Aku ingin menjadi egois untuk sekali saja. Menjadi yang tak pernah perduli, agar semuanya tak semenyakit kan saat aku perduli. Menjadi acuh agar tak kembali terluka dengan pengabaian.
-khaira-
****
Revisi [15 April 20]
Hari Minggu yang terasa sangat suram, tak ada quality time. Tak ada acara kumpul keluarga, tak ada acara weekend bareng teman dan tak ada acara membahagiakan lainnya.
Yang ada hanya, kesendirian yang setia menemani hari-hari Khaira. Gadis jelita yang terlalu sering merasakan kesendirian disaat semua orang menikmati hari libur dengan bersantai bersama keluarga.
Khaira bahkan lupa bagaimana rasanya menjadi hangat saat berada ditengah-tengah keluarga utuh. Menjadi pusat perhatian disaat kumpul bersama karna ia merupakan anak satu-satunya.
Tapi rasanya, itu semua hanya sebuah kemustahilan yang sulit menjadi nyata.
Ia lebih mengutamakan kebahagiaan sang mama diatas kebahagiaanya.
Biar semua kesunyian dan rasa hampa ini ia yang merasakan.
Sebuah suara yang berasal dari benda pipih berlogo apel digigit tersebut membuyarkan lamunan Khaira.
Dengan gesit ia mengangkat panggilan dari sebrang.
"Khaira, aku mau ngajak kamu keluar. Kamu siap-siap, sebentar lagi aku nyampe." Suara dari seberang membuat Khaira mengembangkan senyumnya.
"Siap bos."
Raja sudah tiba dirumah Khaira. Namun sosok yang ia tunggu belum juga menampakkan wujudnya.
Sesuai rencana, Raja ingin mengajak Khaira jalan di akhir pekan ini. Sudah 30 menit ia berlalu, gadis belum juga turun. Entah mengapa cewek kalau berdandan sangat lama membuat para cowok yang menunggu hampir mati kebosanan.
Tak lama Khaira turun dari kamarnya.
"Yuk," ujar Khaira yang baru turun dari lantai dua rumahnya.
"Akhirnya, hampir aja aku tidur loh tadi nunggu kamu lama banget," ucap Raja sambil berdiri.
"Maaf, yaudah ayo."
Raja mengangguk, lalu mereka berjalan menuju pintu utama. Tak lupa Khaira izin kepada bik Yayan. Agar tidak ke carian nantinya.
Raja membantu Khaira untuk memasang kan helm di kepalanya. Baru ia memasang helm di kepalanya.
"Siap," tanya Raja memastikan Khaira sudah naik dengan aman dibelakang nya.
"Siap."
Motor yang mereka tunggangi bergabung dengan kendaraan lain, Raja mengendarai motor metic nya dengan pelan. Tak ingin mengambil resiko jika ia membawa dengan kecepatan penuh.
Motor yang raja kendarai akhirnya berhenti disalah satu mall yang mereka pilih. Setelah membantu Khaira melepaskan helm. Raja menggenggam tangan Khaira, menuju pintu masuk.
Mereka berkeliling sebentar guna mencari tempat makan yang pas dengan selera. Khaira mengajak Raja untuk memasuki salah satu cafe yang ada dilantai dua mall tersebut.
"Biar aku aja yang pesen, kamu mau makan apa?" Ucap Raja sambil menyerahkan buku menu yang memang terletak dimeja.
"Mm, aku mau makan ayam bakar aja deh, minumnya jus melon ya."
Raja mengangguk, setelahnya ia pergi kekasir untuk memesan makanan untuknya dan juga Khaira.
Khaira memilih memainkan hendpone nya sambil menunggu Raja datang. Saat sedang asik dengan dunianya, tak sengaja Indra pendengarnya menangkap suara yang sangat familiar.
Ia menoleh ke meja yang berada tepat dibelakang tubuhnya. Di sana ia melihat Irza yang lagi tertawa lepas bersama Riska. Posisi Irza yang membelakanginya membuat keberadaanya tidak diketahui oleh pria itu.
Dapat Khaira lihat, Irza yang tertawa lepas mendengar ucapan Riska. Aura kebahagiaan sangat terpancar dari kedua orang tersebut.
Membuat senyum miris terukir di wajah Khaira, dadanya kembali merasakan sakit di dadanya. Ia mencoba acuh dengan keberadaan mereka. Guna menyelamatkan hatinya. Agar tidak merasakan sakit yang lebih lagi.
Dari arah samping Raja datang dengan nampan yang berisi pesanan mereka. Raja menaruh pesanan tersebut didepan Khaira. Dengan sigap Khaira membantu raja untuk menyusunnya diatas meja.
Raja duduk didepan Khaira, alisnya menyatu kala melihat raut sendu terpancar dari wajah gadis didepannya. Selang beberapa detik, ia tau apa penyebabnya.
Raja menghela nafas pelan, ia menggenggam tangan Khaira yang berada di atas meja.
"Jangan didengerin, apa kita pindah aja?"
