Chereads / DINDA / Chapter 23 - WILL YOU MARRY ME?

Chapter 23 - WILL YOU MARRY ME?

DINDA

BAB 23. Will You Marry Me?

Di daun yang ikut

Mengalir lembut

Terbawa sungai ke

'Ujung mata

Dan aku mulai takut

Terbawa cinta

Menghirup rindu

Yang sesakkan dada

Jalanku hampa

Dan kusentuh dia

Terasa hangat

Oh didalam hati

Kupegang erat dan

Kuhalangi waktu

Tak 'urung jua

Kulihatnya pergi

Tak pernah kuragu

Dan s'lalu kuingat

Kerlingan matamu

Dan sentuhan hangat

'Ku saat itu takut

Mencari makna

Tumbuhkan rasa yang

Sesakkan dada

Kau datang dan pergi

Oh begitu saja

Semua 'ku terima

Apa adanya

Mata terpejam dan

Hati menggumam

Di ruang rindu

Kita bertemu ...

(Letto, Ruang Rindu)

Suara angin berdesir lembut di telinga Dinda. Udara pagi yang sejuk dan sinar matahari pagi yang hangat menemani Dinda berziaran. Tangannya terus bekerja mencabut dan membersihkan rumput liar yang mulai tumbuh di makam Ayah dan Ibunya. Setelah bersih, Dinda menebarkan bunga mawar memenuhi gundukan makam kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu, maaf Dinda baru bisa datang. Sudah lama sekali Dinda nggak menjenguk kalian berdua." Dinda duduk di samping makam, matanya berkaca-kaca.

"Dinda kangen banget sama belaian Ibu." Dinda menangis, tangannya mengelus nisan ibunya.

Kicauan burung yang bertengger di dahan pohon kamboja membuat nyaman hati Dinda. Dinda sudah menghabiskan waktu duduk berjam-jam di samping makam orang tuanya. Menceritakan segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya belakangan ini.

"Maafin Dinda, Bu. Dinda kehilangan Ibu karena kesalahan Dinda. Sekarang Dinda berjanji akan menjaga apa yang Dinda miliki dengan sepenuh hati." air mata kembali tumpah dari kedua pelupuk matanya.

Dinda menghapus air matanya saat sebuah jaket berwarna hitam menyelimuti pundaknya. Erza berjongkok di depan Dinda dan mencium punggung tangannya.

"Bukan Dinda yang harus jagain Erza, tapi Erza yang harusnya jagain Dinda." Erza tersenyum manis.

"Ibumu pasti akan berkata seperti itu sayang. Mana mungkin dia akan menyerahkan anaknya kalau pria itu tak bisa menjaga anaknya?" Erza duduk di samping Dinda.

"Erza, kapan loe dateng?" Dinda menghapus lagi air matanya.

"Kenapa balik Jakarta nggak ngomong-ngomong? Kan gue bisa jemput di bandara."

"Mau bikin kejutan, sekalian ziarah. Gue kangen sama Ayah dan Ibu." Dinda menyandarkan kepalanya di pundak Erza.

"Nggak kangen sama gue?" goda Erza.

"Nggak, ngapain kangen sama loe?" balas Dinda, ngodain Erza.

"Ada Ayah sama Ibu hlo, nggak boleh bohong." cubit Erza.

"Apaan sih, Za?!" Dinda malu.

"Loe nggak ngenalin gue ke Ayah dan Ibu, Din?" tanya Erza.

"Iya.. Ayah.. Ibu.. ini Erza, dia itu..." Dinda memandang geli kepada Erza.

"Saya calon suaminya Dinda." sahut Erza.

"Za, ngomong apa sih?!" Dinda mencubit lengan Erza.

"Aduh.. sakit Dinda. Gue cium hlo kalau nggak berhenti nyubit." Erza masih tertawa melihat wajah Dinda yang tersipu malu.

"Habisnya pakai ngomong calon suami segala, kan malu sama Ayah sama Ibu."

"Beneran Dinda, gue kesini emang mau ngelamar elo sama Ayah dan Ibu."

"Apaan sih, Za..?!" Dinda kaget dan tak percaya.

Erza mencari sebuah benda kecil berkilau di dalam saku bajunya. Lalu kembali berjongkok di depan Dinda, menggenggam erat kedua tangannya. Kehangatannya membuat Dinda tak ingin melepaskannya lagi.

"Din, semenjak elo nabrak gue di persimpangan jalan 4 tahun lalu. Gue bener-bener udah jatuh cinta sama elo, Din. Walaupun hanya sebentar kita pacaran, tapi elo sudah jadi wanita paling berharga dalam hidup gue." Erza mengambil cincinnya.

"Will you marry me?"

Dinda memandang bahagia cincin pemberian Erza. Matanya mulai mengeluarkan air mata, kali ini bukan air mata kesedihan seperti yang selalu terjadi dalam hidupnya. Kali ini adalah air mata bahagia, bahagia karena memiliki Erza di sisinya.

"Iya, gue mau." isak Dinda.

"YEEESS!!!" Erza memeluk Dinda dan menggendong sambil berputar.

Berjuta-juta bungapun tak akan sanggup melukiskan betapa besar kebahagiaannya saat ini. Betapa besarnya cinta Erza pada Dinda, dan cinta Dinda pada Erza.

"Gue akan jagain loe selamanya." Erza memasang cincin ke jari manis Dinda.

"Restui kami, ya, Ayah, Ibu.." Erza menggandeng tangan Dinda di depan makam orang tuanya.

"Boleh cium nggak?" pinta Erza.

"Ntar ah, malu sama Ayah Ibu." tolak Dinda.

"Kan biasanya di akhir lamaran ada adegan ciumannya."

"NANTI!!"

"Yah marah." Erza menggandeng tangan Dinda dan meninggalkan area pemakaman.

••••END OF SEASON 1••••

Hallo,

Season 1 tamat.

Habis ini akan ada keseruan cerita Baim dan Venny dalam Side story.

Di lanjutkan kisah perjuangan Erza mendapatkan restu kedua orang tuanya untuk menikahi Dinda dalam season 2.

Stay read ya readers..

Love you to the moon and back.

❤️❤️❤️❤️