Hello semuanya.
Happy reading!.
_______________
New York City.
"Apa?!." Tanya Aaron terkejut.
"Kalian bertemu seperti itu?!." Tanya Aaron lagi dengan nada yang tetap sama.
"Pertemuan aneh macam apa itu?!." Protes Aaron dengan kesal.
Axton hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan tanpa berminat ingin memberikan penjelasan lebih rinci tentang cerita lama itu. Sebenarnya dia tidak ingin orang lain sampai tahu hal-hal pribadi miliknya termasuk para sahabatnya. Bahkan keluarganya saja sama sekali tidak tahu cerita ini. Menurutnya hal-hal pribadi seperti ini tidak boleh menjadi konsumsi publik. Cukup dirinya, Sarah dan Tuhan saja yang tahu.
Tapi Aaron dan Ansel terus saja memaksa dirinya untuk menceritakan bagaimana awal pertemuan dirinya dengan Sarah. Akhirnya setelah membujuk pria kaku itu selama dua jam lebih lamanya. Dengan wajah yang kesal dan terpaksa Axton akhirnya mau mengingat kembali kenangan lama itu dan menceritakannya pada mereka. Daripada mereka terus menanyakan hal yang sama terus menerus selama berjam-jam alangkah lebih baik jika mereka cepat diam dan mengganti topik pembicaraan mereka.
Aiden yang menjadi saksi hidup beberapa kejadian saat itu hanya bisa diam dan menyaksikan kehebohan yang terjadi di depannya. Dia sama sekali tidak punya waktu untuk mendengarkan kisah cinta orang lain ataupun berminat untuk terhanyut dalam kisah cinta aneh milik Axton. Masalah hidupnya saja sudah banyak ditambah lagi sekarang masalah baru yang bernama Lova baru saja datang ke dalam hidupnya. Coba bayangkan betapa pusingnya dia menghadapi semua itu.
"Kalian benar-benar bertemu seperti itu?." Tanya Aaron sekali lagi dengan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidakpercayaan yang sangat jelas.
"Iya." Jawab Axton dengan wajah polosnya.
"Wah.. Aku benar-benar tidak percaya ini." Ucap Aaron sambil membuka mulutnya tidak percaya.
"Mereka memang bertemu seperti itu." Ucap Aiden sambil menekan keningnya yang agak terasa pening.
"Itu sama sekali bukan pertemuan yang baik dan berkesan, bro!. Itu adalah pertemuan terburuk sepanjang sejarah percintaan yang ada didunia ini!." Ucap Aaron dengan heran.
"Kau sangat jahat sekali, bro!." Ucap Ansel sambil menatap Aaron dengan tatapan tidak percaya.
"Aku mengatakan fakta yang sebenarnya, Sel." Ucap Aaron dengan serius.
"Maksudku siapa sih pria yang dapat berbuat seperti itu?." Tanya Aaron pada Ansel.
"Axton." Jawab Ansel tanpa ragu-ragu.
"Aku?." Tanya Axton sambil mengerutkan dahinya dengan serius.
"Iya kau!. Siapa lagi pria yang memperlakukan wanita seperti itu didalam ruangan ini?!." Jawab Ansel dengan gemas.
"Dia juga seperti itu." Ucap Axton sambil menunjuk Aiden dengan wajah polosnya.
Aiden hanya mengangkat kedua bahunya dengan acuh lalu kembali memainkan ponsel genggamnya dengan serius tanpa berminat membalas omongan mereka sedangkan Aaron hanya bisa menepuk dahinya beberapa kali karena tidak percaya dengan pertemanan dua orang aneh yang anehnya dapat berteman dengan baik sampai sekarang. Maksudnya bagaimana bisa mereka berdua berteman?. Aneh sekali kan?. Iya mereka memang aneh sekali untuk dipahami bahkan hingga detik ini pun dia masih tidak paham dengan jalan pikiran dua orang sahabatnya itu.
"Wah... Tidak heran kalau kalian bisa berteman sampai sekarang. Kalian memang sangat luar biasa." Ucap Ansel kagum sambil mengacungkan jempol tangannya kedepan.
Axton hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan sedangkan Aiden kini sedang keluar dari dalam ruangan karena sebuah panggilan telepon yang tiba-tiba masuk ke dalam ponsel genggam miliknya. Aaron hanya bisa membuka mulutnya dengan tidak percaya. Dia benar-benar sudah kehabisan kata-kata sekarang.
Ini memang salahnya kenapa dia bisa penasaran dengan kisah cinta orang lain sedangkan kisah cinta miliknya saja tidak pernah berjalan dengan baik dan mulus. Bisa dibilang mereka semua termasuk Dean dan Rain tidak pernah memiliki kisah cinta yang bagus. Mereka semua hanyalah pria-pria yang sangat menyedihkan jika sudah menyangkut tentang hubungan percintaan.
