DINDA-S2
BAB 29. Masa Lalu.
(Ada beberapa kata-kata kasar. Tolong bijak dalam membaca dan menyikapi❤️❤️❤️)
"Hallo, nama gue Cicil." seorang gadis cantik melambaikan tangannya. Badannya sedikit berisi, namun tak mengurangi kecantikannya.
"Ini Cicil, kalian bakalan bareng dia selama gue cuti." Riska memperkenalkan manager baru ABU.
"Widih.. neng gelis.. punya pacar ga, Neng?" tanya Andy, yang jomblo di ABU cuma tinggal Andy. doang.
"Belum, Bang, tapi cowok yang ditaksir ada." jawab Cicil malu-malu.
"Yaah.." Andy kecewa.
"Elo makanya diet biar kelihatan ganteng.!" Erza menggoyangkan perut buncit Andy.
"Jangan donk! Daya tarik gue ini. Zaman sekarang cewek lebih suka sama cowok prenagen kali." Andy menampik tangan Erza.
"Cowok L-man kaya kalian ma udah nggak laku. Takut gay." lanjut Andy.
"Sekarang ga gendut, ga kurus, ga six pack juga kalau ga berduit juga ga ada yang mau kale!" sergap Uno. Riska langsung ngelirik.
"Iyalah, emang mau dikasih makan cinta apa anak loe?" Riska langsung nyahut.
"Wkwkwkwk.. gue hampir punya anak dan ga bisa nemenin Venny." Baim ketawa terus sedih juga. Kesibukannya nggak ngijinin dia bertemu Venny.
"Jangan sedih, Im, lihat gue..!" Andy berdiri dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Ngapain loe?"
"Ini namanya gajih (lemak) movement gaes, tarian yang gue ciptain sendiri." Andy bangga.
"Iuuhh..jijay.. mata gue sakit." Uno protes.
"Malu-maluin di liatin Cicil." Erza menarik Andy duduk.
"Oke balik ke jadwal kita hari ini. Gue udah siapin costum buat manggung." Cicil mengeluarkan sederet baju dari sponsor.
"Trus ntar jangan lupa buat foto dulu, soalnya paid promote." lanjut Cicil.
"Oke." jawab anak-anak ABU serempak.
"Gue siapin mobilnya, kalian pilih dulu aja bajunya." Riska dan Cicil meninggalkan mereka.
Cicil menghampiri Riska di halaman parkir studio. Tangan mereka penuh dengan tas dan peralatan ABU.
"Kok loe bisa sih, Ris? Manager band kan berat." Cicil memasukan gitar Bass milik Baim.
"Hla guekan udah lama jadi manager mereka. Dari mereka masih SMP.." Riska memasukan gitar Uno.
"Serius? Kalian kenal dari kecil?" Cicil berbinar takjub.
"Iya. Makanya gue bisa pacaran sama Uno." senyum Riska.
"Wah..kalau gue deket sama mereka gue bisa donk jadi pacarnya Erza." Cicil tersenyum manis.
Riska diam sejenak. "Elo suka sama Erza?"
"Iya. Udah lama, sayang ga ada kesempatan. Kan pihak label uda nunjuk kamu jadi manager mereka." Cicil memasukan mic Erza, dan stik drum khusus milik Andy.
"Erza udah punya pacar, elo nyerah aja." Riska menutup bagasi mobil.
"Beneran? Yah... masa sih?" Cicil mencoba tak percaya.
"Bener. Elo nanya aja ama Erza."
"Punya pacar juga nggak pa-pa kok. Kan belum nikah, so masih halal buat di deketin." Cicil meninggalkan Riska kembali ke dalam studio.
"Ck ck ck.. cewe zaman sekarang buas-buas." Riska cuma geleng-geleng kepala. Riska sih tenang-tenang aja, soalnya dia tahu kayak apa cintanya Erza sama Dinda.
Setelah berangkat dan sampai ke gedung siaran, Erza, Baim, Uno, dan Andy sudah dandan cakep. Tim make up udah kasih mereka make up tipis-tipis supaya oke saat shooting.
"Ini naskah sebelum nyanyi, iklan sponsor doang, loe mau improv juga boleh. Ini titik kameranya." Tim kreatif ngejelasin semua hal ke Erza dan kawan-kawan sebelum mereka manggung.
"Oke." Erza memberikan jempolnya tanda mengerti.
"Kak Erza, ini sedikit kusut." Cicil membetulkan kerah baju Erza, tinggi tubuhnya yang terpaut jauh membuatnya sedikit berjinjit. Wajah mereka bertemu, Cicil tersipu malu.
"Udah belom? Ah lama.. Gue betulin sendiri aja." tolak Erza, ia menghempaskan tangan Cicil.
