Chereads / Echoes Of The Past / Chapter 2 - Echoes Of the Past|GAoW2| [1]

Chapter 2 - Echoes Of the Past|GAoW2| [1]

Hello semuanya.

Happy reading!.

______________

New York City.

"Bro, Kau kenapa kelihatan muram sih?." Tanya Aaron bingung.

"Aku sedang kesal." Jawab Aiden dengan muka yang sedang terlihat tidak bersahabat.

"Kau ada masalah dengan Lova?." Tanya Axton lalu menyesap minuman nya.

"Palingan dia kesal karena tidak dikasih jatah sama Lova." Ucap Ansel sambil tertawa terbahak-bahak.

"Kok kamu.. kalau ngomong suka bener." Timpal Aaron yang ikut tertawa.

"It's not a joke bastard!." Ucap Axton dingin.

"Kenapa kau yang sensi? Kan Sarah sudah mau nerima kau lagi dan kalian akan menikah." Ucap Ansel bingung.

"Dasar bodoh!. Dia nanti akan bernasib sama dengan Aiden saat menikah karena itu dia sekarang menjadi sensi kalau kita membicarakan hal yang berhubungan dengan itu." Ucap Aaron sambil menarik kuping Ansel.

"Siapa yang kau bilang bodoh?!." Ucap Ansel kesal sambil memukul tangan Aaron yang menjewer kupingnya.

"Kau." Jawab Aaron santai.

"Oh.. Begitu. Kalau aku bodoh berarti aku tidak bisa membantumu mendesain rumah impianmu itu." Ucap Ansel kesal.

"Eh jangan dong! Kau harus membantu ku bro!." Ucap Aaron panik.

"Bukankah kau sudah punya mansion besar?." Tanya Axton bingung.

"Dia ingin membuat rumah impian Thea. Katanya biar Thea mau menikah dengan nya jadi pria brengsek ini mencoba menyuap wanita itu dengan rumah impian nya." Ucap Ansel panjang lebar.

"Aku tidak pernah menyuapnya ya!." Protes Aaron pada Ansel.

"Ya ya terserah kau." Ucap Ansel tidak peduli.

Mereka kini sedang berada di Club The Richest milik Ansel. Seperti biasa setiap hari minggu mereka akan berkumpul bersama walau hanya sekedar mengobrol atau sekedar menyapa. Malam ini mereka hanya menghabiskan malam mereka dengan obrolan. Tanpa alkohol, rokok ataupun wanita. Benar-benar murni hanya ada mereka berempat dengan semua masalah mereka.

"Jadi anak yang kau lihat bersama Sarah itu anak siapa?." Tanya Aaron pada Axton yang terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Aku lupa memberitahu kalian tentang ini. Jadi anak yang bersama Sarah itu adalah anak kandung ku." Ucap Axton setelah menghentikan kegiatan nya.

"WTF!." Teriak Ansel dengan sangat terkejut.

"Seriously man?!." Ucap Aaron tidak kalah terkejut.

"Bagaimana bisa?!." Tanya Aiden yang juga terkejut.

"Aku juga terkejut sama seperti kalian." Ucap Axton sambil tertawa ringan.

"How can? I mean you and her are not in a relationship before." Tanya Aiden bingung dan heran.

"Kami sempat berpacaran dulu." Jawab Axton sambil terkekeh.

"Wah!. Aku tidak percaya kalau pria yang dingin seperti balok es ini malah punya anak duluan." Ucap Ansel kagum.

"Yang menikah duluan Aiden tapi yang duluan punya anak Axton." Ucap Aaron sambil tertawa.

"Yang banyak punya pacar Aaron tapi wanita yang mengaku hamil karena perbuatan bejat yang sering dilakukan Aaron malah Axton." Ucap Ansel sambil tertawa.

"Apa maksudmu perbuatan bejat?!." Ucap Aaron geram sambil menarik kuping Ansel sekali lagi.

"Lepas! Kau ini suka sekali menjewer kuping orang!." Teriak Ansel marah.

"Jadi kapan kau tau kalau anak itu anakmu?." Tanya Aiden pada Axton serius.

"Saat itu aku memberanikan diri menemuinya dan kebetulan anak itu baru pulang sekolah. Saat aku melihat anak itu, aku merasa kalau aku sedang melihat diriku saat aku kecil." Ucap Axton dengan wajah berseri.

"Kau sudah tes DNA, bro?." Tanya Aaron dengan serius.

"Apa aku perlu tes DNA kalau satu-satunya pria yang ada dihati dan hidupnya cuman aku?." Tanya Axton percaya diri.

"Bisa saja kan dia pernah jatuh cinta sama pria lain saat jauh darimu. Siapa yang tau kan?." Ucap Aaron lagi.

"Aku percaya padanya. Aku sangat tau seberapa besar rasa cintanya untukku." Ucap Axton sambil tersenyum tipis.

"Kau itu belum pernah jatuh cinta mangkanya tidak mengerti perasaan kami." Ucap Aiden pada Aaron.

