gea karena penuh pengertian, bukan karena suka atau cinta. Meskipun rasa di dalam benak Richi sudah terkubur sedalam - dalamnya.
"Apa kabar." Sisi bersuara lebih baik, Richi mungkin sedikit dingin dan diam. Berbeda Sisi jumpa dirinya.
"Baik, kamu sendiri?" Richie menjawab datar tanpa ada yang bergelombang.
Izan sendiri bingung sendiri, ada apa dengan Richi kenapa pertemuan ini terlihat tegang banget.
"Selamat ya, atas keberhasilan perusahaan yang kamu dirikan," ucap Sisi pelan tapi jelas di telinga Richi.
"Terima kasih, Selamat juga atas pertunangannya," balas Richie mengucapkan selamat pertunangannya.
Sisi senyum ciut, sepertinya Richi belum mengetahui hubungan Arga dan Sisi berakhir di tempat pertunangan itu.
"Aku tidak jadi bertunangan dengannya, pertunangan dibatalkan," cicit Sisi getir
"Oh..." Richie hanya bisa mengeluarkan dua huruf yaitu "Oh"
"Kenapa di batalkan? Bukankah Arga sangat mencintaimu, atau ...." Richie menggantungkan percakapan air mata bening jatuh di pelupuk mata si sahabatnya.
"Kalau sudah tidak ada hal penting, aku permisi dulu. Masih ada pertemuan lain lagi, Ayo, Zan!" Richie bangkit dari duduknya kemudian meninggalkan tempat santai itu. Sisi diam menitik air matanya yang tidak berhenti - henti.
Izan sendiri kebingungan, antara menyusul atau menemani wanita ini, Izan mengeluarkan sapu tangan berikan pada Sisi. Sisi mendongak menatap Izan. Izan senyum lalu segera pergi dari tempat itu.
Di sana Richie mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusan. Di masukan ke mulutnya di nyalakan api ke ujung rokok itu. Di isap-isap kemudian mengepulkan asap rokok dari mulut dan hidungnya.
Izan mengipas - mengipas tangannya asap rokoknya menyebar di mana - mana.
"Abang kenal wanita itu?" tanya Izan heran
Richie diam kemudian membuang puntung rokok yang masih tersisa setengah di jemeki hingga hancur. Richie buka pintu mobil lalu masuk, Izan sendiri bingung dengan sikap Richie berubah - ubah. Izan pun masuk lalu keluar dari area parkiran Starbuck.