DINDA - S2
BAB 38. Resah.
(Ada adegan dewasa dan kata-kata kasar. Harap bijak dalam membaca dan menyikapinya ❤️❤️❤️)
Kemarin...
.
.
.
Jreeeesss...
Air hangat turun dari atas shower, Erza memeluk dan mencium leher Dinda. Menikmati aroma manis dari tubuhnya. Tubuh mereka berdua sangat kotor karena kehujanan.
"Rambutmu sudah mulai panjang, Din." Erza menyibakkan rambut Dinda ke samping, membuat lehernya terbuka. Dengan lembut Erza menghisap leher Dinda dan meninggalkan kiss mark di sana.
"Iya." Dinda menjawab dengan malu-malu.
"Ayuk mandi yang bersih biar nggak kena flu." Erza menuangkan sabun di tubuh Dinda. Wangi sabun memenuhi udara hangat di balik kaca kamar mandi.
"Mana bisa mandi kalau begini caranya?" Dinda tertunduk.
"Bisa, kan gue yang mandiin." Erza tersenyum nakal.
Erza menggosok sabun di punggung Dinda. Dinda menahan rintihannya saat Erza dengan lembut membasuh seluruh permukaan kulitnya dengan busa sabun.
"Nggak usah di tahan, Babe. Kan cuma kita berdua yang tahu." bisik Erza di telinga Dinda.
"Gue malu, Za. Padahal baru aja gue nangis bombay kaya orang gila." Jawab Dinda kalem.
"Hahahaha...iya juga. Sanpe ingusnya belepotan tadi." Erza geli dengan jawaban polos Dinda.
"Tapi gue suka banget denger suara loe, Din. Elo teriak aja ga pa-pa kok, Din?" Erza mencium bibir Dinda dan memepet tubuhnya agar lebih mendekat lagi.
"Hmmp.. E..Erza.." Dinda tak kuasa menahan rasa cintanya saat Erza mulai melancarkan serangannya di area-area pribadi Dinda. Ia mendesah dan mengigit pundak Erza.
"Iya cantik.. teriak aja." Erza mengangkat tubuh Dinda dan melakukan penyatuan.
"Erza..!"
"Apa sih? Kurang dalem?" goda Erza.
"Elo jahat.." Dinda memejamkan matanya menahan rasa sakit saat Erza menggerakkan miliknya lembut dan berirama.
"Tapi loe sukakan?" Erza mencium lagi bibir dan pundak Dinda.
Air hangat masih mengguyur keduanya, memberikan rasa nyaman di setiap otot-otot tubuh mereka yang menegang karena permainan cinta.
"Din, sory gue nggak pakai pengaman." ucap Erza beberapa saat setelah mencapai puncak percintaan mereka.
"Hah??" Dinda juga baru saja tersadar.
"Ga pa-pa. Kalau jadi malah bagus." senyum Erza.
"Bagus dari mananya?" Dinda mencubit pipi Erza yang memerah karena air hangat.
"Ayo keringin dulu badannya, Din. Nanti flu..!" Erza memberikan handuk pada Dinda.
"Hatching!!!" seru Dinda sesaat sebelum meninggalkan kamar mandi.
"Yah..baru aja di bilang, udah keluar deh flunya." Erza membantu Dinda mengeringkan rambutnya.
"Hatching!!" seru Dinda lagi.
"Ga tahu mesti ketawa atau sedih gue.." Erza bergeleng sambil tersenyum, pasalnya dia sedih kalau Dinda sampai sakit, tapi mendengar suara bersin Dinda yang imut membuatnya geli.
"Hatchingg..!!"
"Sory, ya, Babe. Kelihatannya kita terlalu lama bercinta di kamar mandi." Erza memeluk Dinda.
"Pakai baju sana!! Dan jangan deket-deket gue dulu. Ntar elo ketularan, Za." perintah Dinda.
"Oke.." Erza mencari kaosnya dan merebahkan diri di atas ranjang.
"Maafin gue ya, Za." Dinda ikut merebahkan diri di atas ranjang.
"Elo suka banget minta maaf sih, Babe?" Erza memutar tubuhnya ke samping. Kini mereka berhadap-hadapan.
"Gue kaya orang ga tahu diri deh, Za."
"Siapa bilang?"
"Ya gue ngerasa aja, gue sadar diri aja, Za." Dinda berkaca-kaca.
"Sini!!" Erza membuka dekapannya agar Dinda masuk dalam pelukannya.
"Dibilang jangan deket-deket, takut ketularan." Dinda menolak.
"Halah!! Tadi aja gue uda banyak cium elo. Peluk doang ga bakalan ngaruh." Erza menarik tubuh Dinda dalam pelukannya.
"Dasar mesum!!"
"Yang pentingkan mesumnya cuma sama elo aja." Erza mengelus dan mencium rambut Dinda.
"Makasih ya, Za. Selalu ada buat gue."
"Makasih juga, Din, udah bikin hidup gue jadi lebih indah." Erza semakin mendekap Dinda dengan erat.
.
.
.
"Jadi gimana kak Erza? Bolehkan Sena naksir? Bolehkan PDKT." pertanyaan Sena membuat Erza sedikit kaget dan merasa sebal.
"Nggak! Mending elo pakai waktu loe buat konsentrasi sama pekerjaan. Elo udah mau lauching single lagikan?!" jawab Erza ketus.
"Duh Kak Erza. Jangan kolot donk! Lagian juga Sena kan nggak minta Kak Erza langsung terima perasaan Sena." Sena membuat nada suaranya semanja mungkin.
"Jangan bikin gue ilfil, Sen. Selama ini gue nahan rasa dongkol sama elo karena kita sama-sama saling membutuhkan. Jadi pliss jangan ngelewatin batas!" Erza pergi meninggalkan Sena.
"Kak Erza." Sena mengejar Erza.
"Achh!!!" Sena berpura-pura terjatuh. Erza menoleh karena mendengar jeritan Sena.
"Aduh, Kak. Tolongin Sena donk."
"Haaahh..." Erza menghela nafas panjang dan mendekati Sena.
"Kok bisa jatuh sih?" Erza sebel.
"Mau kejar Kak Erza. Trus terpeleset, soalnya sepatu Senakan heelsnya tinggi." Sena bergelayut manja saat Erza membantunya berjalan.
"Aduh sakit banget!!!" seru Sena.
"Nggak bisa jalan?" Tanya Erza, Sena bergeleng sebagai jawaban dan isyarat agar Erza menggendongnya.
Erza menggendong Sena dan membawanya ke ruang back stage pribadi Sena. Di tengah jalan tim kamera melintas. Tanpa pikir panjang mereka merekam kejadian ini.
"Weh sweet banget!! Kita rekam ya, buat intermezo wawancara kalian nanti."
"Serah elo aja." jawab Erza ketus.
"Maaf ya Kak Erza." Sena masih menikmati dekapan tubuh Erza.
"Sampai." Erza menaruh Sena di kursi dan cepat-cepat meninggalkannya.
"Makasih, Kak. Maafin kata-kata Sena tadi, ya." Sena terlihat mencoba meminta maaf dengan tulus.
"Oke. Gue cabut dulu." Erza meninggalkan ruangan Sena.
"Sampai ketemu di dalem." lambai Sena.
"Liat aja Erza. Sedikit demi sedikit pasti elo bakalan berpaling sama gue." senyum Sena senang.
•••DINDA•••
Jangan lupa dukung saya ya
❤️❤️❤️❤️
Selalu kasih jempol, +fav dan commentnya ya.. biar semangat.