Hello semuanya
Happy reading!
__________
8 tahun yang lalu.
Sarah memeriksa tasnya dengan cemas dan khawatir. Sudah setengah jam lamanya dia memeriksa isi tasnya berulang kali tapi tetap saja dia tidak bisa menemukan benda yang dia cari. Sarah berteriak kesal sambil mengacak-acak rambut panjangnya dengan kasar. Dia benar-benar bodoh dan ceroboh. Ingin sekali rasanya dia berteriak dengan marah dan memaki tapi dia juga tidak mungkin melakukan hal seperti itu pada dirinya sendiri.
"So stupid!" Ucap Sarah dengan kesal dan marah.
Bel sekolah berbunyi dan itu menandakan kalau kelas baru akan segera dimulai. Sarah mengernyitkan dahinya sambil menatap sekelilingnya dengan tatapan cemas. Dia sudah tamat hari ini. Nilainya akan kosong. Ok, bye nilai tinggi. Bye peringkat tinggi. Kita tidak akan berjumpa lagi karena tahun ini adalah tahun terakhir dia berada di sekolah ini.
"Bagaimana ini?!" Tanya Sarah pada dirinya sendiri.
Axton dan Aiden masuk ke dalam kelas dengan angkuh dan anggun sehingga semua perempuan yang juga berada didalam ruangan itu berdecak dengan kagum. Mereka semua kagum dengan ketampanan dan karisma kuat yang dimiliki Axton dan Aiden. Bagaimana bisa seseorang diciptakan begitu sempurna? Betapa beruntungnya mereka berdua karena diciptakan dengan banyak sekali kelebihan salah satunya adalah ketampanan.
Axton duduk di kursi kosong yang berada tepat dibelakang Sarah sedangkan Aiden memilih untuk duduk disamping jendela agar dia bisa mengalihkan tatapannya dari para perempuan genit yang terus menerus mencoba untuk menarik perhatiannya. Mau secantik apapun, sepintar apapun, semenarik apapun, seseksi apapun dan sebaik apapun perempuan itu. Aiden tidak akan pernah peduli.
Baginya hati itu hanya boleh diisi dengan satu wanita saja, tidak boleh lebih. Manusia itu pada dasarnya sudah diciptakan berpasang-pasangan jadi dia tidak mau bermain-main dengan yang namanya hati dan perasaan. Sekali jatuh cinta pada satu wanita maka sampai akhir dia akan tetap mencintai satu wanita dan sampai kini hanya ada satu wanita yang dia cintai. Begitu juga dengan Axton.
Meski mereka berdua memiliki pemahaman yang sama namun bedanya adalah Axton belum menemukan apa yang dimaksud cinta sejati. Dia masih mencari-cari belahan jiwanya yang masih belum bisa dia temukan. Diantara miliaran manusia di muka bumi ini, Axton belum menemukan pasangan yang telah ciptakan hanya untuknya.
Namun sepertinya mulai hari ini, Tuhan mulai memberitahu salah satu diantara satu pasangan yang dia ciptakan. Bahwa ada getaran tak kasat mata yang akan memberikan nya sebuah sinyal saat pasangan takdir mu berada disekitarmu dan orang yang merasakan tanda itu adalah Sarah.
Hari itu hari dimana semua perasaan aneh itu tiba-tiba muncul didalam hati Sarah. Hari dimana dia menyadari kalau pria yang membuat dia menjadi seperti ini adalah pria dingin yang bernama Axton. But, how can?. Seorang Sarah yang terkenal bar-bar dan cuek merasa tertarik pada pria menyebalkan yang dari awal sudah dia tandai sebagai musuh nomor 1 dalam hidupnya. Mungkin semua itu berawal dari sini.
"Bagaimana ini?! Kenapa kau sangat ceroboh sekali sih, Sarah!." Tanya Sarah pada dirinya sendiri dengan cemas.
Sarah mengacak-acak rambutnya dengan frustasi sambil terus memaki dirinya sendiri karena kecerobohan yang dia buat sendiri. Sedangkan Axton yang duduk tepat di belakang gadis itu hanya diam sambil memperhatikan semua tingkah absurd yang dilakukan Sarah sejak kelas dimulai. Dari tadi gadis itu hanya terus bergumam tidak jelas lalu tiba-tiba marah-marah sendiri pada dirinya sendiri.
Axton tidak mengerti apa yang tengah wanita itu pikirkan. Entahlah, bagi Axton semua hal yang dilakukan oleh Sarah terlihat sangat aneh dan absurd. Terkadang dia jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri kenapa ada manusia seperti Sarah didunia ini? Maksudnya untuk apa Tuhan menciptakan manusia yang tidak berguna? Bukankah sangat sia-sia menciptakan manusia yang hanya akan mengotori bumi?.
"Baiklah, sekarang keluarkan alat-alat praktek yang akan kita gunakan untuk hari ini." Ucap seorang pria tua dengan kacamata usang miliknya.
