Chereads / DINDA / Chapter 29 - KOTOR

Chapter 29 - KOTOR

DINDA - S2

BAB 32. Kotor

(Ada adegan dewasa 18+, tolong bijak dalam memahami dan membacanya ❤️❤️❤️)

Jepret...

Jepret...

Wartawan mengerumuni area depan polsek Jakarta Barat. Mereka berbondong-bondong datang saat mengetahui Erza, idola muda yang sedang naik daun ada di kantor polisi. Rasa penasaran mereka tergelitik, ingin tahu kenapa Erza ada di sana. Erza melaporkan Satrio atas dasar percobaan pemerkosaan dan penganiayaan.

"Erza!! Ada masalah apa?"

"Ada kejadian apa?"

"Kasih komentar donk."

"Coba lihat kemari!"

Erza tetap diam dan bungkam, Cecil sudah mewanti-wanti Erza agar tidak bicara apapun. Dindapun masih terus bersembunyi di belakang Erza. Dinda menutup wajahnya yang memar dengan masker. Erza menggenggam erat jemari Dinda, menyalurkan kekuatan dan kehangatan.

Jepret..

Jepret..

Tangan Dinda bergetar hebat. Baru kali ini ia merasa sangat terpojok dan kebingungan. Flash kamera tak berhenti menyinari wajah mereka berdua.

"Stop!! No kamera please!!" kata Erza.

"Jawab Erza kenapa? Ada masalah apa? Siapa cewek ini?"

"Please temen-temen pers, gue belum bisa bilang." Erza melepaskan jaketnya dan menyelimutkannya di atas kepala Dinda.

"Ayo Dinda. Kita pulang, tetap menunduk ya." Erza menggandeng Dinda menerobos kerumunan wartawan menuju mobilnya.

Para wartawan masih mengejar mereka. Erza dan Dinda mempercepat langkah kaki mereka menuju mobil. Dinda terus memegang erat lengan Erza.

"Masuk Dinda." Erza membukakan pintu mobil. Beberap orang masih nekat berkerumun dan mengetok kaca mobil Erza.

Erza tancap gas menuju ke apartemennya. Meninggalkan para wartawan yang kecewa. Sepanjang jalan Dinda hanya bisa diam membisu. Pikirannya masih di penuhi kenangan pait yang baru saja terjadi. Masa lalunya kembali menyeretnya dalam penyesalan, apalagi Erza kini ikut terlibat. Padahal karir Erza baru saja beranjak naik. Dinda tak mau merusaknya.

"Kok diem aja, Din?" tanya Erza lembut, ia memindahkan tangannya dari perseneling mobil ke punggung tangan Dinda.

"Nggak papa kok, Za." Dinda melepaskan maskernya dan tersenyum pada Erza.

"Kan sudah di visum, ada buktinya. Dia pasti di penjara Dinda. Loe bisa tenang." Erza mengelus punggung tangan Dinda.

"Iya, Za." jawab Dinda.

Dinda menggenggam tangan Erza, rasanya sangat hangat dan nyaman. Tak terasa air mata Dindapun menetes. Erza sangat baik padanya, sangat mencintainya. Dan hal-hal bodoh yang pernah dilakukannya dulu membuat Dinda merasa sangat bersalah.

"Gue tahu loe mikir apa, Din! Jangan punya pikiran aneh, karena gue bakalan tetep sayang sama loe!" Erza menghapus air mata Dinda saat lampu merah menyala.

"Maafin Gue, Za. Maafin masa lalu gue."

"Nggak Dinda. Nggak ada yang perlu di maafin karena bagi gue masa lalu elo pun indah." Erza tersenyum dan melanjutkan perjalanannya.

•••DINDA•••

Sesampainya di apartemen Dinda, Erza menelfon dokter kenalannya untuk mengobati dan memeriksa lebih teliti lagi luka-luka Dinda.

"Nggak papa kok. Bini loe aman, nggak ada luka yang serius."

"Dia sempet pingsan pas kebentur lantai."

"Ya, mungkin pingsannya karena syok aja. Kepalanya nggak ada yang serius sih. Tapi buat jaga-jaga besok bawa dia ke RS deh."

"Oke, thanks, ya, Mon."

"Sama-sana, Sob. Jaga dia ya, kelihatannya syok berat."

"Sure."

Setelah berhigh five dengan Erza, Raymon, dokter muda itu pergi meninggalkan apartemen Dinda.

"Loe ga papakan Babe?" Erza tersenyum dan mendekati Dinda.

"Iya, ga pa-pa."

"Gue olesin salepnya, ya?" Erza membantu Mengoleskan salep di wajah Dinda yang bengkak.

"Auh..sakit." rintih Dinda.

"Gue pasti jelek banget ya, Za?"

"Nggak, cantik kok." Erza mengelus wajah Dinda.

"Bohong?"

"Nggak bohong.. mana lagi yang lebam?"

"Ini sama punggung kelihatannya." Dinda menunjukan lengannya yang penuh luka biru.

"Bajingan itu!! Harusnya gue bunuh aja." geram Erza.

"Jangan marah, Za Pliiis.. maafin gue." Dinda merasa takut sekaligus minder.

"Bukan salah elo, Din!!"

"Tapi gara-gara gue, Za. Gue yang punya masa lalu sama Dia, gue yang nggak hati-hati sampai bisa bukain pintu buat Dia." Dinda kembali terisak.

"Gue kirain elo yang dateng, Za."

