Hello semuanya.
Happy reading!
________________
8 tahun yang lalu.
Kelas pertama dimulai dan berjalan seperti biasanya lalu selesai seperti biasanya juga namun hal itu tidak berlaku untuk Sarah yang dari tadi merasa sangat tidak nyaman. Dia tidak bisa banyak bergerak ataupun menolehkan kepalanya ke belakang karena manusia yang paling menyeramkan yang ada di kelas ini terus menatap punggung miliknya dengan tatapan yang sangat tajam dari tadi. Mungkin lama-lama akan ada dua lubang di punggungnya karena tatapan itu.
Sarah memainkan jari-jari tangannya dengan tidak tenang. Dia terus menyalahkan penglihatan tajam milik musuh terbesar dalam hidupnya. Kenapa juga manusia es itu harus menangkap kelakuannya yang bisa dikatakan jahil tadi pagi. Coba saja laki-laki berwajah datar itu tidak melihatnya, pasti nasibnya tidak akan menjadi seperti ini sekarang.
Sarah menghentak-hentakkan kedua kakinya dengan kesal karena dia benci harus satu sekolah dan satu kelas dengan dua manusia paling aneh dan paling gila yang ada di dunia ini. Sarah menjambak rambutnya dengan kesal sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya dengan penuh emosi. Siswa lain yang berada di dekat Sarah hanya bisa menatap Sarah dengan tatapan aneh dan menggelengkan kepala mereka dengan prihatin.
Sedangkan Axton yang dari tadi memperhatikan Sarah menarik sudut bibirnya sedikit namun sedetik kemudian dia kembali memasang wajah datar andalan nya. Baru kali ini dia melihat perempuan aneh yang tidak punya malu seperti Sarah sampai-sampai dia merasa ingin menjahili Sarah agar dia bisa melihat wajah kesal Sarah lagi.
Tanpa sadar kaki kanan milik Axton menendang kursi Sarah hingga perempuan itu hampir melompat dari kursinya karena terkejut. Axton yang juga terkejut dengan apa yang dia lakukan langsung memasang wajah polos dan berpura-pura kalau dia tidak terlibat dengan kejadian barusan. Axton mengerutkan dahinya sedikit sambil berpikir.
Dia benar-benar tidak menyangka kalau dia bisa melakukan hal-hal bodoh seperti tadi. Seumur hidupnya dia tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak berguna apalagi sampai merugikan orang lain tapi tadi dia baru saja melakukan semua hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya sekarang?.
"MOMMY!." Teriak Sarah ketakutan.
Sontak anak-anak yang berada di dalam kelas itu langsung menatap Sarah dengan tatapan heran lalu tertawa mengejek setelah mengetahui kalau tidak ada yang membuat perempuan itu terkejut termasuk Aiden kecuali Axton. Kita semua sudah sangat tahu sedatar apa wajah Axton. Mau itu ada kejadian yang lucu, mengejutkan, menyedihkan, menegangkan ataupun menyeramkan sekalipun. Ekspresi wajahnya akan tetap sama yaitu datar.
"Ada-ada saja dia."
"Aku tahu kalau dia akan membuat onar di sekolah ini."
"Dari awal aku memang sudah tahu kalau dia itu pembuat onar."
"Pencari perhatian."
"Cantik sih tapi hahaha."
"Cantik? Apa tidak salah?."
"Dia sengaja melakukan itu untuk menggoda Axton dan Aiden."
"Ck! Dasar perempuan murahan."
Bisikan-bisikan berisi ejekan itu terdengar sampai ke telinga Sarah dan Axton. Keduanya menunjukkan reaksi yang sangat berbeda sekali. Sarah yang tetap bersikap cuek dan tidak peduli sedangkan Axton mulai merasa bersalah dan khawatir dibalik wajah datarnya yang dingin sedangkan Aiden hanya bersikap cuek seperti biasanya.
