DINDA
BAB 15. Terakhir.
Hari berganti hari, kondisi ibu Dinda semakin hari semakin bertambah buruk. Dinda membujuk ibunya untuk mau menjalankan proses kemoterapi dan pengobatan lainnya. Namun Dita selalu menolaknya.
"Jangan keras kepala, Bu."
"Ibu lebih baik mati dari pada harus memakai uang haram itu!! Kamu nggak perlu peduli lagi sama Ibu, Dinda. Ibu sudah siap menyusul Ayahmu."
"Ibu jangan bilang begitu, Dinda mohon, Bu."
"Apa yang mesti Ibu jawab kalau Ayahmu bertanya??? Ibu gagal mendidikmu Dinda!"
"Pergilah jangan pedulikan Ibu lagi!!" usirnya.
Dinda terus berusaha membujuk ibunya, tapi tangisan dan air mata Dinda seakan tak berarti apa-apa karena ibunya menolak semua pengobatan.
Hampir satu bulan Dinda mencoba dan berusaha. Kondisinya yang semakin melemah mengharuskannya masuk ke ruang ICU. Dinda tak bisa menyembunyikan lagi kekuatirannya saat dokter memasangkan sebuah alat bantu pernafasan pada Ibunya. Wajahnya memucat, Dinda hanya bisa pasrah.
Dalam kekawatirannya terbesit wajah Erza. Seandainya dia bisa sebentar saja bersandar pada bahu Erza. Namun Dinda menepis angan-angannya saat seorang dokter datang mendekatinya.
"Bagaimana Ibu saya, dok?" tanya Dinda cemas, jari jemarinya terus saling bertaut.
"Ibumu harus menggunakan alat bantu pernafasan untuk bertahan hidup Dinda. Kita tinggal menunggu mujizat dari yang Maha Kuasa. Maafkan saya." Dokter itu menunduk dan meninggalkan Dinda yang diam membeku.
Lidah Dinda terasa begitu kaku, tubuhnya terjatuh di lantai dingin ruang ICU. Kedua kakinya sudah tak mampu lagi menopang tubuh mungilnya. Dengan segenap tenaga Dinda bangkit dan masuk ke dalam ruangan Dita. Dilihatnya Dita saat ini terbaring lemah dan penuh dengan alat penunjang kehidupan.
"Ibu bangun..jangan tinggalin Dinda."
Dinda terus terisak di samping tubuh Ibunya.
•••DINDA•••
Sudah beberapa hari tubuh ibunya terbaring tak sadarkan diri di kamar ICU. Dinda semakin cemas dan bingung. Setiap hari Dinda menggenggam erat tangan ibunya yang terus memucat. Dinginnya ruang ICU membuat kulit Dita semakin mengkriput.
Semakin hari total biaya rumah sakit semakin besar. Tabungan yang Dinda kumpulkan selama ini telah habis untuk menutup biaya rumah sakit. Tingginya sewa peralatan medis membuat biaya rumah sakit semakin sulit terjangkau oleh Dinda. Padahal kalau semua peralatan itu di lepas makan nyawa Ibunya juga akan terlepas. Dalam kemelud hatinya Dinda teringat akan sosok Satrio, cepat-cepat Dinda mengambil ponselnya.
"Halo."
"Ha..halo..om..ini Dinda."
"Dinda??"
"Bi..bisa kita bicara, Om?"
"Boleh, kamu di mana sekarang? Om jemput sekarang."
"Dinda di rumah sakit, Om. Baik Dinda tunggu."
Dinda mengakui kalau dirinya benar-benar naif dan bodoh. Namun hanya dengan cara inilah Dinda bisa mendapatkan banyak uang tanpa harus menunggu waktu yang lama. Dalam hati Dinda berdoa supaya Satrio masih mau memberikannya uang, tidak marah karena kejadian dengan Erza dulu.
Dinda bangkit dari kursi tunggu pasien, diambilnya sisir, bedak, dan lipgloss lalu berlari menuju toilet RS. Wajah Dinda terlihat kusut karena kurang tidur, di pulasnya dengan sedikit sentuhan make up agar terlihat sedikit segar. Walaupun matanya berkaca-kaca, Dinda tetap tegar dengan ketetapan hatinya.
