Hello semuanya.
Happy reading!
_______________
8 tahun yang lalu.
"Ternyata kau bisa menunjukkan emosi layaknya manusia normal juga ya." Ucap Sarah dengan lega.
"Kau pikir aku bukan manusia?." Tanya Axton sambil mengangkat kedua alisnya ke atas.
"Aku pikir kau sama sekali tidak bisa merasakan emosi terhadap sesuatu." Jawab Sarah sambil cekikikan.
"Pemikiran yang aneh." Ucap Axton dengan prihatin.
"Memang kenyataanya seperti itu kan?." Tanya Sarah sambil mengangkat salah satu alisnya ke atas.
Axton hanya mengerutkan dahinya sambil menatap Sarah dengan tatapan heran lalu setelah itu dia memutuskan untuk tidak meneruskan pembicaraan mereka karena waktu mereka untuk bekerja bersama telah usai. Baik Axton maupun Sarah sama-sama memutuskan untuk kembali ke tempat duduk mereka masing-masing dan menghabiskan sisa waktu pelajaran dengan tenang.
Waktu berjalan dengan cepat dan tidak terasa waktu untuk istirahat tiba juga. Semua murid yang berada di dalam kelas itu langsung berhamburan keluar untuk menuju kantin maupun kelas selanjutnya. Aiden yang nampak sedang sibuk berbicara dengan seseorang dari balik telepon memutuskan untuk meneruskan pembicaraannya diluar sedangkan Axton yang dari tadi tidak melakukan apa-apa hanya duduk di kursinya dengan tenang.
Insiden kursi beberapa waktu yang lalu kembali terlintas di pikiran Sarah dan dia menyadari kalau urusan mereka belum selesai sama sekali. Sarah ingin tahu apa alasan laki-laki itu menendang kursinya tanpa sebab. Kalau ada dendam kan lebih baik dibicarakan baik-baik. Tidak perlu sampai melakukan hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan orang lain.
"Hey manusia ES!." Ucap Sarah setelah memutar tubuhnya ke belakang secara tiba-tiba.
Axton menatap Sarah dengan tatapan terkejut dan kemudian hanya menghembuskan napasnya dengan kasar sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya dengan cuek. Terlihat jelas sekali kalau dia sama sekali tidak peduli pada apa yang akan Sarah katakan padanya. Dia sudah lelah menghadapi perempuan bar-bar seperti Sarah. Lagian juga Axton sudah bisa menebak secara garis besar permasalahan apa yang akan perempuan itu katakan.
Coba dia tebak. Kemungkinan pertama adalah masalah keributan yang terjadi tadi pagi. Kedua, masalah dia yang tidak sengaja menendang kursi perempuan itu tadi dan yang terakhir mungkin masalah lain yang bahkan sudah dia lupakan. Axton membuka mulutnya sedikit hingga terlihat celah kecil di antara bibir atas dan bibir bawahnya yang tipis. Menurut penilaiannya terhadap ekspresi wajah Sarah, sepertinya permasalah seputar kursi masih akan terus berlanjut.
Mari kita lihat apa jawabannya.
"Urusan kita belum selesai!." Ucap Sarah dengan serius.
"Kita tidak punya urusan apapun." Jawab Axton dengan dingin.
"Ada!." Ucap Sarah dengan suara yang keras.
"Kalau begitu urusan kita selesai sekarang." Jawab Axton dengan santai.
"Hey mana bisa begitu!." Ucap Sarah yang mulai merasa kesal.
"Kau tadi menendang kursi ku dengan sengaja kan dan aku sudah bilang kalau aku akan membunuhmu untuk perbuatan mu itu!." Ucap Sarah lagi sambil memukul meja Axton dengan penuh emosi.
Axton hanya diam dan sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah ataupun berinisiatif untuk meminta maaf pada Sarah atas kejadian itu. Dia merasa kalau tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi. Aiden yang baru masuk ke dalam kelas hanya bisa menatap Sarah yang sedang marah-marah dengan tatapan bingung. Aiden tidak mengerti kenapa perempuan itu selalu saja mencari keributan setiap hari.
Apa dia tidak lelah harus berdebat terus dengan Axton? Bukan berdebat sih tapi lebih tepatnya menyia-nyiakan waktunya dengan berbicara pada Axton yang hanya akan diam dan melontarkan kalimat pedas yang sangat menyakitkan hati. Terkadang Aiden merasa kasihan pada orang-orang yang telah tersakiti oleh perkataan maupun perbuatan Axton yang terbilang kejam.
"Lalu apa masalahnya?." Tanya Axton dengan serius.
