Chereads / DINDA / Chapter 13 - KETAHUAN

Chapter 13 - KETAHUAN

DINDA

BAB 13. Ketahuan.

Hamparan rumput menemani Dinda dan Erza yang sedang duduk di bangku taman. Menikmati hembusan angis sore yang menyejukan. Dinda menggunakn dress kuning yang benar-benar cocok dengan warna kulitnya yang putih. Erzapun tak berhenti memandang dan mengagumi betapa cantiknya malaikat di hatinya itu.

"Kenapa sih? Kok liatin gue kaya gitu, ada yang aneh, ya?" Dinda menjadi salah tingkah.

"Elo cantik, Din. Rasanya pengen banget gue simpen di botol kaca buat gue pandangin seharian." rayu Erza, dari tadi dia berbaring di pangkuan Dinda.

"Apaan sih, gombal."

"Din, elo mau nggak janji sama gue satu hal..?" tanya Erza.

"Apa, Za?"

"Janji, elo kudu cinta sama gue seumur hidup loe, selamanya." Erza bangkit, memandang wajah kekasihnya dengan tatapan serius.

"Za, gue nggak pantes buat loe. Masih banyak cewek yang lebih baik dari gue." Dinda menelan ludahnya, walaupun sangat bahagia mendengar Erza mengucapkan hal ini, tapi Dinda sadar kalau dirinya nggak cukup suci dan pantas untuk Erza.

"Noda ini nggak akan pernah bisa di hapus." mata Dinda berkaca-kaca.

"Gue yang akan menghapusnya Dinda. Loe cukup berjanji akan cinta sama gue selamanya." Erza mengangkat wajah Dinda yang terus menunduk.

Sebuah ciuman hangat mendarat di bibir ranum Dinda, menggulum lembut bibir tipisnya. Belum pernah Dinda merasakan hal seperti ini sebelumnya. Baru kali ini Dinda merasakan ciuman yang hangat dan luar biasa, penuh cinta hingga terasa begitu manis.

Erza menghapus air mata Dinda yang menetes perlahan, hangatnya sentuhan tangan Erza merasuk ke dalam relung hatinya yang dingin dan kosong. Dinda seakan terisi penuh dengan luapan perasaan. Erza memeluk Dinda sampai tubuhnya bergetar. Getaran ini membuktikan bahwa Dinda benar-benar sudah jatuh cinta pada Erza.

"Gue akan bantu loe cari uang buat pengobatan Ibu, Din." Erza mencium kening Dinda, Dinda mengangguk pelan.

Dinda melepaskan salah satu anting pemberian mendiang ayahnya dan menyerahkannya pada Erza.

"Ini tandanya gue akan selalu cinta sama elo, Za." Dinda menyerahkan antingnya yang sangat berharga pada Erza.

"Gimana penampilan gue sekarang?" Erza memasang anting itu pada salah satu lubang tindik di telinganya.

"Kaya cewek." Dinda tersenyum manis.

Senja sore semakin menghilang dan berganti sinar rembulan. Cahaya putih itu menemani perjalanan pulang mereka malam ini. Erza menggandeng erat tangan Dinda menyelusuri jalanan. Banyak orang berlalu lalang, jalananpun macet.

Erza menoleh pada Dinda, tersenyum dengan manis. Dinda membalasnya dengan senyuman yang nggak kalah manis.

"Dinda." Erza mencium kening Dinda di tengah-tengah lautan manusia.

"Malu, Za."

Erza tak memperdulikan jawaban Dinda dan kembali mencium bibirnya.

Mungkin saat ini tak banyak yang mengetahui bagaimana Erza mencium Dinda. Bagaimana perasaan mereka meluap malam itu. Satu hal yang pasti, baik Dinda maupun Erza tahu bahwa perasaan mereka itu nyata.

•••DINDA•••

Dengan wajah berbinar bahagia Dinda masuk ke dalam rumah. Dinda ingin segera membagi kebahagian dengan Ibunya. Langsung saja Dinda masuk ke kamar Dita.

"Ibu? Ibu sudah tidur?" panggil Dinda, dia berjalan perlahan menuju ranjang ibunya.

Dita ibunya hanya terdiam, tak mau menjawab sapaan Dinda. Dinda sangat bingung dengan kelakuan ibunya, di tambah matanya begitu sembab dan bengkak seperti habis menangis.

"Ibu kenapa? Ada yang sakit?" tanya Dinda khawatir.

Dita langsung berdiri, walaupun tangan dan kakinya terasa sangat lemas tapi masih mampu menampar Dinda dengan keras. Isakan terdengar memenuhi telinga Dinda, Ibunya menangis. Dinda terdiam, tangannya menyentuh pipi yang terrasa begitu panas dan perih karena tamparan ibunya.

"Kau membuat ibu kecewa!!! BAGAIMANA BISA DINDA!!!!!??" teriak Dita.

"SUDAH BERAPA LAMA? Sudah berapa lama kau bohongi ibu???!!!" suara Dita yang meninggi terasa begitu berat.

Dinda yang menyadari amarah Ibunya langsung berlutut dan menangis. Dita tak peduli dengan tangisan Dinda, diambilnya pemukul kasur dan memukulkannya pada punggung Dinda beberapa kali. Dinda meringis menahan rasa sakit, ketakutan menyelimuti hatinya.

"Ampuni Dinda, Bu. Dinda ngelakuin ini semua buat Ibu." Dinda tersungkur dan memeluk kaki Ibunya.

"BAGAIMANA BISA DINDA?? Kau jadikan Ibu sebagai alasannya??!!" teriak Dita lagi.

"Ibu.." tangis Dinda.

"Ibu lebih baik mati dari pada harus melihatmu menjual diri." Dita akhirnya terjatuh di samping Dinda, nafasnya terasa sangat berat dan sesak, perutnya mengencang dan terasa sangat sakit. Sekejap kemudian dia pingsan.

"Ibu?? Ibu?? Ibu!!!!" Dinda menggoyang-goyangkan tubuh ibunya.

"Tolong!!! TOLONG!!!" Dinda berteriak meminta tolong. Para tetangga berbondong-bondong menolong Dinda, mengantarkan ibunya ke rumah sakit.

Tubuh Dita semakin lemas dan dingin. Nafasnya sangat berat dan sesak, sekeliling bibirnya membiru karena kurang oksigen.

Dinda hanya bisa berdoa dengan pasrah selama perjalanan menuju ke rumah sakit.

•••DINDA•••

Akhirnya Ibu Dinda tahu (T_T)

Terus dukung kisah cinta mereka ya gaes..

Klik like, comment, dan pencet fav❤️

Jangan lupa kasih dukungan buat author yang haus pujian ini..><

Wkwkwkwkwk

Selamat membaca ^^

❤️❤️❤️❤️

Bagi banyak cinta untuk banyak orang