DINDA
BAB 21. Hujan Malam Ini.
Malam terasa begitu dingin, angin mulai terasa basah, pertanda hujan akan segera turun mengguyur kota Solo. Dinda berlari menembus keramaian, berbaur di antara kerumunan pejalan kaki yang menikmati malam pergantian tahun di sepanjang jalan protokol. Setiap malam pergantian tahun selalu ada pesta rakyat dan CFN ( car free night). Dinda semakin mempercepat langkahnya saat hujan mulai turun rintik-rintik.
Dengan setengah berlari Dinda melawan arus manusia, di belakangnya masih ada sosok yang begitu Dinda kenal mengejarnya. Ekspresinya sama cemasnya, sama rindunya, sama letihnya dengan Dinda. Tapi dia sama sekali tidak menyerah, bahkan semakin berlari lebih cepat.
Dinda berbelok masuk ke gang-gang kecil menghindari kejaran Erza. Hujan turun semakin deras, Dinda terus mencoba menghilang dari pandangan Erza. Namun sekeras apapun Dinda berusaha Erza masih saja sanggup menggapai langkahnya. Derasnya hujan ingin membuat tubuh Dinda menyerah, tetesan hujan terasa sakit menyentuh permukaan kulitnya yang putih.
"DINDA!!" teriak Erza, tanggannya meraih lengan Dinda.
Erza memandang lekat gadis di depannya, mencoba meyakinkan dirinya bahwa gadis ini betul-betul adalah kekasihnya. Cintanya yang hilang. Sedangakan Dinda masih terus menundukan wajahnya menghindari pandangan mata Erza.
"Dinda.." panggil Erza, Dinda diam.
Dinda mengambil kesempatan saat Erza lengah dan mendorongnya sampai jatuh lalu kembali berlari menjauh.
"Dinn..!!" Erza memanggil Dinda.
Dinda tak menghiraukannya, terus berlari dalam hujan. Erza bangkit dan terus mengejar Dinda. Badannya semakin terasa berat dan lemas, bajunya basah juga kotor belepotan lumpur karena terjatuh tadi. Dengan penuh perjuangan Erza kembali berhasil menemukan Dinda. Erza menarik kembali lengan Dinda sebelum berhasil berbelok di ujung jalan.
"Jangan pergi Din!! Kenapa elo begitu ingin ninggalin gue?!" Erza mengencangkan pelukannya, takut kalau Dinda berusaha kembali kabur darinya.
"Lepasin gue, Za!" Dinda meronta-ronta, dekapan Erza membuatnya kesakitan.
"Nggak, nggak akan gue lepasin lagi!!" jawab Erza, nafasnya mengembun karena hawa dingin.
"Za..lepasin!! Kumohon!! Erza!!" Dinda semakin meronta-ronta dalam pelukan Erza.
Jalan yang licin hampir membuat Erza terpeleset karena Dinda terus saja memberontak. Dinda ingin melepaskan diri dari pelukan Erza. Derasnya air hujan menutupi teriakan Dinda yang juga semakin keras terdengar.
"Kenapa, Din?? Sebenci itukah elo sama gue??!"
"4 tahun loe ninggain gue. Loe pergi tanpa bilang apapun, elo ninggalin gue sampai hampir gila, Din!!" Erza menggoyangkan pundak Dinda.
"4 tahun gue terus berharap bisa ketemu sama loe lagi!!" air mata turun dari mata Erza.
"...." Dinda tetap diam, tak menjawab.
"Pliss, Din. Kalau gue punya salah sama loe, gue minta maaf. Tapi tolong, Din, jangan pergi, karena gue nggak bisa kehilangan loe lagi." Erza berlutut di depan Dinda, membuang harga dirinya agar gadis pujaannya itu mau menerimanya kembali.
"Erza, bangun!! Loe nggak salah, Za." akhirnya suara Dinda terdengar.
"Gue yang salah, gue nggak bisa jadi cewek yang pantes buat elo. Gue kotor.. gue penuh dosa, gue menjijikan, Za!!" Dinda mencoba memaksa Erza berdiri.
"Gue mau loe bahagia, loe bisa dapetin cewek lain yang 100 kali lebih baik dari gue, Za. Yang lebih pantas. Yang bisa bikin elo bahagia." Dinda ikutan menangis.
"Gue cuma mau loe, Din. Kan gue udah pernah bilang, sesakit apapun, sehina apapun, seburuk apapun elo, gue cuma mau sama elo." Erza bangkit dan meraih tangan Dinda.
"Pliss, Za. Lepasin gue, loe punya masa depan yang lebih baik saat gue nggak ada." tolak Dinda.
