DINDA - S2
BAB 36. Fake Love.
.
.
.
Sebulan kemudian.
Dinda terduduk manis di atas sofa, tidak ada hal yang bisa dia kerjakan selain duduk dan menonton TV. Sebulan belakangan ini hidupnya sangat menderita. Perasaannya sangat terluka. Kesepian melanda hatinya dan rasa bersalah membuat jiwanya semakin sakit.
"Wah kalian lengket sekali, Erza juga banyak dukung album baru kamu, ya, Sena?"
"Iya Kak Erza banyak dukung aku, makasih ya sayang." Sena mencubit pipi Erza. Erza tersenyum.
"Wuih mesranya.. Trus kapan kalian menikah?"
"Ah..kalau masalah itu doain aja ya..kalau jodoh nggak kemana kok."
Piiip..
Dinda mematikan TV-nya. Walaupun dia tahu Erza hanya pura-pura, tapi entah kenapa hatinya tetap saja terasa sangat perih. Hatinya teriris saat melihat kemesraan palsu antar Erza dan Sena.
Wanita itu sangat cantik, wajahnya sangat mirip dengan boneka. Tubuhnya juga tinggi dan sangat sexy. Penampilannya benar-benar mampu menaklukan hati pria manapun. Apalagi dia juga seorang artis, walaupun masih pendatang baru tapi nyatanya chart lagunya ada di posisi yang cukup tinggi.
Dinda merebahkan tubuhnya di atas sofa dan melihat ke arah langit-langit kamar. Cahaya lampu terlihat sedikit redup, sudah hampir seminggu ini Erza tak datang menjenguknya. Dinda mulai merindukan Erza, tapi tidak berani untuk menghubunginya.
"Apa Erza juga kangen sama gue, ya?"Dinda memejamkan matanya, membayangkan perkataan Erza sebulan lalu.
Satu bulan yang lalu Erza datang menemui Dinda. Menemukan Dinda yang pingsan di dalam kamarnya karena terlalu frustasi dengan keadaannya saat itu.
"Dinda..kenapa menyiksa diri kaya gini sih?" Erza memeluk tubuh Dinda.
"Maafin gue, Za." tangis Dinda saat dekapan Erza menyadarkannya.
"Kan udah gue bilang, gue akan selesaiin semuanya." Erza menggoncangkan tubuh Dinda.
"Iya, Za." Dinda menikmati dekapan hangat tubuh Erza.
Setelah Dinda berangsur-angsur membaik dan perasaannya sedikit tenang Erza baru berani mengutarakan niatnya. Ia menjelaskan perihal keinginan bossnya mengorbitkan artis baru dan pencitraannya sebagai pacar Erza. Mereka hanya berpura-pura pacaran. Erza tak punya pilihan, semakin lama menunda semakin berita tentang Dinda dan dirinya meledak tak terkendali. Apalagi Erza tak mungkin mengorbankan sahabat-sahabatnya kalau sampai ABU bubar.
"Din, maaf, ya. Kita bakalan jarang ketemu."
"Gue paham, Za. Gue bakalan nungguin kok." Dinda tertunduk lesu.
"Baim hampir jadi Ayah, Uno mau nikah. Kalau ABU bubar mereka pasti sangat kesusahan." Erza mengelus pipi mulus Dinda.
"Iya, Za. Maaf, ya."
"Jangan minta maaf terus donk. Gue nggak suka." Erza mengangkat wajah Dinda. Dinda menatap wajah kekasihnya penuh arti. Dalam hati sangat bersyukur ada seorang yang sangat mencintainya seperti ini.
"Sabar, ya, Din. Kita bisa melewati segalanya." Erza mencium bibir Dinda.
Triiing...
Bunyi ponsel mengagetkan lamunan Dinda. Dinda segera beranjak, dalam hati berharap Erzalah yang menelfon.
"Dinda!!!! Beritanya beneran??" suara cempreng Noni memenuhi telinga Dinda.
"Noni..jangan teriak donk, telingaku sakit." jawab Dinda dari sebrang.
"Beneran Erza pacaran sama Sena?? Wah gila tu orang!! Pengen aku tonjok aja." Noni terdengar emosi.
