Tatapan gadis itu semakin buyar, disamping telinganya terdengar suara angin bukan suara Anna dan sekujur tubuhnya sudah kehilangan indera perasa.
Diantara sadar dan tidak sadarnya, gadis itu membuka matanya yang berat, dia melihat Anna dengan tatapan yang buram. Setelah itu, ia pingsan dalam pelukan Anna.
"Hey ... Bangun!" Anna menepuk-nepuk pipi gadis itu dengan bingung karena dia hanya orang asing di tempat ini.
"Aku harus bagaimana? Kemana aku harus membawanya? Dia sepertinya terluka parah."
Anna mencoba mencari bantuan ke sana kemari. Awalanya dia ingin meninggalkannya, tapi hati kecilnya tidak bisa meninggalkan gadis itu, apalagi mereka sesama wanita.
Setelah lama kebingungan, Anna mendengar suara kuda yang datang dari arah belakangnya.
Seketika itu, Anna memberanikan dirinya untuk menghentikannya.
"Tolong ... " Teriak Anna.
Kuda itu langsung berhenti. Anna pun membuka matanya dan dengan pelan melirik orang yang baru saja turun dari kuda.
Ia adalah seorang lelaki menggunakan jubah biru campur putih yang kainnya terbuat dari sutra langka. Anna pun langsung bisa mengenali kalau lelaki itu bukan orang biasa.
Anna lebih kaget lagi saat melihat dengan jelas wajah lelaki itu. Ia tampan dan penuh wibawa.
"Tuan tolong selamatkan gadis itu!" Kata Anna dengan ekspresi memohon ketika lelaki itu sudah berdiri tegak di hadapannya.
Tanpa mengatakan apapun, lelaki itu segera memeriksa siapa perempuan yang tergeletak di tanah dengan berlumur darah itu.
"Tuan putri ... " Ucap lelaki itu ketika ia melihat siapa perempuan yang terluka itu.
'Tuan putri Yun ? 'Batin Anna dengan kaget.
"Siapa namamu?" Tanya lelaki itu sambil menatap tajam kearah Anna.
"Aku ... Aku ... Lee ... " Jawab Anna dengan gugup.
"Lee ... Tolong bantu aku membawanya ke tabib. Dia terluka parah dan aku tidak akan bisa memaafkan diriku jika dia terluka." Kata lelaki itu sambil mengangkat tumbuh tuan putri Yun.
"Iya. " Anna langsung membantu lelaki itu untuk membawa Tuan Putri Yun naik ke punggung kudanya.
Sesaat kemudian, kuda itu membawa mereka bertiga menuju rumah tabib.
Beberapa jam kemudian.
Tuan putri Yun membuka matanya, ia lalu menatap sekeliling. Ia melihat seorang pemuda duduk bersandar di samping tempat tidurnya.
Menyadari pengeraman Putri Yun, Anna pun segera bereaksi.
"Tuan putri ... Akhirnya anda sadar."Ucap Anna sambil tersenyum lega. Akan tetapi, putri Yun tidak menjawabnya, Anna pun mencoba bertanya sekali lagi," Tuan Putri, Apakah ada yang tidak nyaman?"
"Siapa kamu? Dan dimana aku sekarang?" Tanya Putri Yun dengan suara yang lemah.
"Saya hanya pemuda biasa yang kebetulan menemukan tuan putri di jalan." Jawab Anna dengan ramah.
Putri Yun terdiam sambil mengingat kejadian sebelumnya
Dia jelas ingat bahwa ia sedang berada di kamar menunggu suaminya pulang. Tapi, kenapa dia bisa berada di jalanan?
"Apakah tuan putri tidak ingat apa-apa?" Tanya seorang perempuan yang juga duduk di sebelah Putri Yun, dia adalah tabib wanita yang sudah mengobati tuan putri.
"Bisa jadi tuan putri tidak ingat apa-apa. Itu karena lukanya terlalu parah." Kata Anna yang ikut membuat analisa.
"Luka terlalu parah?" Putri Yun langsung kaget, seketika itu ia merasakan sakit yang teramat menyengat di bagian kepalanya.
"Astaga ... Kenapa aku bisa berakhir seperti ini? Siapa yang sudah melakukannya padaku?"
"Tenanglah putri!" Gadis itu meminta putri untuk tidak banyak bergerak karena ia khawatir lukanya akan terbuka.
"Aku tidak bisa diam disini saja. Aku harus menemui suamiku karena dia akan cemas jika tidak menemukan aku di rumah." Putri Yun sangat panik saat mengingat soal suami yang sangat ia cintai itu.
"Putri, tolong jangan panik. Bagaimanapun juga anda harus bisa tenang demi anak yang ada dalam perut anda."
"Anak? " Putri Yun kaget karena ia tidak tahu kalau dirinya hamil.
"Iya. Anda sedang mengandung tuan putri!" Kata Anna yang mencoba untuk membantu menenangkan putri Yun.
Seketika itu ingatan putri Yun terkumpul semua. Ia ingat kalau yang melakukan semua ini adalah perempuan yang ingin merebut suaminya.
"Berapa bulan umur kandungan ku?" Tanya Putri Yun sambil memegang perutnya.
"Baru tiga bulan lebih. Oleh karena itu, janin masih belum stabil dan akan sangat buruk bagi janin jika putri tidak bisa tenang." Jawab gadis itu.