Sarah menolehkan wajahnya ke belakang lalu menatap Axton dengan tatapan marah. Rasanya seperti dia ingin berteriak lalu menerjang kemudian menghajar Axton dengan membabi-buta namun sayangnya dia sedang tidak ingin menambah masalah baru saat ini karena guru pengganti untuk jam kedua sudah masuk ke dalam kelas.
Biasanya mereka memang pindah kelas untuk pelajaran lainnya namun kali ini hanya berganti guru saja karena mata pelajaran yang mereka pelajari masih sama. Berhubung guru asli dari pelajaran ini harus pergi karena ada urusan pribadi jadi guru pengganti akan melanjutkan sisa jam pelajaran yang akan berlangsung sebentar lagi.
"Awas saja kau." Ucap Sarah tanpa bersuara sambil mengisyaratkan kalau dia akan membunuh Axton nanti.
Axton hanya mengangkat alis kanannya yang tebal ke atas tanpa peduli sedangkan Aiden yang duduk di sebelah Axton hanya bisa terkekeh geli dengan kejadian lucu yang sedang terjadi di depan kedua matanya. Sarah kembali duduk di kursinya dengan kesal karena dia harus memendam semua kemarahan dan kekesalan yang dia rasakan sekarang dalam-dalam.
Anggap saja kali ini laki-laki batu es itu beruntung karena Sarah tidak ingin kedua orang tuanya mendapatkan laporan dari sekolah kalau anak perempuan satu-satunya yang sangat mereka cintai bertengkar dengan seorang laki-laki dan menyebabkan laki-laki itu masuk rumah sakit karena luka lebam dan cakaran. Huft, jangan sampai hal itu terjadi.
"Hahaha." Aiden tidak dapat lagi menahan tawanya sedangkan Axton masih bersikap cool seperti biasanya.
Sarah mencebikkan bibirnya dengan kesal. Tidak apa-apa. Untuk saat ini dia akan membiarkan dua makhluk buruk rupa itu tertawa dengan puas karena untuk kedepannya tidak akan ada lagi kesabaran ataupun kata maaf untuk mereka. Lihat saja nanti, dia akan membuat Axton dan Aiden merasa tidak betah di sekolah ini.
Tunggu dan nantikan lah aksi dariku, bitches. Sarah tertawa jahat dalam hati dengan semua rencana busuk yang sudah terlintas di dalam otaknya. Hahh, nampaknya perang ini akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama atau mungkin selamanya? Oh God, ini tidak baik.
Guru pengganti itu memperkenalkan dirinya lalu mulai mengajarkan beberapa materi baru yang akan masuk pada soal ujian minggu depan. Axton, Sarah, Aiden dan semua murid lain memperhatikan penjelasan dari guru tersebut dengan seksama. Mereka juga berdiskusi dan mengerjakan beberapa soal secara berkelompok. Pelajaran itu berlangsung dengan sangat tenang dan serius.
Bahkan Sarah sudah melupakan seluruh kemarahan dan kekesalannya tadi dan malah menjadi sangat akrab dengan Axton karena mereka kebetulan berada dalam satu kelompok kerja yang sama. Sarah mengerjakan soal-soal yang diberikan gurunya dengan sangat serius begitu juga dengan Axton yang hanya membutuhkan waktu lima menit untuk menjawab semua pertanyaan sulit itu.
"Kau sudah selesai?!." Tanya Sarah terkejut.
Axton hanya menganggukkan kepalanya dengan samar tanpa berbicara apapun ataupun menjawab pertanyaan Lova dengan satu kalimat pendek apapun. Nampaknya bocah es ini benar-benar sangat hemat kalau berbicara. Padahal dari ujung rambut sampai ujung kaki dia sama sekali tidak berhemat. Semua orang bisa melihat dengan jelas betapa mahalnya barang-barang yang laki-laki itu gunakan.