Axton ditinggal pergi, Aiden masih mencari cintanya yang hilang, Rain yang tidak bisa move on, Dean yang diberi harapan palsu terus, Aaron yang cintanya bertepuk sebelah tangan dan Ansel tidak percaya dengan yang namanya cinta. Coba katakan siapa yang lebih menyedihkan diantara mereka semua.
"Aku sangat terkejut sekali bagaimana caramu memperlakukan seorang gadis cantik dulu." Ucap Aaron yang masih terkejut dengan cerita yang barusan dia dengar.
"Maksudku siapa sih yang akan menolak gadis cantik?. Apalagi kau itu sangat populer di sekolah, bro!. Kau tinggal menunjuk salah satu dari mereka untuk menjadi pacarmu tapi kau malah mengusir mereka semua seperti mengusir ayam!. Kau sangat aneh!." Ucap Aaron lagi dengan gemas.
"Aku setuju denganmu, bro." Ucap Ansel sambil menganggukkan kepalanya dengan setuju.
"Bagiku itu normal." Jawab Axton dengan wajah datarnya.
Ansel dan Aaron kompak menghembuskan napasnya dengan lelah. Mereka baru sadar kalau Axton adalah pria yang sangat aneh dan kaku. Untuk sesaat mereka malah melupakan fakta besar itu. Aiden yang sudah kembali masuk sejak tadi tak bisa menahan tawanya saat dia bisa melihat Aaron dan Ansel yang kompak terdiam di tempatnya sekarang dengan wajah yang frustasi.
"Kalian sendiri yang memaksa ingin mendengar cerita ini." Ucap Aiden sambil tertawa.
"Tapi aku sama sekali tidak mengharapkan cerita semacam ini, bro." Ucap Ansel kecewa.
"Aku pikir ceritanya bakal mirip seperti kisah cinta anak sekolah didalam novel tapi nyatanya malah jauh sekali." Ucap Aaron dengan kesal.
"Apa yang kalian harapkan dari Axton?. Kisah cinta manis yang menggelitik perut?. Atau cerita cinta bad boy yang tertarik dengan gadis manis?. Jangan terlalu banyak berharap padanya." Tanya Aiden sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kau benar, bro. Sekarang aku sudah sadar sepenuhnya." Jawab Aaron dan Ansel sambil menghembuskan napas mereka dengan lelah.
"Kenapa kalian malah kecewa dengan kisah cintaku?. Kalian aneh sekali." Ucap Axton sambil mengerutkan dahinya dengan serius.
"Ya Tuhan.." Ucap Aaron yang tiba-tiba ingin melempar Axton ke sungai Amazon ataupun menendang pria itu ke dalam inti bumi.
"Kami tidak kecewa pada kisah cinta kalian. Sebenarnya kami juga tidak peduli tentang kisah kalian. Hanya saja cara kalian bertemu itu cukup membuat kami hmm.. Ya itulah intinya." Ucap Ansel dengan gemas.
"Kalian jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu. Kalian belum mendengar kelanjutan kisah mereka kan?. Kalau kalian tahu kelanjutannya kalian mungkin tidak akan percaya betapa romantisnya Axton." Ucap Aiden sambil terkikik geli.
"Axton?. Romantis?. Pfft.." Ucap Ansel sambil tertawa terbahak-bahak.
"Itu terdengar mustahil." Ucap Aaron yang ikut tertawa namun dengan cepat menahan tawanya setelah melihat ekspresi Axton.
"Ini sangat lucu sekali." Ucap Ansel yang masih tertawa terbahak-bahak.
Axton menatap Ansel dengan tatapan tajam miliknya. Ansel yang menyadari kemarahan Axton langsung terdiam dan duduk dengan manis sambil tersenyum dengan manis. Tidak bisa dibayangkan kalau Axton marah. Kalian tahu kan betapa menyeramkannya orang yang jarang marah saat mereka marah?. Mereka semua pernah menyaksikan kemarahan Axton saat Sarah pergi jadi mereka sebisa mungkin untuk tidak membangkitkan amarah Axton lagi.
"Baiklah mari kita dengarkan cerita selanjutnya." Ucap Aaron yang tiba-tiba memecahkan keheningan diantara mereka.
Axton menghembuskan napasnya dengan pelan lalu mengingat kembali semua kenangan lama itu dengan jelas. Senyuman tipis tercetak jelas di wajah tampannya. Aaron maupun Ansel melebarkan kedua mata mereka karena terkejut. Sarah benar-benar sudah mengambil alih semua yang ada pada Axton. Wanita itu benar-benar luar biasa.
_______________
To be continuous.