"Hei, gentle dikit sama cewe kenapa sih, Za?" Sergap Andy.
"Gue nggak suka aja dipegang-pegang."
"Wuih, kaya nggak inget zaman nakal-nakalnya elo aja." rangkul Baim.
"Sekarang tubuh dan hati gue cuma buat Dinda." cengir Erza.
"Bucin..bucin.. bucin perjaka!!" ledek Baim.
"Anying!!" umpat Erza.
"Oke ready? Yuk set posisi. Kamera rolling!!!" semua anak-anak ABU sudah menempati posisi masing-masing dan segera shooting.
Cicil menggigit kuku-kukunya, ia merasa sebal dengan perlakuan Erza padanya. Dalam hati juga terus bertanya-tanya siapakah Dinda? Kenapa dia bisa meluluhkan hati seorang Erza.
"Gue tetep akan deketin Erza." Gumam Cicil.
•••DINDA•••
Dinda mengantuk, semalam Erza menginap dan mereka mengobrol sampai pagi. Dinda sudah berganti baju seragamnya dan mulai bekerja. Hari ini resto cepat saji itu terlihat ramai. Hari Minggu memang hari untuk melepaskan penat.
"Mau pesan apa?"
"Ayam goreng paket ini dan ini."
"CD musiknya sekalian, Kak?"
"Penyanyinya?" tanya pelanggan itu.
"Ada Rxxx, Juxxxx, sama ABU." jawab Dinda.
"ABU aja deh, gue ngefans gila sama vokalisnya."
"Baik. Totalnya 150ribu. Ada tambahan lainnya kak?"
"Nggak, itu aja."
"Terima kasih." ucap Dinda setelah memberikan kembalian.
"Kenapa elo terkenal banget sih, Za!!" Dinda mengelus gambar cover CD musik di tangannya.
Dinda melanjutkan pekerjaannya. Melayani setiap pelanggan yang datang untuk makan ayam. Resto ayam ini memang luar biasa banyak penggemarnya.
"Mau pesan a...." Dinda tertegun, suaranya menghilang.
"Dinda??? Kamu Dindakan??" teriak pria di depannya.
Dinda mundur beberapa langkah ke belakang, wajahnya memucat. Tangannya bergetar hebat, jantungnya berdegup dengan cepat karena ketakutan. Semua orang memandanganya dengan keheranan.
"TIDAK!!" Dinda berlari meninggalkan toko ayam itu.
Dinda melepaskan topi dan menghapus air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Hatinya sangat terguncang dan bergetar ketakutan. Dinda berlari keluar dari pusat pertokoan, namun ternyata pria itu juga berlari membuntutinya.
"Dinda!!"
Dinda menoleh, lalu kembali berlari. Berlari sekuat tenaga. Dinda menuju lahan parkir mencari motornya. Belum sampai ke sana pria itu telah berhasil menangkapnya.
"Tidak!! Jangan!! Lepasin!!" Dinda ketakutan.
"Ini Om Dinda. Ini saya Satrio."
Bukannya Dinda tak mengenali Satrio, namun ingatan dan bayang-bayang kelamnya bersama pria itu membuatnya takut. Membuatnya malu, membuatnya kehilangan akal sehat.
"Tolong, Om. Lepasin!!"
"Dinda. Kenapa kamu pergi? Om kangen banget."
"Lepasin!!" Dinda merasa jijik, merasa terhina dengan perlakuan Satrio.
"Om terus mikirin kamu Dinda." Satrio tak mau melepaskan cengkramannya.
"Kalau nggak mau lepasin, gue teriak!!" Dinda menarik tangannya.
Satrio menyerah, melepaskan pegangan tangannya yang kuat.
"Pergi!! Pergi!!" Dinda bergidik dan mengusir Satrio.
"Om mau pakai kamu lagi Dinda. Om masih ingat dengan rasamu."
"Bajingan!!" Dinda menampar pria tua itu.
Satrio menyentuh pipinya, ia merasa terhina oleh pukulan Dinda.
"Dasar pelacur!! Wanita hina!!" Satrio membalas tanparan Dinda.
Dinda tersungkur ke bawah, memegang pipinya yang perih dan panas. Air matanya terus turun.
"Tolong!!!" Dinda berteriak.
Beberapa orang satpam dan pengunjung mulai mendekat.
"Sialan, wanita tak tahu diri! Lihat aja nanti Dinda!!" Satrio meninggalkan Dinda yang masih menangis dan tersungkur di bawah lantai parkiran yang dingin.
•••DINDA•••
Tetep di tunggu ya.
Tetep like
Tetep comment
Tetep fav
Tetep cinta ama author-nya
❤️❤️❤️