"Apalagi kau bocah." Ucap Aiden pada Ansel.

"Siapa bilang aku belum pernah jatuh cinta. Aku itu cinta mati pada Thea!." Ucap Aaron dengan bangga.

"Aku juga bukan bocah. Aku pria sejati!." Ucap Ansel dengan bangga.

"Kalian belum tau apa itu cinta yang sebenarnya. Tunggu nanti saat kalian merasa tidak berdaya karena perasaan cinta." Ucap Axton sambil tertawa.

Semua orang menatap Axton yang tertawa dengan tatapan terkejut. Mereka tidak pernah melihat Axton yang sebahagia ini. Biasanya pria ini selalu memasang wajah datar dan bersikap dingin. Apalagi kalau sudah menyangkut masalah tentang wanita yang dia cintai. Pasti sensitive luar biasa seperti ibu hamil.

"Oh iya bro. Kau kenapa sama Lova?." Tanya Axton pada Aiden.

"Iya kau kenapa sih dengan istriku?." Tanya Ansel sambil menatap Aiden dengan serius.

"Sejak kapan Lova itu istrimu?." Ucap Aiden sambil menjewer kuping Ansel.

"Ampun bro!." Teriak Ansel kesakitan dan Aiden langsung melepaskan jewerannya.

Sedangkan Aaron hanya terdiam. Dia kembali teringat kejadian dimana Aiden dihajar habis-habisan dengan ayahnya. Dia sebenarnya tidak ingin ikut campur pada masalah sahabatnya itu. Tapi kalau melihat betapa kelewatan nya pria ini terhadap Lova. Aaron akan dengan senang hati membela wanita itu bagaimanapun caranya. Namun itu semua kembali pada Aiden. Bagaimana cara pria itu akan menyelesaikan masalahnya dengan istrinya.

"Aku masih penasaran bagaimana caranya kau bisa jatuh cinta pada Sarah, bro?." Tanya Aaron pada Axton.

"Aku juga sangat penasaran sekali." Ucap Ansel dengan bersemangat.

"Kalau kalian berharap aku akan menceritakan hal itu, maaf. Aku juga tidak tahu kisah mereka berdua." Ucap Aiden saat Aaron dan Ansel menatap dirinya dengan tatapan memohon.

"Ayolah, bro." Ucap Ansel sambil menatap Axton dengan tatapan memohon.

"Kau tidak pernah mau terbuka dengan kisah cinta kalian berdua." Ucap Aaron sambil merengek.

"Sepertinya dia tidak akan pernah mau menceritakan apa yang terjadi diantara mereka berdua." Ucap Aiden sambil terkekeh.

"Aku bisa membayangkan betapa nakalnya perbuatan Axton pada Sarah hingga mereka akhirnya punya anak duluan." Ucap Ansel dengan tatapan menggoda.

"Ternyata Axton lebih jago dibandingkan kita semua." Ucap Aaron sambil tertawa.

"Padahal kalau dipikir-pikir dia itu yang paling tertutup dan dingin pada wanita." Ucap Ansel lagi sambil terkekeh.

"Tapi ternyata-." Ucap Aaron sambil terkikik geli.

"Berhenti menggosipkan aku." Ucap Axton sambil menjitak kepala Aaron dan Ansel secara bergantian.

"AW!." Teriak Ansel kesakitan sambil mengusap kepalanya.

"Berhenti memukulku bastard!." Teriak Aaron sambil merintih kesakitan.

"Kalian mulai bersikap berlebihan lagi." Ucap Aiden sambil menggelengkan kepalanya dengan prihatin.

"Ini sungguh sakit, bro. Kau harus merasakannya juga." Ucap Aaron dengan wajah datarnya.

"Tidak mau." Ucap Aiden sambil menggelengkan kepalanya.

"Dasar tidak setia kawan." Ucap Aaron sambil menggerutu.

"Lagian kenapa juga kalian mengganggu Axton terus. Kalian kan sudah tahu akan berakhir seperti apa jika mengganggu Axton." Ucap Aiden sambil terkekeh.

"Habisnya dia ini selalu sok misterius dengan kisah asmaranya." Ucap Ansel sambil menunjuk Axton.

"Dia selalu membuat kami merasa penasaran dengan kisah mereka. Bukankah itu normal kalau kami penasaran?. Maksudku pria dingin dan kaku seperti Axton bisa jatuh cinta pada wanita gila seperti Sarah itu sangat luar biasa." Ucap Aaron dengan serius.

"Aku setuju dengan Aaron." Ucap Ansel sambil menganggukkan kepalanya.

Axton hanya terdiam sambil mencoba untuk memutar kembali ingatannya ke masa dimana mereka untuk pertama kalinya bertemu. Kalau tidak salah saat itu di pagi hari yang cerah. Untuk pertama kalinya tatapan mereka bertemu untuk sesaat dan disaat itu juga ada getaran aneh yang membuat Axton merasa risih dan terganggu.

Axton rasa kisah cinta mereka dimulai saat itu.

______________

To be continuous