~POV Vani~
Bu Astuti, guru IPA kesayanganku masuk rumah sakit malam kemarin, maag beliau kambuh. Jadi, siang ini kami dipulangkan lebih cepat. Ya Allah... sembuhkanlah beliau.
Aku duduk di pinggiran beton taman sekolah, dekat parkiran, menunggu Mama membalas pesanku.
Satu per satu teman-temanku berlalu, beberapa di antara mereka menyapa dan menanyakanku yang masih berada di sana, aku hanya tersenyum dan mengatakan apa adanya.
Lima menit berlalu...
Maaf Nak, Mama harus ke bandara sekarang, kamu pulang naik taksi saja ya Nak.
Balasan yang ditunggu akhirnya datang, tapi mengecewakan.
Taksi? Ah lebih baik naik go car saja, aku punya aplikasinya.
Baru saja membuka aplikasi itu, tiba-tiba...
"gak pulang Van?" suara seorang anak laki-laki terdengar dekat denganku, aku mendongak, oh si bibir dower.
"belum," jawabku jutek. Kenapa pakai nanya sih? Jelas-jelas aku masih di sini, tentu saja itu artinya belum pulang, ish... dasar bego!
"kenapa?" tanyanya sok polos.
Ini si bibir dower pake nanya-nanya kenapa segala, sok peduli! maunya apa sih? Kan ujian mid sudah lama selesai, oh... ujian semester kali ya? Dasar!
"Mama gak jadi jemput," jawabku ala kadarnya tanpa menoleh.
"biar gue anterin pulang," katanya sambil nyengir.
Aku mengerutkan kening melihat ekspresinya itu.
"gak usah," tolakku dengan nada malas.
"trus mau di sini, liat tuh udah sepi," balasnya sambil menunjuk sekeliling yang sudah tak ada orang.
Aku tak mengacuhkannya dan kembali melihat ponsel, melanjutkan proses pesanan go car ku, tapi.... ponselku tiba-tiba meredup, oh tidak! Lowbatt! Persentase baterainya mulai drop perlahan, aduh... aku lupa ngecharge nya tadi pagi nih.
"boncengan?" tanyaku sambil melirik motor matic Vario si bibir dower itu.
"iya, ini ada helm satu lagi." Ia segera turun dan membuka jok motor.
Ah, baiklah... dari pada aku di sini dan tak pulang-pulang.
***
"kapan kita belajar bareng lagi Van?" tanyanya sambil mengendarai motor.
"bawa motor itu jangan sambil ngobrol, bahaya tau!" jawabku mengelak. Aku masih kesal dengannya karena waktu itu, pokoknya hatiku masih kesal, titik!
Akhirnya aku sampai di depan rumah, setelah mengucapkan terima kasih basa-basi aku pun melenggang masuk tanpa menoleh pada si bibir dower.
Eh, mobil siapa ini? ada tamu ya?
"Assalamu'alaikum," ucapku setelah membuka pintu.
"wa'alaikum salam," jawab seorang perempuan cantik yang sedang duduk, ia tersenyum padaku.
Siapa perempuan ini? tamu siapa ini?
"Kakak siapa?" aku melangkah mendekatinya.
"aku Arumi, temen kerjanya Bang Ryan," katanya sambil mengulurkan tangan.
"oh... barengan ama Bang Abid juga ya?" tanyaku sambil menjabat tangannya.
"aku Vani, adeknya Bang Ryan," kataku.
Oh jadi dia tamunya Bang Ryan, tapi sejak kapan mereka saling kenal? Kenapa aku tak pernah tahu? kenapa Bang Ryan tak pernah cerita?
"aku tinggal ya Kak," aku meninggalkannya dan segera menuju kamar Bang Ryan.
Kamar kosong, eh? Kemana Bang Ryan?
Tak lama kemudian terdengar suara aliran air dari kamar mandi, oh... Bang Ryan ada di sana rupanya, aku tunggu saja di sini.
Aku segera duduk di sofa panjang yang biasanya digunakan Bang Ryan untuk santai sambil membaca buku.
Beberapa menit berlalu...
Pintu kamar mandi terbuka.
"kamu udah pulang Vani?" tanya Bang Ryan agak terkejut.
Aku menjelaskan alasanku pulang cepat hari ini.
"siapa cewek di depan Bang?" tanyaku to the point.
"oh... temen kerja," jawab Bang Ryan sambil tersenyum tipis.
Hmmm mencurigakan!
"siapa namanya?" tanyaku penuh selidik.
"Arumi," jawab Bang Ryan tanpa menoleh padaku, dia sibuk mencari baju di lemari.
"emang Vani gak kenalan di depan tadi?" tanya Bang Ryan kemudian.
"udah," jawabku singkat.
"trus, gak nanya namanya sekalian?" Bang Ryan mendorong kursi rodanya setelah mendapatkan sebuah baju kaos.
"udah." Aku masih menatap Bang Ryan yang belum juga melihat ke arahku.
