DINDA
BAB 22. Rindu Setengah Mati.
Mata Erza perlahan-lahan terbuka. Sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar kosan membuat Erza terbangun. Kepalanya masih terasa sangat berat. Erza mencoba bangkit dan bangun tapi seseorang memegang erat tangannya.
Dinda tidur di samping kasur, tangannya yang mungil menggenggam erat tangan Erza. Erza tersenyum melihatnya, dielusnya pipi Dinda, sekedar memastikan kalau saat ini dia tidak sedang bermimpi. Dinda terbangun karena sentuhan lembut Erza. Sebuah senyuman terkembang di wajah Dinda begitu melihat Erza sudah siuman.
"Maaf gue ketiduran." Dinda masih tersenyum, rasanya canggung setelah sekian lama tidak bertemu dengan Erza.
"Auuuch..!" Erza meringis saat merasakan sakit di sekujur wajah dan tubuhnya.
"Tunggu aku cari air panas dulu." Dinda bangkit berdiri.
"Jangan!!" Erza segera meraih tangan Dinda berusaha menghentikan langkahnya.
"Jangan pergi!!" Erza tak ingin Dinda meninggalkannya lagi.
"Aku cuma mau ambil air panas buat kompres lukamu, Za." Dinda tersenyum lalu keluar menuju dapur.
Erza memakai kaos milik Yudi. Karena benci dengan Yudi, Erza langsung melepaskan kaos itu dan membuangnya di atas ranjang. Dengan sempoyongan Erza bangkit berdiri. Dirinya begitu penasaran dengan kehidupan Dinda selama ini. Bagaimana Dinda menjalani kehidupannya selama 4 tahum belakangan. Namun ketika pintu dibuka tiba-tiba.
BRUK!!!
"Adududu... sakit.." para penghuni kosan lainnya mencoba mengintip dari balik pintu. Mereka semua terjatuh karena Erza tiba-tiba membuka pintunya.
Erza kaget melihat tubuh tumpang tindih di depannya. Semuanya cewek, karena memang kos Dinda adalah kos khusus wanita. Erza malu karena banyak cewek yang mengerubunginya padahal dia masih bertelanjang dada. Dan yang paling bikin bulu kuduk Erza merinding adalah karena salah satu dari mereka adalah ibu kosnya Dinda.
"Beneran, hlo." teriak salah satunya.
"Lebih ganteng dari pada di TV, yo."
"Minggir.. Minggir..!" teriak Ibu kosan Dinda membelah kerumunan.
Erza masih terpana bingung melihat sosok wanita tambun yang rambutnya penuh dengan roll rambut itu. Daster batiknya sudah kelihatan sedikit kesempitan dan bibirnya dipulas dengan lipstik berwarna merah yang sangat menyala.
"Kenalin saya Minah." wanita itu terlihat malu-malu saat mengeringkan matanya pada Erza. Erza kelihatan takut saat menjabat tangan Bu Minah.
"Minta tanda tangannya boleh nggak?" ucapnya genit.
"Bo..boleh.."
"Bolpoin sama kertas?" Erza sedikit ragu.
"Di dada saya aja." ucapan ibu kosan Dinda sukses bikin Erza ilfill.
Untung saja Dinda segera datang membawa sebaskom penuh air panas. Kedatangan Dinda langsung menyelamatkan Erza dari permintaan maut sang ibu kos
"Kok kalian pada kumpul di depan kamarku? Sampai ibu kos juga?" tanya Dinda bingung saat mengetahui kamarnya dipenuhi seluruh penghuni kosan.
"Oh iya, Dinda minta maaf bawa teman laki-laki, Bu. Dinda tidak ada maksud apa-apa kok, kemarin dia pingsan jadi Dinda tolongin." Dinda takut kalau ibu kosnya marah mengetahui keberadaan laki-laki di dalam kamarnya.
"Oh..nggak apa-apa, saya malah senang kok kamu bawa teman kamu yang ganteng ini." Bu Minah kembali mengerling genit pada Erza.
"Terima kasih, Bu."
"Baik ganteng nanti diterusin lagi ya, sesi tanda tangannya." tangan ibu kos membelai dagu Erza. Erza bergidik geli.
Dinda hanya senyum-senyum melihat perubahan di raut wajah Erza. Satu-persatu penghuni kos kembali ke kamarnya masing-masing. Walaupun sebenarnya mereka masih menyisakan banyak pertanyaan dan rasa penasaran. Kenapa Erza bintang terkenal idola mereka bisa berada di kamar Dinda?
"Aduduh..." Erza mendesah kesakitan saat Dinda menekan lembut luka lebamnya dengan handuk hangat.
