Chereads / The Sweetest Love / Chapter 11 - Pergi Saat Dia Kembali

Chapter 11 - Pergi Saat Dia Kembali

"Kapan kamu berencana menceraikan dia, Bela?" tanya Frida tanpa rasa bersalah sama sekali.

Bela yang mendengar langsung membelalakan kedau mata lebar, tidak menyangka jika sahabatnya akan menanyakan hal tersebut. Pasalnya, pernikahan pun baru berlangsung beberapa menit yang lalu, pesta resepsi pun belum selesai dilaksanakan. Para undangan juga masih asyik menikmati hidangan dan berbicara dengan kenalan mereka, tetapi Frida sudah menanyakan mengenai perpisahannya denga Naga.

Sedangkan Naga hanya diam, menatap ke arah Frida sinis. Entah kenapa, dia membenci semua yang berhubungan dekat dengan Bela. Menikah pun hanya karena paksaan dari kedua orang tuanya. Hingga Frida yang melihat hal tersebut berdecih kecil dan menatap ke arah Bela.

"Bela, aku harap setelah pernukahan ini selesai, kamu langsung meminta pisah dengannya," ucap Frida kembali. Dia bahkan tidak menyembunyikan kekesalan yang dia rasakan. Frida dengan gamblang menunjukkan ekspresi kesal dengan Naga.

"Gak usah kamu suruh, setelah ini selesai aku akan menceraikan dia," sahut Naga, mulai tidak tahan dengan ucapan Frida.

"Baguslah kalau begitu. Soalnya teman saya ini gadis yang baik dan gak seharusnya dia menikah dengan kamu," ucap Frida, masih terlihat sinis dan tidak bersahabat sama sekali.

Mendengar Frida yang mengatakan jika Bela baik membuat Naga langsung tertawa kecil dengan sebelah bibir terangkat, menatap sinis ke arah gadis di dekatnya. Kali ini, dia ingin sekali tertawa karena hal tersebut. Bagi dia, Bela bukanlah gadis baik seperti yang dikatakan Frida.

Bela yang melihat raut wajah Naga yang tengah merendahkannya hanya diam. Terasa sakit ketika dia mendapatkan tatapan sinis yang jelas dia sendiri tidak tahu alasannya. Ditambah dengan mereka yang saat ini sudah resmi menikah, membuat rasa sakit Bela semakin bertambah. Apalagi setelah mendengar jika Naga akan menceraikannya, terasa sesak di bagian dada.

Bela tahu jika Naga menikahinya karena terpkasa. Dia tahu tidak ada cinta diantar dia dan pria tersebut. Namun, saat dia memutuskan untuk menikah, dia berharap pernikahannya akan berjalan dengan lancar dan bertahan hingga keduanya menua. Meski Bela sendiri yakin hal tersebut akan sulit untuk dia dapatkan. Hingga Frida yang kembali mendekapnya, membuat Bela mengalihkan pikirannya dan tersenyum lebar.

"Kalau dia jahat dengan kamu, katakan denganku, Bela. Aku akan memberikan dia pelajaran," bisik Frida, tidak ingin kedua orang tua yang sejak tadi memperhatikannya tahu. Hingga dia merenggangkan dekapan dan menatap Bela yang sudah tersenyum manis, seakan tidak ada masalah yang terjadi.

"Tenang saja, Frida. Aku akan baik-baik saja," ucap Bela dengan penuh percaya diri. Selama ini Naga memang membencinya, tetapi tidak sekali pun pria tersebut melukainya. Naga juga tidak pernah mengangkat tangannya dan Bela yakin Naga tidak akan pernah main tangan untuk menyakitinya.

Frida yang mendengar hal tersebut hanya menganggukkan kepala, percaya dengan apa yang dikatakan Bela. Hingga dia melangkah pergi, meninggalkan Bela hanya bersama dengan Naga. Meski sebenarnya dia enggan, tetapi dai masih cukup sadar diri dan tidak boleh membuat ulah. Dia tidak mau membuat Bela semakin susah karena dirinya.

Sepeninggalan Frida, Naga langsung menatap ke arah Bela dengan tatapan tajam.

"Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran kamu sekarang, tetapi aku yakin kamu memiliki rencana ketika menerima tawaran mama untuk menggantikan Jessica, Bela. Jadi, aku tegaskan sekali lagi dengan kamu. Jangan membuat masalah dan jangan harap kalau aku akan mencintai kamu. Kamu tidak sebanding dengan Jessica dan aku pastikan akan menceraikan kamu dalam waktu dekat," ucap Naga dengan penuh penekanan dan mengalihkan pandangan, enggan menatap ke arah Bela.

Bela yang mendengar hanya diam dan membuang napas pelan. Semoga aku kuat menghadapinya, Tuhan, batin Bela dengan penuh harap.

***

Pukul 21.00. Bela bernapas lega ketika pesta yang diadakan telah selesai. Semua tamu undangan juga sudah pergi, membuat Bela mampu duduk dan mengistirahtakan tubuhnya dengan nyaman. Bahkan, dia mulai memejamkan mata, duduk di sofa ruang ganti masih dengan gaun pengantin.

Gaun pengantin. Bela yang menyadari jika semua yang dia kenakan bukanlah miliknya, ada perasaan sedih yang langsung bergelanyut. Dia sadar jika semua yang dia kenakan adalah milik Jessica, perlengkapan yang akan dia gunakan untuk menikah. Namun, siapa sangka jika semua yang dipilih Jessica pada akhirnya malah dia yang mengenakan.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan kamu, Jes? Kenapa kamu malah pergi di hari pernikahan kamu? Bukankah kamu begitu mencintai Naga?" tanya Bela dengan diri sendiri, merasa bingung dengan apa yang dilakukan saudaranya.

Hening. Bela mendesah kasar ketika tidak menemui jawaban dari semua pertanyaan yang terus saja melintas di dalam benak pikirannya. Hingga dia yang merasa lelah memilih memejamkan mata, berusaha menghilangkan rasa letih yang sejak tadi dia rasakan. Ditambah dengan sepatu hak tinggi yang membuat kakinya terluka.

Namun, belum juga Bela meraih alam bawah sadar miliknya, seseorang sudah membuka pintu tanpa izin lebih dulu. Bela yang sedang berbaring dengan kedua mata terpejam pun mulai membuka, merasa penasaran dengan langkah kaki yang terdengar jelas. Hingga dia membuka mata, melihat Naga yang sudah berdiri di depannya dan memasang raut wajah datar.

"Kenapa?" tanya Bela ketika Naga terus memandang ke arahnya tanpa mengatakan sepatah kalimat.

Naga masih diam, menatap Bela dengan raut wajah datar. Ada kemarahan yang sejak tadi dia rasakan. Namun, dia cukup ingat di mana dia saat ini, membuatnya membuang napas kasar dan menatap lekat.

"Aku mau katakan dengan kamu kalau kamu tidak perlu bertingkah seperti istriku karena aku yang tidak mencintaimu sama sekali, Bela. Dari dulu, aku begitu membenci kamu dan aku harap kamu tidak melupakan itu. Pernikahan ini adalah pernikahanku dengan Jessica, bukan dengan kamu. Jadi, jangan merasa bangga dan merasa jika kamu bisa mengaturku hanya karena status kamu saat ini. Ingat, kamu hanya pengganti dan bukan pengantin yang sebenarnya, " ucap Naga dengan begitu tegas dan penuh penekanan.

Bela yang mendengar diam. Dia tidak akan melupakan fakta tersebut. Dia tidak akan pernah luka jika pernikahan ini adalah milik Naga dan Jessica. Dia juga cukup sadar jika Naga begitu membencinya dan dia merasa jika tidak seharusnya hal itu diingatkan. Bela masih cukup sadar diri dengan siapa dirinya di dalam hati Naga. Hingga dia mendesah pelan dan menatap Naga lekat.

"Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan, Naga?" tanya Bela dengan pandangan lekat, mencoba mengalihkan rasa sakit yang sempat Naga berikan.

"Aku sudah mencari Jessica. Aku mengerahkan semua anak buahku dan aku harap kamu pergi ketika dia kembali," jawab Naga dengan serius.

Bela yang mendengar tersenyum manis dan mentap Naga lekat. "Kamu tidak perlu cemas dengan itu, Naga. Aku pasti akan pergi ketika Jessica kembali," ucap Bela dengan raut wajah serius.

Karena aku cukup sadar diri, bukan di hati kamu tempatku, batin Bela.

***