Chereads / Echoes Of The Past / Chapter 4 - Echoes Of the Past|GAoW2| [3]

Chapter 4 - Echoes Of the Past|GAoW2| [3]

Hello semuanya.

Happy reading!

_______________

8 tahun yang lalu.

Sarah keluar dari dalam kelas dengan cepat setelah guru yang mengajar mengatakan kalau pelajaran mereka telah selesai. Dengan langkah yang terburu-buru, Sarah berjalan menerobos kerumunan murid yang baru saja keluar dari dalam kelas mereka masing-masing.

Sambil memegang earphone di tangannya. Sarah menelusuri sepanjang koridor sekolah itu sambil mencari seseorang yang terus mengganggu pikirannya selama belajar tadi. Ini memang salahnya karena menarik earphone laki-laki itu tapi dia tidak bisa disalahkan sepenuhnya kan?. 

"Please.." Gumam Sarah berkali-kali.

Hari ini adalah hari pertamanya sekolah dan dia tidak mau sampai punya musuh di hari pertamanya sekolah. Sarah tidak ingin lagi dibully ataupun diperlakukan berbeda karena status keluarganya. Sungguh. Dia tidak ingin lagi mimpi buruk itu terulang lagi.

"ITU DIA!" Teriak Sarah dengan heboh.

Sarah berlari ke arah seorang laki-laki yang sedang membelakanginya. Sarah sangat yakin kalau laki-laki itu adalah orang yang sama dengan laki-laki pemilik earphone ini. Namun tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri laki-laki itu sambil membawa sekotak coklat. 

Sarah langsung bersembunyi dibalik pohon besar yang berada tidak jauh dari mereka dengan cepat. Eh.. Tapi tunggu dulu. Kenapa dia malah bersembunyi seperti ini sih?!. Sarah mendengus kesal sambil memperhatikan apa yang mereka lakukan sekarang.

"Bagus, Sarah. Kau sudah menjadi penguntit sekarang." Ucap Sarah pada dirinya sendiri.

Perempuan dengan rambut sebahu itu menyodorkan sekotak coklat itu pada laki-laki itu dengan ekspresi wajah yang tersipu malu sedangkan laki-laki dengan rambut hitam itu hanya menolehkan wajahnya lalu mengatakan 'enyah'.

Sontak perempuan itu langsung berlari dengan ekspresi wajah yang terlihat sedih dan kecewa sedangkan Sarah hanya mengernyitkan wajahnya dengan kesal sambil mengutuk laki-laki itu dengan semua sumpah serapah yang dia tahu.

"Kenapa kau berdiri disitu?" Tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul dibelakang Sarah.

"AAAHHH!" Teriak Sarah terkejut sambil berbalik ke belakang.

"Kau siapa?" Tanya laki-laki itu dengan wajah dinginnya.

"Ssttt!!" Jawab Sarah dengan panik sambil menarik laki-laki itu untuk bersembunyi dibalik pohon.

"Apa yang kau lakukan?!" Tanya laki-laki itu dengan kesal.

"Jangan berisik, bodoh! Aku sedang memperhatikan laki-laki itu!" Jawab Sarah yang tak kalah kesal.

Sarah kembali mengintip laki-laki yang dari tadi dia perhatikan dari balik pohon dan diikuti oleh laki-laki yang sedang berada dibalik Sarah. Entah apa yang tengah mereka lakukan sekarang karena murid lain menatap ke arah mereka dengan tatapan aneh dan heran.

"Namaku Sarah." Ucap Sarah sambil memperhatikan laki-laki yang dari tadi dia perhatikan.

"Oke, Sarah. Kenapa kau memperhatikan temanku sekarang?" Tanya laki-laki itu dengan bingung.

"Aku belum tahu namamu siapa." Jawab Sarah yang nampaknya tidak peduli pada pertanyaan laki-laki itu.

"Aiden." Jawab Aiden setelah menghembuskan napasnya dengan kasar.

"Oke, Aiden. Kalau boleh tahu siapa nama temanmu itu?" Tanya Sarah penasaran.

Aiden berdiri sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Aiden tidak mengerti kenapa perempuan gila yang ada di depannya ini menanyakan Axton? Apa jangan-jangan perempuan yang bernama ini adalah stalker nya Axton? Wah ini sangat berbahaya sekali.

"Kalau kau ingin tahu ya cari tahu saja sendiri. Dasar stalker gila." Jawab Aiden tidak peduli lalu berjalan menuju Axton.

Sarah hanya bisa membuka mulutnya dengan terkejut sambil menatap punggung Aiden yang telah menjauh. Sarah mendengus kesal sambil mengerutkan dahinya dengan kesal. Apa katanya? Stalker gila?! Sialan! Dia itu yang gila! Enak saja! Memangnya dia itu siapa?! Menghina orang sesuka hatinya! Cih!

"Rasakan ini manusia jelek!" Ucap Sarah dengan marah.

Sarah mengambil satu batu kerikil kecil yang berada tepat di depan kakinya lalu mengambil ancang-ancang untuk melempar batu itu ke arah Aiden. Dengan sekuat tenaga Sarah mengayunkan tangannya lalu melepas batu kerikil itu dengan cepat. Sarah terkekeh dengan senang sambil memperhatikan batu yang tengah melayang ke arah Aiden dengan tatapan puas.

Puk!