Sarah tersentak karena terkejut dan nampak kebingungan sedangkan Axton yang dari tadi memperhatikan gelagat aneh Sarah yang menurutnya sedikit menarik untuk ditonton hanya melipatkan kedua tangannya didepan dada dengan cuek. Sekarang dia mengerti kenapa gadis aneh di depannya ini melakukan semua keanehan dari tadi. Ternyata dia tidak membawa alat untuk praktek. Ternyata benar. Selain bodoh, ternyata dia juga sangat ceroboh. Sarah adalah salah satu tipe manusia yang sangat tidak disukai oleh Axton. Sorry girls. but, it's a fact.
Axton mengeluarkan peralatannya dari dalam tas miliknya dengan tenang sedangkan Sarah mulai bergerak gelisah sambil memperhatikan sekelilingnya dengan tatapan cemas. Awalnya Axton tidak menghiraukan Sarah dan tetap fokus pada apa yang dia lakukan namun lama kelamaan kegelisahan Sarah mulai menjadi salah satu hal yang dia pikirkan. Entah karena gerakan perempuan itu yang mengganggu pandangannya atau dia memang menaruh perhatian pada perempuan itu.
Tapi entah kenapa dia malah memikirkan hal-hal semacam itu dan lebih anehnya lagi dia malah melakukan sesuatu yang sama sekali tidak otaknya perintahkan. Axton berdiri dari tempat duduknya lalu melangkahkan kedua kakinya ke tempat Sarah. Dia merasa terkejut dengan apa yang dia lakukan sekarang begitu juga dengan Aiden yang hanya bisa menatap Axton dengan tatapan bingung.
"Kau bisa menggunakan punyaku." Ucap Axton sambil menyodorkan peralatan praktek miliknya pada Sarah.
"Tapi.. Bagaimana denganmu?." Tanya Sarah dengan tatapan khawatir.
Axton meletakkan semua peralatan praktikumnya di atas meja belajar Sarah. Masalah nilai prakteknya bisa diurus dengan gampang nanti. Dia adalah murid teladan yang ada di sekolah ini dan untuk masalah nilai, Axton rasa tidak ada yang dapat mengalahkannya kecuali Aiden. Bukankah sudah jelas siapa yang harus lebih khawatir dengan nilai disini?.
"Khawatirkan saja dirimu sendiri. Aku bisa mengurus diriku sendiri." Jawab Axton dengan dingin lalu melangkah pergi meninggalkan Sarah.
"Tunggu.." Ucap Sarah dengan cepat saat Axton sudah berjalan menjauh.
Namun sayangnya Axton tidak dapat mendengar panggilan Sarah karena suasana kelas yang saat itu terdengar sangat riuh dan berisik dengan suara-suara siswa lain yang tengah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Aiden menatap Axton dengan tatapan tak percaya lalu menatap Sarah dengan tatapan kagum. Aiden merasa sangat salut pada Sarah yang berhasil membuat hati seorang Axton tergerak dan tersentuh.
Selama mereka berteman, Aiden tidak pernah melihat Axton menaruh simpati pada orang lain apalagi pada orang yang membuatnya merasa risih dan kesal. Ini benar-benar sebuah keajaiban yang sangat luar biasa. Seorang Axton yang memiliki hati dingin tak tersentuh memberikan semua peralatan prakteknya tanpa berpikir dua kali lagi pada Sarah.
"Terima kasih." Ucap Sarah dengan pelan sambil menatap punggung Axton yang akhirnya menghilang dibalik pintu yang kembali tertutup rapat.
Disisi lain Axton yang baru saja keluar dari dalam kelas menyentuh dadanya karena jantungnya berdetak dengan cepat dan tak beraturan. Dia merasa sangat bingung sekarang. Dia tidak mengerti kenapa tubuhnya melakukan hal-hal yang tidak diperintahkan oleh otaknya. Ini adalah kali pertamanya dia bersikap seperti ini dan kini dia benci pada perubahan itu.
Ini bukan lah dirinya. Sama sekali bukan dirinya. Dia tidak mungkin melakukan hal-hal bodoh seperti ini. Axton melangkahkan kedua kakinya dengan tatapan kosong. Para wanita yang kebetulan berpapasan dengan Axton secara otomatis langsung berteriak kagum dan menyapa Axton dengan ramah namun seperti biasa, bukan Axton namanya jika tidak bersikap dingin pada mereka.
Axton berlari menuju parkiran mobil dan langsung masuk ke dalam sebuah mobil suv mewah berwarna hitam yang terparkir rapi di sebelah mobil mewah lainnya. Axton mengambil botol minum lalu menghabiskan semua air yang ada di dalam botol tersebut dengan beberapa kali teguk. Bayangan tentang wajah Sarah dengan segala ekspresi yang pernah dia lihat kembali berputar di ingatannya.
Axton menggelengkan kepalanya sambil mencoba mengalihkan pikirannya dengan memikirkan hal-hal lain seperti zat-zat kimia dan bahasa komputer yang baru saja dia pelajari selama satu tahun ini dan lebih hebatnya lagi dia menyebutkan apa yang dia ingat menggunakan lima bahasa sekaligus. Entah apa yang sedang merasuki Axton hingga dia berbicara dengan bahasa yang begitu banyak karena hal itu adalah hal yang sangat tidak normal untuk manusia biasa.
"Verdammt." Tanya Axton pada dirinya sendiri.
______________
To be continuous.