Khaira mendongak, ia mengernyit kan dahinya kala mendengar pertanyaan Raja, Raja yang paham dengan kebingungan Khaira pun, Mengedikkan dagunya kearah belakang punggung gadis itu. Khaira yang paham maksud Raja, hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa pindah Ra."
Khaira tersenyum, ia menggeleng sambil membalas genggaman Raja agar meyakinkan pria jangkung itu bahwa ia baik-baik saja.
"Kita lanjut makan aja, sebentar lagi filmnya mulai."
Setelahnya mereka makan dalam diam, Raja menatap Khaira lekat. Ia memperhatikan setiap pergerakan kecil yang gadis itu lakukan.
Mulai dari cara ia memasukkan nasi itu kedalam mulut, hingga cara gadis itu berkedip. Semuanya tak luput dari pandangan Raja.
*******
"Filmnya seru banget Ja, aku jadi ngebayangin gimana indahnya tinggal ditengah-tengah keluarga harmonis kayak mereka."
Ada nada getir didalam suaranya. Dan Raja menyadari itu. Ia juga menyadari raut wajah sendu yang coba Khaira sembunyikan.
"Tapi mereka harus kehilangan Ra, emang kamu siap kehilangan seperti mereka?" Raja mencoba bergurau, untuk mengembalikan suasana hati Khaira.
Tapi jawaban yang gadis itu berikan tidak sesuai dengan perkiraan Raja.
"Aku bahkan sering merasakan kehilangan, hingga rasa yang timbul akibat luka lain tak terasa lagi sakitnya," Raja langsung memeluk tubuh mungil gadis dihadapannya. Keberadaan mereka yang tidak ditempat ramai membuat Raja berani untuk melakukan hal itu.
Dengan lembut lengan kekar milik Raja mengelus surai hitam nan lembut milik gadis itu. Ia mencoba memberi dukungan lewat elusan tersebut.
"Everything is okey, kamu hanya perlu percaya bahwa mereka benar-benar menyayangimu. Tapi keadaan yang membuat mereka harus pergi meninggalkanmu."
Baju bagian depan Raja basah, menandakan betapa berat beban gadis itu yang ia bagi kepada Raja. Suara tangis Khaira yang menyayat hati kembali Raja dengar. Cowok itu masih setia mengelus surai Khaira. Mencoba menenangkan gadis jelita itu.
Hingga sepuluh menit berakhir, Khaira melepas pelukannya ditubuh Raja, ia menatap Raja dengan wajah sendunya. Ada luka yang menganga yang gadis itu pancarkan lewat matanya.
"Aku ingin menjadi egois dengan tidak peduli lagi Ja, aku ingin seperti mereka," Raja yang tengah membersihkan sisa-sisa air mata yang ada di pipi Khaira pun membalas tatapan gadis itu.
"Kamu berhak melakukan apapun yang kamu inginkan, kalau kamu udah capek. Ingat masih ada aku buat kamu berkeluh kesah," ucap raja dengan senyum tulus yang terbit di wajah tampan miliknya.
Khaira yang mendengar penuturan Raja tak bisa menahan senyum indah yang ia punya. Ia mengangguk sekali, setelah itu ia kembali memeluk Raja. Seakan jika ia melepas pelukan tersebut, Raja bisa saja pergi meninggalkan dia kembali.
*****
"Makasih udah nemenin aku jalan."
"Iya. Habis ini langsung masuk, cuci tangan yerus tidur ya. Besok sekolah," ucap Raja sambil mengusap rambut Khaira.
"Kamu juga, langsung pulang. Kalau udah nyampe jangan lupa kabarin aku."
Raja mengangguk. Ia menatap Khaira sebentar sebelum berlalu pergi dari hadapan Khaira.
"Seru ya jalan bareng cowok lain."
Khaira yang hendak membuka pagar rumah, tersentak. Khaira menoleh ke asal suara, disana ia melihat Irza tengah menatapnya dari atas motor.
"Kamu, ngapain malam-malam kesini?" Khaira meruntuki pertanyaan bodoh yang keluar dari mulutnya.
Irza mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? Kamu takut ketahuan jalan bareng cowok lain?"
"Bukan, bukan gitu maksud aku. Dia bukan cowok lain Za, dia sahabat aku."
"Mana ada sahabat yang real antara cewek sama cowok."
"Tapi kita nggak ada hubungan yang kayak kamu maksud Za," cicit Khaira pelan sambil menunduk.
Irza menatap Khaira datar. Jangan dikira Irza tidak menyadari kehadiran Khaira tadi di cafe. Irza tau hanya saja ia sengaja untuk tidak menegur gadis nya.
"Terserah."
Khaira menatap Irza yang sudah pergi meninggalkan ia dengan perasaan kalutnya. Khaira bingung, siapa yang salah? Ia? Atau Irza? Kenapa selalu Khaira yang terlihat salah di mata cowok itu?
Khaira masuk kedalam, langsung menuju kamarnya. Ia menghempaskan badannya keatas kasur. Rasa lelah nya membuat Khaira malas untuk membersihkan diri, tanpa sadar ia sudah jatuh terlelap menuju alam ke alam mimpi.
******
Batam, 13 Desember 2019.