"Gue nggak bisa jaga diri gue sendiri. Kok gue bisa bodoh banget sih, Za?" Dinda menangis di pundak Erza.

"Nggak Din. Loe nggak salah." Erza memeluk dan mengelus rambut Dinda.

"Gue jijik banget, Za. Gue jijik sama semua yang dia pegang." Dinda menangis lebih keras.

"Dinda, Dinda.. pliss dengerin gue. Gue akan hapus semuanya, gua yang akan gantiin semuanya Dinda." Erza mengangkat wajah Dinda dan menatap kedua matanya.

"Gue kotor banget, Za." Dinda mengusap-usap dengan keras lengan, leher, dan bagian lain yang sempat di sentuh oleh Satrio.

"Dinda stop.!" Erza menahan pergelangan tangan Dinda, menghentikan Dinda menyakiti dirinya sendiri.

Erza mencium pergelangan tangan Dinda, lalu mencium bibirnya. Melumatnya dengan lembut namun sedikit bertenaga.

"Mana lagi yang dia sentuh Dinda?" Erza memindahkan ciumannya ke leher dan setiap lengan Dinda yang membiru.

"Hiks..hiks..di sini.." Dinda mengelus rambut Erza, menangis dan menikmati setiap setuhan dari Erza di sekujur tubuhnya.

"Ayo kita bersihkan." Erza menggendong Dinda masuk ke dalam kamar mandi.

Erza menghidupkan shower air hangat, ia mengukur suhu airnya sebelum membuka bajunya. Erza menggandeng tangan Dinda memasuki kamar mandi.

"Kemarilah.." Erza menarik tangan Dinda dan memeluk tubuhnya.

"Erza.. gue kotor.."

Erza tak mengijinkan Dinda berbicara, ia kembali mencium bibir Dinda. Air mulai membasahi tubuh dan celana Erza. Erza mendorong lembut Dinda ke dinding, kini air hangat mengguyur rambut dan dress Dinda yang kotor dan kusut.

"Gue cinta sama loe, Din. Semuanya berharga bagi gue, nggak ada yang kotor, nggak ada yang menjijikan!" Erza mencium pundak Dinda dan membuka resleting bajunya.

Dinda diam, rintikan shower masih menemani keheningan mereka. Erza memandang penuh arti pada Dinda. Dinda melakukan hal yang sama.

"Gue juga cinta sama loe, Za." Dinda melingkarkan tangannya di pundak Erza, kembali mencium bibir Erza.

Erza mencium dan melumat dengan cepat bibir Dinda. Air hangat mengalir dan bercampur dengan ciuman mereka. Tawarnya air tak mengurangi rasa manis yang keluar dari perasaan mereka. Berbaur dan bercampur, menghasilkan hormon kebahagian yang menenuhi otak mereka saat ini.

Erza menurunkan pelan dress kuning Dinda. Tangannya mengusap lembut permukaan kulit Dinda yang halus. Erza memutar tubuh Dinda, ia mengusap punggung Dinda yang terluka. Mencium setiap luka lebam, dan menghisapnya pelan.

"Ah..." Rintih Dinda.

Erza memegang pinggang ramping Dinda dan mengelusnya naik ke atas. Erza meremas pelan dada Dinda sambil mencium pundak Dinda. Tubuh Dinda bergetar hebat, Dinda kembali menangis. Sentuhan Erza sangat lembut, sangat hangat, sangat berbeda, tapi tetap saja Dinda teringat akan traumanya.

"Hiks.. jangan, Za." Dinda menangis. Ia berjongkok ke bawah dan menutupi tubuhnya.

Erza tertegun, apakah perlakuannyaa malah semakin melukai Dinda?

"Maaf Dinda." Erza memeluk tubuh Dinda.

"Gue yang minta maaf, Za." Dinda mengangkat wajahnya.

"Mandilah, gue keluar." Erza mengelus rambut Dinda dan bangkit berdiri.

"Nggak, Za. Gue bisa, gue mau." Dinda menahan tangan Erza. Ia mengangkat wajahnya. Erza tersipu melihat betapa cantiknya Dinda saat itu.

Tanpa banyak bertanya Erza mengangkat dan menggendong Dinda ke atas ranjang. Melepaskan celananya yang basah dan segera memeluk tubuh Dinda.

"Elo cantik, Din. Dan gue suka." bisik Erza.

Erza kembali mencium Dinda dan menikmati setiap sentuhan lembut dari Dinda untuknya. Air mata Dinda mengalir saat mereka bersatu. Tidak ada lagi ketakutan, tidak ada lagi kecemasan. Erza mengatur ritme keluar masuknya se pelan dan senyaman mungkin untuk Dinda. Dinda baru kali ini merasakan betapa nikmatnya bercinta dengan rasa di cintai, bukan karena nafsu.

"Tatap gue, Din. Panggil gue!!" Erza mengangkat wajahnya, nafasnya masih menderu dan hangat di leher Dinda.

"Erza.." Dinda memanggil nama kekasihnya. Seulas senyuman menghiasi wajah cantiknya, Dinda memandang wajah ErZa dengan perasaan yang meluap-luap. Rasa cinta Erza mengikis habis semua ketakutan dalam diri Dinda.

Erza tersenyum dan menyentuhkan hidungnya yang mancung ke hidung Dinda.

"I love you, Dinda.."

"I love you too, Erza."

•••DINDA•••

Makasih..

Maaf baru bisa update

Saya baru selesai liburan..

❤️❤️❤️

Minta Like, minta comment, minta +fav.

Love you gaes..