Chereads / Flower Of Evil (Indonesia) / Chapter 6 - Bab 6

Chapter 6 - Bab 6

Setelah itu Anna keluar lalu berjalan menyusuri lorong yang sunyi dengan ukiran tembok dikedua sisi nya terlihat sangat indah dan menakjubkan.

Akan tetapi, ia bingung harus kemana saat ia sampai di pertigaan karena jalannya terlihat sama.

"Nona ikuti saya !" Kata pelayan Cha yang tiba-tiba muncul di belakang Anna.

"Oh astaga ... " Anna kaget melihat pelayan Cha yang sudah berada di dekatnya.

Dia muncul dari mana? Apakah dia manusia?

"Ayo nona!" Untuk kedua kalinya, suara pelayan Cha membuat Anna kaget.

Anna pun mengangguk patuh tanpa mengatakan apapun. Setelah itu, ia mengikuti pelayan Cha dari belakang.

Ruang Makan.

Sesampainya di ruang makan, untuk sesaat Anna tertegun ketika bola matanya menangkap pemandangan yang menakjubkan berupa lukisan indah terpahat rapi di ruang makan.

Lelaki dengan rambut panjang yang sedikit terurai, hidungnya mancung dan garis wajahnya begitu sempurna. Ia duduk bagaikan dewa yang perkasa.

"Siapa lelaki itu? " tanya Anna pada pelayan Cha yang masih berdiri di sampingnya.

Pelayan Cha tersenyum karena bisa menebak kalau Anna terpesona pada tuannya, ia juga merasa kalau Anna adalah wanita spesial karena ini pertama kali bagi Tuannya membawa seorang anak manusia untuk memasuki istananya yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.

"Dia adalah dewa yang ditugaskan menjadi penunggu hutan larangan ini. " Jawab pelayan Cha.

'Aku pikir dewa itu hanya ada dalam cerita dongeng Ibu ratu yang dia cerita setiap malam. Ternyata, dewa itu memang ada dan dia sangat tampan.'Batin Anna.

"Sekarang nona bisa duduk di sebarang tuang untuk menikmati sarapan nona.!" Kata Pelayan Cha mempersilahkan Anna untuk segera duduk.

"Iya." Anna pun segera mengikuti petunjuk pelayan Cha karena dia memang sangat kelaparan.

Sesaat kemudian.

Anna duduk dengan patuh dan mulai menyantap makannya. Sesekali dia melirik kearah lelaki yang duduk dengan di seberangnya.

Tidak lama kemudian, ia mulai merasa aneh karena lelaki itu sama sekali tidak bergerak atau melihatnya sama sekali.

'Apa dia patung? Kenapa dia hanya diam tanpa menyapa orang yang ada di seberangnya? Apakah ini aturan dewa?. Batin Anna sambil mengunyah makanannya.

"Hi anak manusia! Cepat selesaikan makananmu jika kamu ingin hidup!."

Anna tersentak kaget saat mendengar suara lelaki itu yang tidak asing di telinganya.

Seketika itu, ia teringat lelaki bertanduk dengan mata merah menyala yang ingin membantunya untuk mati saat ia berdiri di tepi jurang.

Lelaki itu pun mengangkat wajahnya dan menatap Anna dengan tatapan yang mengerikan. Anna pun langsung yakin kalau mereka adalah lelaki yang sama walaupun pagi ini ia tidak melihat tanduk dan mata merahnya.

Ekspresi Anna langsung berubah, tubuhnya gemetaran sehingga tanpa sadar sendoknya terjatuh ke lantai, segera setelah itu Anna berdiri dari duduknya.

"Apa yang terjadi?" Tanya pelayan Cha yang tiba-tiba muncul dengan telinga yang memanjang seperti kelinci.

"Arrgg ... " Anna berteriak ketakutan melihat wujut pelayan Cha yang sudah berubah seperti seekor kelinci. "Kalian siapa? Apa kalian bukan manusia?" Sambung Anna dengan suara yang gemetaran

Mendengar pertanyaan Anna, lelaki itu pun berdiri dari duduknya dengan tatapan setajam pisau.

Sedangkan pelayan Cha mulai merasa khawatir, karena yang dia tahu kalau tuannya memiliki tempramen yang buruk dan membenci suara bising saat sedang berada di meja makan. Selain itu, dia takut kalau tuannya sampai mengucapkan satu kalimat yang akan membuat para dewa murka padanya lalu menambah hukumannya.

"Tuan ... Kendalikan diri anda! Dia adalah manusia yang tidak boleh Anda sentuh atau sakiti!" Kata pelayan Cha mencoba mengingatkan tuannya.

Anna terus mundur melihat lelaki itu perlahan mendekat kearahnya.

'Kenapa dewa menuliskan hidupku seperti ini? Aku adalah tuan putri yang terhormat dari kerajaan Daeksu, tapi nasibku begitu buruk setelah meninggalkan istana dan terperangkap di hutan ini. Akankah aku bisa selamat atau mati sebelum melakukan balas dendam?' Batin Anna sambil meneteskan air mata.

"Bukankah kamu lelaki bertanduk dengan mata merah menyala yang kemarin ada di bibir jurang? Dan apa yang sudah kamu lakukan pada perempuan terhormat sepertiku sehingga aku berada di tempat yang aneh ini?" Tanya Anna dengan keberanian yang masih tersisa sedikit di dalam dirinya.