"Sakit, ya? maaf, ya, padahal udah pelan-pelan." senyum Dinda.
"Din, gue sayang banget sama loe." Erza menggenggam pergelangan tangan Dinda.
"Erza..."
"Stop!! Gue tau loe juga masih sayangkan sama gue." Erza memotong ucapan Dinda.
"Buktinya loe cium guekan semalem." Erza melanjutkan kalimatnya, dan menggoda Dinda.
Muka Dinda berubah, merona merah, semerah tomat. Dinda nggak menyangka kalau Erza tahu dia menciumnya semalam. Dinda sedikit marah mengetahui kalau Erza nggak sepenuhnya pingsan. Dinda menekan handuknya lebih kencang di wajah Erza.
"ADUH!!" Erza berteriak karena kesakitan.
"Padahal gue bener-bener khawatir."
"Gue bener-bener sakit kok. Bener-bener pingsan." Erza mendongakkan wajahnya memandang wajah Dinda yang tersipu. Rona merah memenuhi garis di tulang pipinya.
"Kalau loe mau, loe cium aja pas gue sadar..!" Erza tersenyum.
Dinda membuang handuknya dan langsung mencium bibir Erza. Melingkarkan tangannya pada leher Erza. Tak terbendung lagi rasa kangen yang terus menumpuk di dalam hatinya. Erza melumat kasar bibir Dinda, menggigitnya pelan. Kenikamatan dan rasa cinta meluap memenuhi hati mereka berdua.
Erza menarik tubuh Dinda agar semakin mendekat. Menariknya untuk duduk di pangkuannya. Dinda tak menolak, beberapa kali Erza memainkan lidahnya masuk memenuhi rongga mulut Dinda. Rasanya sangat manis, dan sangat membuatnya bahagian. Tanpa terasa Dinda meneteskan air matanya.
"Gue kangen banget sama loe, Din." Erza menghapus air mata Dinda.
"Gue juga, Za." Dinda menggigit bibirnya.
"Jangan tinggalin gue lagi."
"Iya." Dinda mengangguk meng-iyakan permintaan Erza. Erza tersenyum dan memeluk Dinda.
•••DINDA•••
Erza kembali ke Jakarta dengan wajah berseri-seri bahagia. Berbeda dengan anggota band lainnya yang pasang tampang super sewot pas nyampe di bandara. Gimana nggak sewot, ABU kena pinalty dari panitian event gara-gara Erza pergi di tengah-tengah acara. Dan tentu saja yang paling dibikin kesel adalah Riska, manager mereka. Sudah di omelin panitia masih kena semprot dari produser. Belum lagi panggilan dari temen-temen wartawan dan infotainment.
"Lain kali elo profesional dikit kenapa, Za?"
"Kalau masalah cinta tu kagak ada kata profesional, Ris. Yang ada cuma kejar terus sampai dapet." Erza ngeles dari amukan Riska.
"Terus gimana? Gue capek di telfon wartawan!! Apa loe bikin jumpa pers aja?!" gerutu Riska sebal.
"Maafin gue, ya." Erza malah cengar-cengir.
"Ambil hikmahnya aja, Beb. Sekarang Erza sudah sembuh dari penyakit melakonisme-nya." Uno merangkul pundak pacaranya.
"Ngaco aja, mana ada penyakit kaya gitu! Omongan loe belepotan tuh..!" Riska meninggalkan Uno dan kawan-kawannya.
"Ada kok, dan cuma ada di love storynya Erza." tambah Baim seneng, di rangkulnya pundak Erza.
"Ealah busyet dah, dibikin novel aja, Za." sahut Andy.
"Trus setelah ketemu Dinda, sekarang loe mau ngapain?" tanya Riska, tangannya masih terus mendorong koper masuk ke dalam konter bagasi.
"Ngelamar Dindalah." seru Erza mantab.
"Hah??!!! What??!" Riska nepok jidatnya lagi. Berfikir pasti bakalan tambah heboh beritanya muncul di infotainmen. Sukur-sukur ABU nggak sampai harus dinobatin jadi band yang paling penuh sensasional tahun ini.
"Damn Erza!!" Riska mengumpat.
Erza, Baim, Uno, dan Andy ketawa barengan.
•••DINDA•••
Akhirnya Erza mo ngelamar Dinda ^^
Terus dukung kisah cinta mereka ya gaes..
Klik like, comment, dan pencet fav❤️
Jangan lupa kasih dukungan buat author yang haus pujian ini..><
Wkwkwkwkwk
Selamat membaca ^^
❤️❤️❤️❤️
Bagi banyak cinta untuk banyak orang