Hello semuanya.
Happy reading!
____________
New York City.
Hari sudah semakin gelap dan jam yang tergantung di dinding sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Axton yang telah pulang dari club malam milik Ansel sekitar dua jam yang lalu hanya terus termenung di ruang kerjanya. Dia sama sekali tidak bisa memejamkan kedua matanya apalagi untuk tertidur diatas kasur empuk dan mahal miliknya. Axton bahkan tidak tahu harus melakukan apalagi untuk bisa membuatnya terlelap dalam tidur.
Segala cara sudah pernah dia lakukan termasuk mengkonsumsi obat tidur secara rutin dan tentu saja atas izin dokter dan dalam pengawasan psikolog terhandal di kota ini namun segala usahanya tidak juga bisa membuat waktu tidurnya menjadi normal kembali. Axton membuka laci meja kerjanya lalu ia mengeluarkan sebuah bingkai photo yang nampaknya sudah lama tidak dia keluarkan dari dalam sana.
Bahkan debu-debu halus sudah mulai menutup warna asli dari bingkai photo itu. Nampaknya dia benar-benar mengubur photo itu dan segala kenangan yang ada didalamnya dalam-dalam dan berusaha untuk melupakannya. Meskipun pada akhirnya dia akan selalu membuka kembali segala kenangan yang ingin sekali dia lupakan. Memang benar kalau kenangan pahit dan rasa sakit yang ditinggalkan akan selalu menjadi candu dan membuat dirinya ingin merasakan kepahitan dan rasa sakit itu berkali-kali.
Silahkan jika kalian ingin mengatakan dirinya bodoh dan lemah. Dia tidak peduli dan selamanya dia tidak akan peduli. Jika rasa sakit yang dia rasakan ini bisa membawa wanita yang dia cintai kembali padanya maka dia akan rela jika harus tetap hidup di dalam rasa sakit ini seumur hidupnya. Bahkan jika dia harus mati hanya untuk bertemu dengan wanita yang dia cintai maka dia akan dengan senang hati mengambil jalan itu meski semua orang mencaci dirinya dengan penuh hinaan atas pilihannya itu.
Dia memang pernah mengatakan kalau kita harus selalu melibatkan akal sehat dan logika dalam cinta agar keputusan yang kita ambil tidak menjadi keputusan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Namun pada kasus yang terjadi padanya memiliki pandangan dan cara penyelesaian yang berbeda. Keluarganya sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah percintaannya maupun urusan pribadinya.
Mereka tidak berhak mengatur hidupnya karena mereka telah menjalani hidup masing-masing sejak Axton masih kecil dan bahkan permintaan dan tuntutan dari orang tuanya yang harus dia penuhi telah lama dia lakukan dan kini orang tuanya sama sekali tidak berhak lagi mengatur atau menuntut sesuatu darinya. Begitu juga dengan semua saudaranya yang dari dulu selalu berselisih paham dengannya. Oke, mari kita tinggalkan hubungan rumit di dalam keluarganya dan kembali ke masa kini.
Kalau berbicara tentang cinta. Pasti kita semua setuju kalau cinta itu rumit dan misterius. Tidak ada yang bisa menebak cinta akan membawa tuannya kemana dan berlabuh pada siapa. Semuanya berjalan dengan rahasia dan atas rencana yang sudah diatur oleh Tuhan. Namun kita bisa menentukan satu orang terakhir yang akan menggenggam rasa ini sampai akhir dan siapa orang itu tergantung pada keputusan yang kita ambil.
Perlahan namun pasti Axton mulai memutar bingkai photo itu ke atas sehingga dia bisa melihat dengan jelas photo sepasang kekasih yang nampak sangat bahagia sekali saat photo itu diambil. Bahkan aura bahagia dapat langsung kita rasakan saat menatap photo yang telah sedikit usang itu meski Axton sama sekali tidak bisa merasakan perasaan itu kini. Hanya ada perasaan hancur dan sedih yang tersisa, tidak ada lagi rasa bahagia ataupun rasa suka cita.
Axton meletakkan photo itu di atas meja kerjanya dengan perlahan dan hati-hati seakan-akan bingkai photo itu adalah benda yang sangat berharga dan mahal tapi sebenarnya bingkai photo itu sama sekali tidak mahal dan dia saja lupa berapa harga yang diterapkan untuk benda itu. Lagian juga dia sama sekali tidak masalah jika harus menghabiskan banyak uang hanya untuk satu bingkai photo atau sebaliknya. Bagi Axton yang paling terpenting itu adalah kenangannya bersama orang yang sangat dia cintai.
Kenangan itu hanya terjadi satu kali dan sangat singkat jadi wajar saja Axton menganggap kalau foto yang dibingkai dengan bingkai photo murah itu sangat berharga untuknya. Photo ini adalah satu-satunya bukti yang bisa membuktikan kalau mereka berdua pernah membuat sebuah kisah bersama yang sangat membekas hingga kini. Memang tidak berakhir indah seperti yang diharapkan orang-orang pada sebuah film maupun novel.
Namun setidaknya mereka pernah melakukan hal-hal bahagia bersama dan saling bertengkar rasa cinta satu sama lain. Walaupun berlangsung dengan sangat singkat dan berakhir dengan menyakitkan namun Axton tetap merasa bersyukur karena Tuhan telah berbaik hati dengan membiarkan dia merasakan hal yang bahkan tidak berani untuk dia harapkan.
Axton mengelus permukaan kaca yang telah retak namun tetap bisa melindungi photo itu dengan ibu jarinya. Wajah cantik seorang wanita yang kini berada tepat di bawah ibu jarinya tampak tersenyum dengan manis dan tulus. Tatapan mata yang sendu dan teduh membuat Axton semakin merindukan wanita itu. Axton menghembuskan napasnya dengan kasar lalu menarik tangannya menjauh dari photo itu lalu mengambil segelas Whisky yang berada tidak jauh dari bingkai photo itu.