"trus kenapa kamu nanya lagi Van?" akhirnya Bang Ryan menoleh padaku.
"gak, cuma nanya aja." Aku tersenyum miring dan kemudian bangkit, pergi dari kamar itu menuju kamarku di lantai atas.
***
Kak Arumi memang cuma rekan kerja Bang Ryan saja? Atau mereka punya hubungan yang lebih? Jangan-jangan dia itu pacar barunya Bang Ryan? Kayak apa sih orangnya? awas saja kalau kayak cewek yang tak tahu diri dulu itu!!!
Argh....!!!! kenapa aku malah mikirin hal tak penting seperti ini sih?
Eh PR aku apa saja tadi? matematika dan Bahasa Indonesia, hmmm mending buat PR dulu!
***
"eh Adek Bang Dodi lagi belajar rupanya," sapa Bang Dodi yang baru saja membuka pintu kamarku.
Aku menoleh pada Abang sulungku itu, terlihat tangannya menjinjing sesuatu, sebuah kantong plastik hitam.
"apa tu Bang?" tanyaku seketika.
"oleh-oleh dari Kak Resti," jawabnya sambil nyengir.
"beneran Bang, pasti bunga Hyachinth kan?" tebakku. Kak Resti berjanji akan membelikan bunga ini, ketika dia pulang berkunjung dari luar kota.
"betul!!!" teriak Bang Dodi penuh semangat.
"yeeeeey!!! Baik banget calon kakak ipar aku ini." aku segera beranjak dari meja belajar dan mendekati Bang Dodi.
"Kak Resti tadi siang buru-buru datang ke kantor ngasih ini, trus balik lagi kerja, tadi dia juga titip salam buat Adek kesayangan Bang Dodi ini." Bang Dodi tersenyum padaku.
"makasih Bang Dodiku, bilang juga makasih sama Kak Restiku yang cantik itu ya Bang..." aku mengedipkan mata pada Bang Dodi.
Puas melihat bunga warna-warni itu, akupun teringat sesuatu.
"Bang Dodi, nanti gak ada keman-mana kan?" tanyaku sambil nyengir.
"gak, di rumah aja, kenapa Dek?" tanya Bang Dodi heran.
"kita ke rumahnya Bang Abid yuk," ajakku sambil mengedip-ngedipkan mata.
"ngapain?" Bang Dodi tak mengerti.
"ngintipin Bang Ryan," jawabku jujur.
Bang Dodi mengerutkan keningnya.
Aku menceritakan tentang perempuan yang bernama Arumi tadi kepada Bang Dodi.
Di luar dugaan, Bang Dodi secara mengejutkan mengatakan kata-kata ini.
"ayo kita pergi sekarang!" ujarnya dengan tatapan membara.
Hehehe Bang Dodi sepertinya juga penasaran dengan Kak Arumi itu.
***
Mobil berhenti pinggir jalan, tak jauh dari mobil Bang Ryan dan mobil orange yang tadi siang mampir ke rumah.
"eh, kita kasih tau Zul dan Abid dulu, biar mereka gak kaget kalo kita ketauan ngintip ntar." Bang Dodi segera mengeluarkan ponsel.
Aku mengangguk.
Selesai memastikan semua berjalan aman, kami pun segera turun, menuju bagian samping rumah Bang Abid, mengintip di jendela yang langsung mengarah pada ruang kerja.
Bang Abid yang duduk di dekat jendela menyadari kehadiran kami, dia memberi isyarat dengan jarinya, menunjuk-nunjuk sebelah kanannya. Aku melihat Bang Ryan sedang duduk berdekatan dengan Kak Arumi, oh hmmm ternyata mereka memang rekan kerja.
Aku dan Bang Dodi kembali ke bagian depan rumah, kami langsung menuju mobil.
"lalu apa sekarang?" tanya Bang Dodi padaku.
"hmm apa ya? Kalo kita nanya sama Bang Abid gimana Bang? Vani masih kepo nih," ujarku.
"Bang juga penasaran, bentar Bang chat dulu dia." Bang Dodi mengetik sesuatu di ponsel.
Tak lama berselang...
"ng... ada apa Bang Dodi?" tanya Bang Abid setelah masuk ke mobil, sesuai yang diperintahkan Bang Dodi di dalam pesan terakhir.
"Bid, tadi Ryan gak curiga kan?" tanya Bang Dodi memastikan.
"ng... gak Bang, mereka sibuk berdua tadi," jawab Bang Abid.
"sekarang coba cerita semuanya Bid, mereka itu punya hubungan apa?" tanya Bang Dodi tak sabaran.
"ng..." Bang Abid tampak ragu menjawabnya.
"Bang Abiiiiddd.... kasih tau dong! masa Abang tega liat kami kepo gini," bujukku dengan suara yang diimut-imutkan.
"ng... oke deh." Bang Abid akhirnya mengangguk.
***