Karena tidak mau dibunuh, mereka hanya bisa menatap sakit dari kejauhan saat anak-anak mereka yang masih belasan tahun di seret dengan kejam.
"Mau dibawa kemana mereka?" Tanya Anna dengan heran setelah semua prajurit itu menghilang dari pandangannya.
Lelaki paruh baya itu berjalan menuju tempat duduk yang terbuat dari kayu itu. Ia pun meneguk satu gelas minuman di gelas kayu miliknya.
Anna pun duduk di seberang lelaki paruh baya itu sambil menunggu dengan sabar jawaban dari pertanyaan nya.
"Semenjak raja Sujong naik tahta, sistem dan aturan serta kebijakan kerajaan berubah. Para gadis muda itu dikirim ke kerajaan Gyongje untuk dijadikan hadiah yang akan ditukar dengan emas dan kemakmuran serta keamanan kerajaan. Mereka juga menarik pajak yang begitu tinggi sehingga terjadi begitu banyak kelaparan diberbagai desa. Banyak sekali kekejaman Raja Sujin yang dilakukan kepada rakyatnya. Termasuk aku yang harus merelakan anak perempuan ku dibawa sebagai budak di kerajaan Gyongje. Hingga hari ini, aku tidak tahu kabarnya. Ingin aku melihatnya, tapi aku tidak punya kekuatan." Lelaki paruh baya itu langsung menunduk lalu menangis setelah menceritakan semua yang dia tahu.
Anna pun tidak bisa menahan air matanya saat ia mendengar penderitaan rakyatnya. Kerajaannya yang makmur dan aman berubah menjadi kerajaan yang mengerikan.
"Apakah paman masih percaya kalau tuan putri Anna adalah orang yang baik?" Tanya Anna yang ingin memastikan kesetiaan lelaki itu padanya.
"Saya masih berharap kalau tuan Putri Anna bisa kembali lagi dan mengembalikan sistem kerajaan seperti dulu. Saya mengenal tuan Putri Anna sejak saya menjadi komandan pasukan perang di Istana sebelum saya mendapatkan cidera dan diberhentikan. Walaupun saya tidak pernah melihat wajah putri Anna, tapi saya tahu dia gadis yang baik dan bijak sana seperti raja dan ratu." Jawab lelaki itu dengan sebenarnya.
Anna merasa tersentuh karena ia masih memiliki pendukung yang mempercayai dirinya.
Karena ia yakin kalau lelaki itu baik, Anna pun membuka cadarnya lalu menatap lembut kearah lelaki paruh baya itu.
Untuk sesaat lelaki paruh baya itu terpesona dengan kecantikan Anna yang bersinar melebihi indahnya pelangi. Seperti kata orang, siapapun yang bisa melihat wajah putri Anna maka ia akan diliputi keberuntungan selama putri Anna menghendakinya.
"Siapakah nona ini sebenarnya? Dari wajah anda, saya yakin kalau anda bukanlah wanita sembarangan?" Tanya lelaki itu.
Anna pun tersenyum sambil berkata, " Aku adalah tuan putri Anna Lee!"
Lelaki paruh baya itu langsung terkejut. Setelah itu, ia pun langsung menunjukkan hormatnya kepada Anna.
"Apa kamu percaya kalau aku adalah putri Anna?"
"Bagaimana mungkin saya bisa meragukan wajah cantik yang dipenuhi cahaya yang indah ini. Dan hanya satu orang yang kabarnya memilikinya, yaitu tuan putri Anna."
"Terimakasih sudah percaya padaku. Sekarang kembalilah duduk di tempatku dan mari bicara!" Kata Anna.
Lelaki paruh baya itu pun langsung duduk kembali dengan patuh. Tapi, sikapnya berubah lebih sopan kepada Anna.
"Aku tidak tahu kalau waktu sudah berjalan selama satu tahun. Padahal aku merasa baru dua hari tertidur di suatu tempat. Tapi, bukan itu yang terpenting sekarang karena aku harus bisa mengambil kembali apa yang menjadi hak ku. Akan aku pastikan semua gadis-gadis dari wilayah ku kembali ke tempat mereka." Kata Anna sambil mengepalkan tinjunya.
Setelah itu, Anna kembali menatap tajam kepada lelaki paruh baya itu sambil bertanya, "Oh iya, siapakah namamu paman?"
"Nama saya Kim Yo-seok. Tapi saya sering di panggil jendral Yo pada masa saya menjabat."
Anna terkejut mendengar nama jendral Yo, karena ia masih ingat kalau jendral Yo adalah orang kepercayaan Ayahnya.
"Itu artinya anda adalah orang kepercayaan Ayahku? " Tanya Anna sambil tersenyum senang.
"Iya tuan putri!" Jawab Yo-seok sambil mengangguk."Oleh karena itu, saya harus menyelamatkan anda dari sini."Sambung Yo-seok.
"Tapi ... "
"Tidak ada kata tapi tuan putri, anda harus segera pergi dari sini. Jika anda ingin membalas dendam, maka kumpulkan kekuatan terlebih dahulu. Tuan putri tidak bisa pergi dengan tangan kosong."
Anna terdiam mendengar perkataan Yo-seok. Dia memang tidak memiliki kekuatan apapun untuk melakukan perlawanan sehingga kecil kemungkinan ia bisa menang.