Axton menenggak habis minumannya lalu meletakkan kembali gelas yang dia pegang ke atas meja. Semakin dia memikirkan wanita itu, dia semakin merasa tersiksa. Rasanya seperti dia akan kehilangan kewarasan sebentar lagi. Dia sudah kehabisan cara untuk menemukan wanita itu. Sudah empat tahun dia mencari keberadaannya namun dia masih tetap tidak bisa menemukannya.
Apa yang harus dia lakukan lagi?
Tidak bisakah kamu kembali?
Apa kamu tahu kalau aku tersiksa sendirian disini?
Kamu jahat dan tidak berperasaan.
Kamu meninggalkan aku sendirian.
Didalam semua rasa sakit yang kamu tinggalkan.
Please, hear me this time.
"I miss you." Ucap Axton dengan suara beratnya yang terdengar serak.
Dia bukan orang yang suka mengekspresikan perasaannya dengan mudah dan cenderung menutup rapat-rapat apa yang dia rasakan. Dia juga jarang sekali tertawa dan hampir tidak pernah menangis. Kalau diibaratkan dengan warna, dia berada di antara putih dan hitam. Dikatakan putih bukan tapi hitam juga bukan. Lalu bagaimana? Itulah mengapa dia berdiri diantara kedua warna itu karena dia sendiri pun merasa bingung dia sebenarnya berada di posisi yang mana.
Dari sekian banyaknya orang yang mengenali wajah dan namanya, hanya segelintir orang saja yang menyadari warna dirinya yang sebenarnya. Sisanya hanya mengatakan warna acak yang kebetulan terlintas di benak mereka masing-masing atau dalam artian sama sekali tidak mengenal dirinya dengan baik dan hanya menerka-nerka dalam pikiran mereka saja berdasarkan semua rumor yang berkembang di antara mereka.
Axton memijat pelan batang hidungnya sambil memejamkan kedua matanya. Bagai luka koyak yang besar lalu tersiram air panas yang mendidih, Axton mulai merasakan semua rasa sakit yang perlahan-lahan menjalar ke tubuhnya. Bukan karena luka ataupun benturan melainkan goresan serta sayatan tak kasat mata yang rasanya berkali-kali lipat jauh lebih sakit dari luka biasa di kulit tubuh.
Kenapa bisa seperti itu? Entahlah, bahkan sampai kini Axton tidak tahu kenapa rasa sakitnya tidak bisa dia tahan. Kalau kita berbicara efek yang ditimbulkan dari rasa sakit itu ada banyak sekali. Tidak bersemangat, tidak mau makan ataupun minum, tidak bergairah, selalu merasa sedih dan ingin menangis, mati rasa dan yang paling parah adalah rasa ingin mengakhiri hidup yang sangat tinggi.
Dia mengatakan hal-hal semacam ini bukan untuk membuat orang lain mencontoh ataupun ingin merasakan hal yang sama seperti yang dia rasakan. Dengan tegas dia menyatakan kalau hal-hal tersebut sangat tidak baik dan sangat terlarang untuk dicontoh. Perasaan memang sangat menyiksa batin dan fisik tapi tolong libatkan akal sehat dan logika juga saat kalian merasa down.
Pikirkan orang tuamu, keluargamu, temanmu dan orang-orang yang diam-diam menyayangimu dengan tulus. Patah hati memang sakit tapi tolong jangan patahkan hati orang lain juga. Jadilah seseorang yang berbeda dan elegan. Balas dendam itu banyak caranya dan tingkatannya. Secara halus, kasar, kejam, baik, buruk, ikhlas, lupakan, meningkatkan kemampuan diri sendiri dan yang terakhir adalah membalas dengan setimpal atas perbuatannya.
Pernah dengan istilah mata dibalas mata. Jantung dibalas jantung. Kehidupan dibalas kehidupan. Kejahatan dibalas dengan kejahatan. Kebaikan dibalas dengan kebaikan dan segala persamaan lainnya. Ada beberapa orang yang setuju namun ada sebagian orang juga yang merasa tidak setuju. Ada yang mengatakan hal itu adalah hal yang buruk namun ada juga yang mengatakan kalau hal-hal itu adalah hal yang baik.
Jadi yang mana yang benar? Bagaimana menurut kalian? Sebenarnya tidak ada yang benar maupun yang salah. Semua itu tergantung dari cara pandang kalian masing-masing. Ibarat sebuah koin yang selalu mempunyai dua sisi. Kita tidak bisa menentukan bagian mana yang lebih bagus maupun yang lebih berharga karena koin telah diciptakan dengan dua sisi yang berbeda dan memiliki kelebihan masing-masing.
Begitu juga kisah ini. Mungkin sebagian dari kalian sekarang akan beranggapan kalau sosok sang wanita di cerita ini adalah antagonis namun bagaimana dengan sosok tokoh Axton di cerita wanita itu? Apa Axton akan tetap menjadi sosok protagonis yang akan selalu menang dengan akhir yang selalu bahagia di setiap cerita? Kita tidak bisa menentukannya sekarang karena sebuah cerita harus dipandang dengan banyak sudut pandang kan?
Kalau begitu mari kita lihat dari sudut pandang sang wanita yang telah menjadi sosok antagonis dalam cerita Axton. Apa akan tetap sama? Atau berubah menjadi cerita yang berbeda? Entahlah, kita belum bisa mengetahuinya dengan pasti. Saat ini hanya Tuhan dan wanita itu yang tahu. Kebenaran yang selama ini sama sekali belum terungkap.
________________
To be continuous.