Cengkraman Erza membekas merah pada pergelangan tangan Dinda. Semua yang Dinda katakan seakan sia-sia. Erza tak ingin melepaskannya.
"LEPASIN, ZA!!" Dinda berteriak.
"NGGAK!!"
Dinda terus meronta, Erza tak bergeming sampai tiba-tiba sebuah tangan menarik kerah bajunya dan membuatnya jatuh ke belakang.
"Lepasin dia, apa kamu tuli? Dia bilang nggak maukan??!" ternyata Yudi, sepupu Noni yang telah menarik Erza.
"Mas Yudi." Dinda terpekik kaget.
Erza bangkit dan kembali meraih tangan Dinda. Tanpa bertanya Yudi memberikan sebuah pukulan pada wajah Erza. Hidungnya yang mancung mengeluarkan darah segar, namun segera menghilang karena tersapu derasnya hujan. Erza geram, dia membalas pulukan Yudi, tepat mengenai wajah dan perut Yudi. Malam itu guyuran air hujan membungkam suara teriakan Dinda yang melerai mereka berdua.
"STOP ERZA!!" Dinda memeluk Erza dari belakang.
Erza masih mencengkram kerah baju Yudi, hendak memberikan satu buah pukulan lagi. Pelukan Dinda membuatnya tersadar dari amarahnya. Erza melepaskan cengkramannya, darah segar masih terus mengalir dari mulut dan hidungnya. Yudipun tersungkur saat Erza menghempaskan tubuhnya dan lebih memilih merasakan pelukan Dinda. Kepala Erza semakin berat dan pening, matanya mulai kabur.
Erza berbalik memandang wajah Dinda yang terlihat pucat. Bukan karena dinginnya air hujan, tapi karena melihat dan mengkhawatirkan keadaan Erza. Perlahan-lahan Dinda mengulurkan tangannya membelai lembut wajah Erza yang terluka. Di elusnya pipi Erza yang penuh dengan darah.
"Dinda, gue cinta sama loe." Erza langsung memeluk tubuh kekasihnya itu.
Erza memeluk Dinda, merebahkan kepalanya di pundak Dinda. Merasakan hangatnya pelukan yang begitu dia rindukan. Panasnya hembusan nafas Erza begitu terasa di kulit leher Dinda. Suhu tubuh Erza memanas, kepalanya terasa begitu berat, kesadarannya mulai menghilang.
"Jangan tinggalin gue lagi, Din." bisik Erza sebelum terjatuh dan pingsan.
"ERZA!!" teriak Dinda kaget.
•••DINDA•••
Erza tiba-tiba pingsan dan membuat Dinda histeriss ketakutan. Yudi yang sebenarnya menyukai Dinda akhirnya harus rela menolong Erza. Yudi membawa Erza ke dalam kamar kos Dinda, merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Suhu badan Erza terus meningkat membuat Dinda semakin cemas. Dinda membasuh setiap bagian tubuh Erza yang kotor dengan air hangat. Dinda juga mengompres lebam-lebam di wajah tampan Erza karena pukulan tadi. Dinda melepaskan baju Erza yang basah dan kotor.
Dalam keheningan Dinda memandang wajah Erza. Dinda kembali mengenang wajah Erza yang biasanya tampan dan ceria, namun kenapa saat ini yang dilihat justru wajah yang pucat dan menyedihkan.
Butiran air mata kembali membasahi wajah Dinda. Hatinya semakin kacau dan kalud. Dulu Dinda meninggalkan Erza supaya dia bisa hidup bahagia, supaya Erza bertemu dengan cewek lain yang lebih pantas. Tapi kenapa? Kenapa Erza malah semakin menderita karena dirinya?
Jari jemari Dinda mengelus lembut bibir Erza yang pucat dan terluka. Wajah Dinda semakin mendekat. Bibir merah Dinda melekat di wajah Erza dan turun untuk mencium lembut bibir Erza.
"Bangun Erza!! Bangun!!" Dinda menggoyangkan tubuh Erza sambil terisak.
Yudi sudah datang dari tadi, hatinya terluka melihat Dinda menangis. Ia mengurungkan niat nya untuk masuk dan hanya bersandar di balik pintu kamar yang setengah terbuka. Air mata Yudi ikut ikut mengalir seakan tahu apa yang Dinda rasakan.
•••DINDA•••
Akhirnya Erza ketemu Dinda
Terus dukung kisah cinta mereka ya gaes..
Klik like, comment, dan pencet fav❤️
Jangan lupa kasih dukungan buat author yang haus pujian ini..><
Wkwkwkwkwk
Selamat membaca ^^
❤️❤️❤️❤️
Bagi banyak cinta untuk banyak orang