"Kau malah bertanya apa masalahnya?! Wah! Aku tidak percaya ini! Kau hampir membuatku celaka tadi dan kau sama sekali tidak meminta maaf atas kejadian itu!." Jawab Sarah terkejut dengan jawaban Axton.
"Lalu bagaimana dengan perbuatan ceroboh mu tadi pagi? Apa perbuatan mu itu tidak hampir mencelakai ku?." Tanya Axton sambil menyilangkan kakinya.
Sarah terdiam. Mendadak dia jadi kehilangan kata-kata yang sudah dia pikirkan dari tadi. Perkataan Axton ada benarnya. Dia hampir membuat laki-laki itu celaka tadi pagi, lantas kenapa dia malah marah-marah karena kejadian sepele yang bahkan tidak mampu membuatnya terluka. Sarah mengedipkan kedua matanya dengan canggung.
Sebenarnya kaki Axton hanya menghantam kursinya sedikit dan tidak sampai membuat kursi itu bergerak. Hanya saja saat itu dia sedang melamun dan memikirkan sesuatu jadi dia merasa terkejut dengan hentakan pada kursinya yang pria itu lakukan. Sarah menggigit bibir bawahnya dengan gelisah karena kini dia mulai merasa takut pada apa yang akan Axton katakan padanya.
"Itu.. Aku hmm.. M-Maaf." Ucap Sarah dengan sangat pelan.
Axton tersenyum miring sambil mendengus kesal. Setelah sekian banyak nya hal yang perempuan itu lakukan padanya, dia baru meminta maaf sekarang. Apa dia pikir Axton akan memaafkannya dengan mudah? Tentu saja tidak. Axton masih mengingat dengan jelas semua hal menyebalkan yang perempuan ini lakukan padanya. Mulai dari hal kecil sampai hal yang menurutnya sangat tak termaafkan.
"Simpan saja kata maafmu itu, aku tidak butuh." Ucap Axton sambil berdiri dengan angkuh.
"A-Apa?!." Ucap Sarah dengan kesal.
Axton hanya diam sambil menatap Sarah dengan tatapan meremehkan sebelum dia melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kelas sedangkan Aiden yang dari tadi menonton mereka bertengkar hanya terdiam sambil memakan sandwich yang dia beli diluar tadi. Pertengkaran mereka berdua sangat seru dan menarik tapi tidak sampai membuatnya ingin ikut campur.
Berurusan apalagi terlibat dengan mereka berdua sama saja dengan berurusan dengan pihak kepolisian. Ribet dan merepotkan. Aiden mengambil tas miliknya lalu berjalan menuju Sarah yang sedang marah-marah sendiri sambil membereskan barangnya. Well, setidaknya Aiden ingin mengucapkan sepatah atau dua kata untuk Sarah sebagai tips agar Sarah bisa menghadapi orang seperti Axton.
"Hey." Ucap Aiden dengan nada cuek.
"APA?!." Tanya Sarah dengan emosi.
Aiden mengernyitkan dahinya sambil menunjukkan ekspresi risih yang benar-benar terlihat secara terang-terangan. Dia jadi menyesal telah menegur perempuan gila ini. Lain kali dia akan selalu memastikan kalau dia telah berada sejauh dua meter dari Sarah karena dia sama sekali tidak bisa berdekatan dengan tipe perempuan seperti Sarah.
"Kalau kau ingin menghina ku juga, lebih baik kau pergi sana!." Ucap Sarah dengan kesal.
"Aku hanya ingin memberimu sebuah tips yang akan sangat berguna untuk mu." Jawab Aiden dengan serius.
"Aku tidak butuh." Jawab Sarah dengan cepat tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Ya sudah, aku juga tidak peduli tapi karena kau kasihan padamu maka aku akan tetap mengatakan ini padamu." Ucap Aiden dengan cuek.
"Bersikaplah cuek dan dingin padanya." Ucap Aiden lagi.
"Maksudmu?." Tanya Sarah dengan bingung.
"Kau akan mengerti nanti dan akan sangat berterima kasih padaku." Jawab Aiden.
"Tunggu! Apa maksudmu sih?." Tanya Sarah tidak mengerti.
"Selamat tinggal perempuan gila." Ucap Aiden dengan cuek lalu berjalan meninggalkan Sarah tanpa mengatakan apa-apa lagi.
"Hey orang gila! Kau belum selesai berbicara denganku!." Teriak Sarah pada Aiden yang terus berjalan tanpa berminat untuk menoleh ataupun berbalik.
"Apa maksud dari perkataan orang aneh ini?!." Tanya Sarah pada dirinya sendiri sambil menatap punggung Aiden yang telah menjauh dengan tatapan bertanya-tanya.
_______________
To be continuous.