Jejak Sang Perawan 25 Tahun Kemudian
“Saras, wangi tubuhmu tidak pernah berubah bahkan kesintalannya tidak lekang oleh waktu,” bisik Wira menelusuri dengan lembut setiap lekuk torso teman tidurnya dengan labiumnya yang basah.
“Kamu juga masih pria kutu buku paling tampan yang selalu buat aku enggan berpisah. Meski, kamu menghilang begitu saja, selalu ada kesempatan untuk reuni.”
Saras singkirkan untaian rambut yang jadi penghalang rasa nikmat yang Wira suguhkan.
“Apakah, hubungan kita masih sama seperti pertama kali kita berjumpa?”
“Ya, tanpa status dan tidak libatkan hati dan perasaan.”
“Tidak peduli siapa pun diriku yang sebenarnya?”
“Aku tidak ingin pikirkan hal yang rumit. Kebersamaan kita saat ini, yang terpenting bagiku.”
“Permainan kali ini aku ingin tanpa pengaman. Aku ingin merasakanmu tanpa penghalang apa pun?”
“Tidak akan ada yang kusesali dan kutuntut darimu. Vonis dokter untukku sudah jelas. Aku milikmu seutuhnya, Wira.”
Dua insan yang tidak ingin memberi arti pada relasi mereka tapi sama-sama berat untuk melepaskan diri. Seperti apa ujung dari kisah Saras yang harus bersembunyi dari Wira yang ternyata juga punya topeng pribadi?
Cover sampul di desain oleh Lanamedia.