Tapi kalau urusan berbicara, bocah es itu benar-benar sangat hemat dan pelit kata-kata. Sarah jadi bertanya-tanya bagaimana keluarga dan teman dari laki-laki ini bisa bertahan dalam keheningan yang laki-laki itu buat. Apa mereka tidak merasa bosan dan muak? Kalau dirinya sih sudah pasti akan membuang jauh-jauh orang seperti Axton.
Ops.. Sorry but it's a fact, bitch.
"Cepat sekali." Ucap Sarah sambil menatap Axton dengan tatapan remeh.
"Hey, kau asal menjawab ya hahaha." Ucap Sarah lagi sambil cengengesan.
Axton hanya menatap Sarah sekilas lalu menatap guru yang ada di depan dengan tatapan tidak berminat dan tidak peduli. Sarah yang merasa jengkel hanya bisa menjulurkan lidahnya ke arah Axton sambil menarik kantung mata kanannya ke bawah. Axton melirik tingkah Sarah lalu kembali menatap guru yang ada di depan dengan cuek.
Baru kali ini Axton melihat seorang perempuan yang berani mengerjai dan mengejek dirinya secara terang-terangan di depannya. Selama ini dia hanya melihat para perempuan yang berada disekitarnya bersikap manis dan manja lalu menyatakan cinta mereka padanya meski pada akhirnya akan selalu ditolak. Dia tidak menyangka kalau di dunia ini ada spesies langka seperti perempuan yang ada di depannya.
"Axton, bisakah kamu menjawab soal pertama dan kedua didepan?." Tanya pria tua itu tiba-tiba.
"Yes." Jawab Axton dengan singkat.
Semua mata langsung tertuju pada Axton termasuk Sarah. Bedanya adalah kalau yang lain menatap Axton dengan tatapan kagum dan iri tapi kalau Sarah menatap Axton dengan tatapan kesal dan tajam. Dia sama sekali tidak merasa kagum pada Axton apalagi merasa iri. Big no, sangat tidak mungkin. Mustahil.
Axton menuliskan semua jawabannya dengan tenang dan tanpa mencontek jawaban yang ada di atas kertas soal miliknya. Sarah membuka kedua mata dan mulutnya dengan lebar saat melihat kepintaran Axton yang menurutnya sangat luar biasa. Oke, dia akan menarik kembali perkataannya yang mengatakan kalau dia tidak kagum pada Axton.
Jujur, dia sangat kagum sekali sekarang. Maksudnya bagaimana mungkin Axton dapat langsung menguasai materi yang baru saja mereka pelajari? It's crazy, guys. Kemampuan otaknya berada jauh di atas rata-rata dan Sarah yakin Axton tidak perlu mengulang lagi pelajaran sekolah di rumah karena daya ingatnya yang sangat kuat.
"Luar biasa!." Ucap pria tua itu dengan bangga sambil bertepuk tangan.
Sontak semua murid yang ada di dalam kelas ini langsung bertepuk tangan dan melontarkan beberapa kalimat memuji pada Axton tapi laki-laki itu hanya diam dan tak menunjukkan reaksi apapun. Axton hanya berjalan kembali ke tempat duduknya lalu duduk dengan tenang seolah-olah kejadian barusan tidak pernah terjadi.
Sarah menahan tawanya sambil menatap ekspresi wajah Axton yang menurutnya lucu. Dia tidak habis pikir kok bisa ada ya manusia kaku seperti Axton di dunia ini? Aneh sih tapi Lucu saja sih jika melihat kedataran dan tingkah lakunya yang sangat kaku itu. Axton menatap Sarah lalu mengernyitkan dahinya. Kali ini dia tidak mengerti apa yang sedang ditertawakan oleh Sarah. Jujur, Sarah adalah perempuan yang sangat aneh menurutnya.
"Kenapa kau tertawa?." Tanya Axton dengan heran.
_____________
To be continuous.