"Nggak Noni, cuma pura-pura kok. Pencitraan."
"Oh gitu? Kok koe boleh to, Din? Kan bahaya kalau Erza sampe kecantol cewe lain."
"Mau bagaimana lagi Non. Tuntutan pekerjaan juga."
"Koe ra popo to, Din? Ga sakit hati to?"
"Bohong deh kalau aku bilang nggak sakit hati." Dinda meneteskan air mata.
"Berita tentangmu juga sempet bikin mas Yudi dan aku kaget, Din."
"Iya, Non. Masa laluku emang kelam banget." ucap Dinda lirih.
"Tapi Dinda yang ku kenal bukan orang seperti itu." Noni membesarkan hati sahabatnya.
"Makasih Noni."
"Din, kalau kamu mau balik ke Solo, kita bersedia nemenin kamu lagi." Yudi menyahut ponsel Noni.
"Apaan sih mas Yudi. Kembaliin donk.." suara Noni terdengar merenggek.
"Bentar to Non..!" Yudi nggak mau kalah, mereka berdua berebut untuk bicara dengan Dinda. Dinda tersenyum membayangkan kekonyolan Noni dan Yudi.
"Sudah ya, Din. Pokoknya kalau mau pulang ke Solo pulang aja, kita welcome."
"Iya mas Yudi. Makasih, ya."
"Din..pokoknya jangan sedih, ya. Inget aku aja kalau sedih, ntarlak kamu mesti ketawa." seru Noni setelah berhasil merebut kembali ponselnya.
"Iya, makasih ya, Non." Dinda tersenyum manis, telefon dari Noni dan Yudi membuatnya sedikit lega.
"Bye, Din."
"Bye, Noni."
Dinda menutup ponselnya dan kembali merebahkan diri. Tanpa sadar matanya tertutup, rasa lelah membuatnya tertidur.
•••DINDA•••
"Makasih, ya, Kak Erza." Sena tersenyum manis, membuat Erza tersipu.
"Iya, sama-sama. Gue pergi dulu, ya."
"Kita keluar bareng-bareng donk, Kak. Biar diliat sama media kalau kakak anterin Sena pulang." Sena menggandeng lengan Erza dengan sedikit manja.
"Oke." Erza tak menolaknya.
Erza membukakan pintu mobil untuk Sena dan melambaikan tangannya berpamitan. Setelah melihat mobil Sena menjauh, Erza melirik jam tangannya.
"Jam 10 malam, Dinda udah tidur belom ya?" Erza menghela nafas panjang, sudah seminggu dia tak menemui Dinda. Padatnya jadwal manggung dan pencitraan dengan Sena menyita banyak sekali waktunya.
"Gue kangen banget sama Dinda." Erza melajukan mobilnya ke apartemen Dinda.
"Dinda??" tak ada jawaban, Erza masuk pelan-pelan ke dalam apartemen Dinda. Samar-samar tercium bau manis dari pengharum ruangan.
Erza melihat Dinda tertidur dengan lelap di atas tempat tidurnya. Erza tersenyum, ia duduk di samping ranjang Dinda dan mengelus lembut wajahnya.
"Harusnya kita bisa bahagia, Din. Harusnya kita bisa melewati semua ini." Erza mencium kening Dinda.
"Erza??" Dinda terbangun.
"Kok bangun? Ayo tidur lagi.." Erza menepuk bantal di samping Dinda. Dinda bergeleng menolak perintah Erza. Erza mencium rambut Dinda.
"Elo udah makan belom, Za?"
"Belom."
"Mau gue masakain nggak?"
"Boleh."
Dinda bangkit dan menguncir rambutnya. Ia segera membuka kulkas untuk mengambil beberapa bahan masakan, "Cuma punya telur, bikin nasi goreng mau?"
"Mau donk. Apa yang elo masak gue makan kok." Erza mendekati dan duduk di kursi depan patry.
"Bisa aja." Dinda memasak nasi goreng untuk Erza. Erza senang mengamati Dinda dari belakang.
"Cantiknya..." pelukan Erza mengagetkan Dinda.
"Cantikan Sena." entah kenapa Dinda membandingkan dirinya dengan wanita itu.