Batu itu benar-benar menimpa kepala seorang laki-laki tapi masalahnya bukan kepala Aiden melainkan kepala Axton. Sarah melebarkan kedua matanya dengan terkejut saat Axton meringis sambil mengusap kepalanya yang terkena lemparan batu tadi sedangkan Aiden langsung menatap Sarah dengan tatapan tajam dan marah.

"ASTAGA!" Teriak Sarah sambil membalikkan badannya membelakangi mereka.

"Siapa yang melempar kepalaku?!" Tanya Axton sambil melihat ke arah belakang dengan marah.

"Habis sudah." Ucap Sarah sambil menepuk kedua pipinya beberapa kali.

"KAU!" Teriak Axton dengan marah.

"Oh my god.." Gumam Sarah berkali-kali.

Sarah dengan cepat melangkahkan kakinya berbalik ke arah kelas dengan sangat cepat tanpa berani menolehkan kepalanya lagi. Sungguh, dia sangat takut sekali sekarang. Bagaimana kalau laki-laki itu nanti meninju nya?. Atau yang paling terburuk dia akan masuk penjara karena kasus penganiayaan yang dia lakukan?

"TIDAK!" Teriak Sarah dengan panik sambil bersembunyi dibalik pot bunga besar.

Sementara itu Axton dan Aiden memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing namun sebelum pulang mereka memilih untuk membeli burger besar yang dijual tepat di sebelah sekolah mereka. Mereka sudah tidak mau lagi mempermasalahkan apa yang telah dilakukan oleh perempuan gila itu.

Apa kalian pikir Axton akan lupa? Tentu saja tidak. Dia masih mengingat dengan jelas perempuan itu dan apa yang telah dia lakukan pada dirinya. Lihat saja nanti apa yang akan dia lakukan pada perempuan gila itu. Axton menghembuskan napasnya dengan kasar saat dia kembali teringat kejadian memalukan itu.

"Sepertinya kau butuh bodyguard agar para penggemar mu itu tidak kelewatan." Ucap Aiden dengan serius.

"Memangnya para penggemar mu normal dan tidak gila juga?" Tanya Axton dengan wajah datarnya.

"Iya juga." Jawab Aiden sambil berpikir.

Axton menggigit burger berukuran besar yang tengah dipegang dengan gigitan kasar. Seperti itulah Axton. Bahkan ketika dia merasa kesal atau marah. Pria itu tetap irit berbicara dan berekspresi. Aiden saja bahkan tidak tahu apa yang sedang sahabatnya itu pikirkan dan rasakan sekarang.

"Nama perempuan itu Sarah." Ucap Aiden tiba-tiba.

Axton menatap Aiden sambil mengerutkan dahinya. Dia lebih memilih untuk kembali menggigit burger nya daripada menjawab perkataan Aiden. Lagian juga Axton tidak tahu harus mengatakan apa pada Aiden jadi dia lebih memilih untuk diam.

"Kalau kau ingin mencarinya besok." Ucap Aiden lagi dengan santai.

"Aku tidak mau mencarinya." Ucap Axton dengan tegas dan pasti.

"Kenapa?" Tanya Aiden sambil mengerutkan dahinya bingung.

"Buang-buang waktu saja." Jawab Axton lalu meminum sebotol air mineral.

Aiden hanya menganggukkan kepalanya pelan dan setuju dengan apa yang dikatakan Axton. Terpengaruh dan terlibat dengan hal bodoh seperti itu hanya akan membuat waktu mereka terbuang dengan cuma-cuma. Lebih baik mengurusi hal lain yang lebih bermanfaat seperti pelajaran atau tugas mereka.

Axton meneguk air mineralnya dengan perlahan setelah dia menghabiskan seluruh burger yang dia beli. Begitu juga dengan Aiden yang sudah menghabiskan makanan nya juga. Perut mereka sudah terasa kenyang dan ini saatnya untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Apa kau sudah menemukan informasi terbaru tentang Rose?" Tanya Aiden dengan serius.

"Sayangnya belum." Jawab Axton dengan wajah datarnya

"Sebenarnya dia ada dimana sekarang?" Tanya Aiden dengan wajah sedihnya.

"Aku akan berusaha menemukannya tapi aku tidak bisa berjanji padamu." Jawab Axton dengan serius.

"Terima kasih, bro." Ucap Aiden sambil tersenyum tipis.

Axton hanya diam sambil menganggukkan kepalanya dengan kaku. Berteman dengan Axton kadang membuat kita merasa seperti sedang berteman dengan robot canggih. Lihat saja bagaimana pria itu bersikap. Sangat kaku dan dingin. Wajahnya juga tidak berekspresi dan jarang berbicara. Kalau kalian tanya kenapa Axton seperti itu. Jawabannya adalah tidak tahu. Aiden juga tidak tahu dan bahkan orang tua dan kakak laki-lakinya tidak tahu.

"Apa kamu yakin kalau Rose masih hidup?" Tanya Axton dengan serius.

"Aku sangat yakin sekali. Aku bahkan bisa merasakan kalau dia masih hidup di suatu tempat dan menunggu aku untuk menemukannya. Aku bahkan terus bermimpi setiap malam dan di dalam mimpiku dia mengatakan kalau dia akan selalu menungguku datang menjemputnya." Jawab Aiden dengan sedih.

"Aku.. Sangat berharap dapat menemukannya." Ucap Aiden lagi dengan rasa frustasi didalamnya.

_______________

To be continuous.