Belum sampai 10 menit Dinda menunggu di lobby RS, Satrio sudah sampai di depan rumah sakit. Tanpa berfikir lagi Dinda menghampiri mobilnya dan masuk ke dalam. Satrio sedikit kaget dengan penampilan Dinda sekarang.
"Kamu kurusan, Din?" Satrio membuka pertanyaan di tengah keheningan.
"Iya, Om."
"Kamu butuh uang berapa?"
"20 juta, ini yang terakhir kalinya, Om. Dinda mohon." ucap Dinda, wajahnya masih terus menunduk malu.
Dinda tahu kalau Satrio tidak akan memberikan uang itu secara cuma-cuma. Dinda sudah siap kalau harus melayani nafsu Satrio untuk mendapatkan uang itu. Mobil Satrio berbelok di area basement hotel, Satrio menggandeng Dinda untuk cek in.
Satrio memandang wajah sayu Dinda, dari dulu dia terpesona dengan wajah kalem anak SMA ini. Walaupun harus merogoh kantongnya dalam-dalam untuk mendapatkan kepuasan bersama Dinda, Satrio sama sekali tidak keberatan.
Dinda membuang semua harga diri yang tersisa dalam dirinya. Membiarkan pria tua yang lebih pantas menjadi bapaknya ini menyentuh semua bagian tubuhnya. Teringat kembali sosok Erza di dalam benaknya. Sosok pria yang begitu di cintainya. Dinda merasa begitu jijik dengan sentuhan tangan Satrio. Tak terasa air matanya menetes.
•••DINDA•••
Vania menghampiri Erza yang duduk termenung sendirian di depan gedung olah raga. Vania mencoba merapikan rambutnya sebelum datang menyapa Erza.
"Hai, Za."
"Elo lagi, mo ngapain?" tanya Erza ketus.
"Gue mo ngomong, Za."
"To the point aja, gue males dengernya."
Vania marah mendengar ucapan Erza.
"Cewek yang loe pilih itu cewek murahan, Za. Dia itu tidur sama cowok buat dapetin duit."
"Loe jangan ngomong sembarangan, ya!" ancam Erza.
"Dia tidur sama bokap gue tau ga??! Ngancurin keluarga gue..! Dan elo masih mau sama dia? Dia itu PELACUR Za." Teriak Vania.
"O..jadi laki-laki bangsat itu bokap loe?" Erza malah semakin benci dengan Vania.
"Jangan hina bokap gue, dia bayar pake duit saat tidur sama PELACUR itu!" Vania diliputi kebencian.
"Diam loe!!" bentak Erza.
"Asal loe tahu, gue yang kasih tahu ibunya sampe dia masuk rumah sakit. Ngerti ga loe, Za kalau Ibunya penyakitan dan anaknya pelacur gila? Dan gue janji kalau gue bakalan lebih hancurin hidup dia lagi kalau masih berani ganggu bokap gue."
PLAK!!
Erza menampar pipi Vania. Bekas tamparannya terlihat jelas di pipi Vania yang putih. Erza memandang Vania dengan penuh rasa benci. Ingin rasanya menghajar gadis itu, untung saja Erza masih bisa mengotrol emosinya dan berpaling meninggalkan Vania.
"Loe pasti bakalan nyesel, Za!!"
Erza terus berjalan meninggalkan Vania yang masih saja berteriak. Meneriakan sumpah serapahnya pada Dinda maupun dirinya.
"Di sini gue yang jadi korbannya, Za.. bukan Dinda!! Dia yang ngerebut elo dari gue. Ngerusak hubungan Papa dan Mama." Vania tersungkur dan menangis.
•••DINDA•••
Terus dukung kisah cinta mereka ya gaes..
Klik like, comment, dan pencet fav❤️
Jangan lupa kasih dukungan buat author yang haus pujian ini..><
Wkwkwkwkwk
Selamat membaca ^^
❤️❤️❤️❤️
Bagi banyak cinta untuk banyak orang