"Ayo ikuti Ibu! Karena kita harus menyapanya sebelum pernikahan dimulai!" Kata Ratu sambil memegang tangan Anna.
"Tunggu Ibu." Kata Anna yang merasa ada yang harus ia lakukan sebelum bertemu pangeran.
"Ada apa?" Tanya Ratu dengan bingung.
"Aku akan kembali ke kamarku sebentar karena aku melupakan bungaku. Selain itu, aku ingin pipis." Jawab Anna dengan cemberut.
Ratu menarik nafas dalam. Ia tidak mungkin menahan putri Anna yang ingin pipis itu.
"Baiklah, tapi aku harus segera kembali!"
"Baik ibu." Setelah itu, Putri Anna segera pergi bersama Eun menuju kamarnya. Untuk sesaat ia merasa lega karena ia belum siap bertemu Pangeran Gojong.
Beberapa menit kemudian
Eun dan Putri Anna dikejutkan oleh suara keras seseorang yang mengetuk pintu kamar putri Anna.
"Siapa itu? Kenapa dia mengetuk pintu sekeras itu?" Tanya Putri Anna yang masih duduk di depan cermin setelah ia selesai dari kamar mandi.
Gaunnya yang berat pun sudah terpasang, tinggal dandanannya yang harus di perbaiki sedikit sehingga ia berada di depan cermin cukup lama.
"Saya akan membukanya." Kata Eun.
Setelah pintu terbuka, Nyang berlari menghadap Putri Anna.
"Ada apa? Kenapa kamu penuh darah begini?" Tanya Putri Anna dengan panik saat melihat wajah Nyang terluka.
Tentu saja Anna heran kenapa Nyang seperti itu. Karena dia tahu kalau Nyang merupakan pelayannya yang sangat hebat dalam bertarung atau memainkan pedang.
"Sekarang juga, tuan putri dan Eun harus meninggalkan istana ini. Karena di Istana ini ada sedang terjadi pengkhianatan." Jawab Nyang setelah mengatur nafasnya.
Anna semakin bingung. Ia baru saja meninggalkan Aula utama di Istana itu, tapi sekarang ada pengkhianatan?
"Bagaimana bisa ada pengkhianatan? " Tanya Anna yang belum bisa pergi sebelum mendapatkan penjelasan lebih lanjut.
Nyang semakin tidak sabaran. " Tuan putri tolong jangan banyak bertanya, kita sudah tidak punya waktu. Selain pengkhianatan yang berasal dari dalam Istana, ada kabar juga kalau pangeran pertama kerajaan Gyongje akan menculik anda karena ia tidak rela adiknya menikah lebih dulu. Pangeran pertama adalah iblis, oleh karena itu anda harus segera pergi "
"Yang mulia, ayo kita pergi! Karena pangeran pertama itu memang iblis." Kata Eun sambil membantu Putri Anna melepaskan gaunnya yang berat agar ia bisa berlari.
Sementara itu, Nyang menunggu di pintu untuk memastikan kalau prajurit yang berkhianat belum menuju kamar Putri Anna.
Sesaat kemudian.
Putri Anna sudah selesai mengganti gaunnya. Setelah itu ia langsung mengikuti Nyang sambil mengendap-endap bersama Eun yang setia.
Tepat saat itu, Putri Anna mendengar suara orang yang sedang bertarung.
"Tunggu, bagaimana dengan orang tuaku?" Tanya Putri Anna dengan khawatir.
"Pasukan kerajaan sudah tidak bisa bertahan lagi. Oleh karena itu, yang mulia meminta saya untuk menyelamatkan Anda terlebih dahulu. Setelah itu, saya akan kembali menyelamatkan orang tua anda." Jawab Nyang.
"Aku tidak bisa pergi, karena aku harus melihat kedua orang tuaku baik-baik saja." Setelah mengatakan itu, Putri Anna berlari menuju kearah Aula.
"Tuan putri tunggu!" Nyang mencoba menghentikan Putri Anna.
Akan tetapi, Putri Anna terus berlari sehingga Nyang dan Eun segera menyusulnya.
Putri Anna yang masih berumur tujuh belas tahun itu, tidak bisa mengontrol emosinya.
Aula kerajaan.
Tidak lama kemudian, Putri Anna sampai di Aula. Seketika itu, dia menyaksikan peperangan yang sengit, suara pedang bersaut-sautan dan para perajurit yang melindungi Raja dan Ratu mulai tumbang satu persatu.
"Hahahaha ... Bunuh mereka semua! " Teriak pangeran Sunjong dengan diiringi gelak tawa yang keras.
"Iblis kamu Sunjong. Kamu melakukan pengkhianatan kepada kakak mu sendiri. Terkutuk kamu." Suara Raja Sujin menggema di seluruh Aula sambil menunjuk kearah Pangeran Sunjong dengan pedangnya.
"Diam kamu raja bodoh, terimalah kematian mu bersama istri tercintamu agar aku bisa menduduki tahtamu." Setelah mengatakan itu, Pangeran Sunjong berlari membawa pedangnya menuju tempat berdirinya Raja dan Ratu.
"Tidak ... !"Teriakan Putri Anna melengking membuat Pangeran Sunjong berhenti di tengah-tengah dan berbalik melihat kearah sumber suara dengan tatapan buas.
"Putri Anna ... Pergilah dari sini cepat .. " Teriak Raja Sujin ketika melihat anak satu-satunya itu sudah berdiri di hadapan bahaya.