"Elo cemburu, ya, Babe?" Erza mencium pundak Dinda.
"Nggak, Za. Gue mana punya hak cemburu sama dia. Gue akui dia emang cantik kok." Dinda sebenarnya memang cemburu, tapi malu mengakuinya.
"Manis banget sih. Gue suka deh kalau loe cemburu gitu, Din." goda Erza.
"Nggak cemburu kok." Dinda masih berfokus mengaduk nasi gorengnya.
Erza mematikan kompor dan memutar tubuh Dinda.
"Cantikan elo, Din. Jadi nggak perlu cemburu. Cuma elo yang gue sayang."
"Tapi elo kelihatan mesra banget di TV." Dinda menghindari tatapan mata Erza.
"Gini masih nggak mau ngakuin cemburu." senyum Erza.
"Nggak cemburu kok."
"Duh gue jadi nggak kepingin makan nasi goreng. Gue pengennya makan elo aja." Erza melepaskan kaosnya dan membopong Dinda ke kamar.
"Erza lepasin!!" protes Dinda.
"Nggak bisa." tolak Erza.
"Hahahaha..geli Za.. pliss berhenti..geli banget.."
Erza tak bisa berhenti mencium dan memakan Dinda malam itu.
•••DINDA•••
"Sena ntar elo ada jadwal wawancara live bareng Erza, ya." Cicil memberikan draf naskah pada Sena.
"Oke, Cil. Ngomong-ngomong kak Erza pernah nanya-nanya nggak tentang gue?" Sena menunggu tim make up menata rambutnya.
"Nggak tuh."
"Ah..masa sih?? Kok bisa Dia nggak terpesona sama gue ya? Padahal kemarin pas gue senyumin dia malu-malu tuh." Sena menaruh dagunya di meja rias.
"Erza sudah punya pacar."
"Iya gue tahu, dulu juga baca beritanya. Amit-amit kok mau sama cewek bekas orang." Sena mengangkat wajahnya.
"Cinta katanya."
"Hari gini emang bisa tahan hubungan cuma atas nama Cinta?" Sena membetulkan bulu matanya.
"Ntahlah.."
"Gue mau coba deketin Kak Erza ah.. masa sih kecantikan gue kalah sama cewek itu?"
"Serah elo aja. Lagian gue juga nggak rela kalau cewek itu dapet cintanya Erza." Cicil meninggalkan ruangan Sena.
"Erza pasti bertekuk lutut sama gue." Sena tersenyum senang.
.
.
Dinda kembali menyetel TV nya. Ia melihat acara Live di Sebuah stasiun swasta yang menyiarkan wawancara Erza dan Sena hari ini.
"Sena berterima kasih dan sayang banget kok sama Kak Erza. Dia banyak bantuin project musik Sena."
"Iya, Babe. Makasih juga sudah suport aku ya." senyum Erza.
"Trus banyak yang tanya apa hubungan kalian ini pencitraan, soalnyakan Erza terkenal punya pacar namanya Dinda. Sampe di buatin lagu segala." tanya Karina selaku pembawa acara.
"Nggak donk, kak Erza memang dulu punya pacar, tapi udah putus. Setelah tahu kebenarannya Kak Erza jelas nggak mau lanjutin hubungan mereka." Sena menjawab pertanyaan itu dengan luwes, Erza hanya diam tak membantah.
Dinda diam membeku, ucapan Sena seakan-akan terdengar sangat nyata di telingannya.
"Buktiin donk!!" seru pembawa acara senang.
"Oke."
Sena mencium pipi Erza dengan mesra, di sambut sorakan semua penonton yang ikutan bahagia dengan hubungan mereka berdua. Erza tak punya keberanian untuk menolaknya, dan Dinda hanya bisa menangis karena rasa sakit hatinya.
"Tetap dukung cinta Erza dan Sena, ya." ucapan Sena mengakhiri sesi wawancara hari itu.
•••DINDA•••
Hallo..
Makasih ya..
Berikan banyak like dan comment untuk kisah Dinda dan Erza ya.
Makasih banyak.
❤️❤️❤️
Q Cintah kalian cemua ^^